Indonesia Hadiri Pacific Island Forum (PIF) di Port Moresby
pada tanggal
Thursday, 10 September 2015
JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir akan menghadiri pertemuan Forum Kepulauan Pasifik atau Pacific Island Forum (PIF) yang berlangsung 7-11 September di Port Moresby, Papua Nugini untuk mewakili Pemerintah Indonesia sebagai mitra dialog dan mitra pembangunan.
"Saya akan menghadiri PIF. Indonesia sebagai dialog partner di Pacific Island Forum dan sebagai development partner. Sebenarnya pertemuan sejak 7 September, tetapi kehadiran kita diharapkan pada 10-11 September," kata Wamenlu A.M. Fachir saat ditemui di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Selasa.
Menurut Fachir, kehadiran Pemerintah Indonesia dalam PIF kali ini bukanlah yang pertama. Indonesia sudah beberapa kali menghadiri PIF sebagai mitra dialog dan mitra pembangunan.
"Indonesia tentu selalu menjadi bagian dari upaya untuk ikut berkontribusi di dalam pembangunan negara-negara di kawasan Pasifik," ujar dia.
"Lagi pula, kita (Indonesia) memang bagian dari kawasan Pasifik. Jadi, kita ikut hampir semua pertemuan negara-negara Pasifik, seperti PIDF (Pacific Island Development Forum), PIF, dan MSG (Melanesian Spearhead Group)," lanjut Fachir.
Wamenlu mengatakan, Indonesia telah cukup banyak berkontribusi dalam berbagai hal untuk pembangunan negara-negara Pasifik, antara lain melalui kerja sama pembangunan kapasitas.
Selanjutnya, dia menyebutkan bahwa beberapa isu yang akan menjadi fokus pembahasan dalam PIF, antara lain masalah perubahan iklim, "blue economy", dan konektivitas.
Namun, isu perubahan iklim menjadi fokus utama dalam pertemuan PIF itu, karena negara-negara kepulauan kecil di Pasifik, seperti Kiribati, Palau, Tuvalu, merupakan negara yang paling terkena dampak buruk dari perubahan iklim.
Hasil pembahasan tentang perubahan iklim di PIF nantinya akan diteruskan ke Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP21, di Paris pada Desember 2015.
"Kita bareng dengan mereka (negara kepulauan Pasifik) untuk perjuangkan hal ini kan kita termasuk negara kepulauan," kata Wamelu.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan Fiji bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan krisis perubahan iklim, khususnya menangani dampak perubahan iklim yang melanda Kepulauan Pasifik.
"Karena negara kepulauan di Pasifik seperti Fiji adalah yang paling rentan terkena dampak kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, maka dari itu hal ini disoroti secara khusus. Dan mengingat Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang terkena dampak perubahan iklim," kata Arrmanatha.
Menurut dia, sebagai sesama negara kepulauan, Indonesia dan Fiji mengalami masalah yang sama terkait dampak dari perubahan iklim yang semakin parah, yaitu kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global.
Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Fiji terus mendukung upaya dan langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim. [Antara]
"Saya akan menghadiri PIF. Indonesia sebagai dialog partner di Pacific Island Forum dan sebagai development partner. Sebenarnya pertemuan sejak 7 September, tetapi kehadiran kita diharapkan pada 10-11 September," kata Wamenlu A.M. Fachir saat ditemui di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Selasa.
Menurut Fachir, kehadiran Pemerintah Indonesia dalam PIF kali ini bukanlah yang pertama. Indonesia sudah beberapa kali menghadiri PIF sebagai mitra dialog dan mitra pembangunan.
"Indonesia tentu selalu menjadi bagian dari upaya untuk ikut berkontribusi di dalam pembangunan negara-negara di kawasan Pasifik," ujar dia.
"Lagi pula, kita (Indonesia) memang bagian dari kawasan Pasifik. Jadi, kita ikut hampir semua pertemuan negara-negara Pasifik, seperti PIDF (Pacific Island Development Forum), PIF, dan MSG (Melanesian Spearhead Group)," lanjut Fachir.
Wamenlu mengatakan, Indonesia telah cukup banyak berkontribusi dalam berbagai hal untuk pembangunan negara-negara Pasifik, antara lain melalui kerja sama pembangunan kapasitas.
Selanjutnya, dia menyebutkan bahwa beberapa isu yang akan menjadi fokus pembahasan dalam PIF, antara lain masalah perubahan iklim, "blue economy", dan konektivitas.
Namun, isu perubahan iklim menjadi fokus utama dalam pertemuan PIF itu, karena negara-negara kepulauan kecil di Pasifik, seperti Kiribati, Palau, Tuvalu, merupakan negara yang paling terkena dampak buruk dari perubahan iklim.
Hasil pembahasan tentang perubahan iklim di PIF nantinya akan diteruskan ke Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP21, di Paris pada Desember 2015.
"Kita bareng dengan mereka (negara kepulauan Pasifik) untuk perjuangkan hal ini kan kita termasuk negara kepulauan," kata Wamelu.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan Fiji bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan krisis perubahan iklim, khususnya menangani dampak perubahan iklim yang melanda Kepulauan Pasifik.
"Karena negara kepulauan di Pasifik seperti Fiji adalah yang paling rentan terkena dampak kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, maka dari itu hal ini disoroti secara khusus. Dan mengingat Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang terkena dampak perubahan iklim," kata Arrmanatha.
Menurut dia, sebagai sesama negara kepulauan, Indonesia dan Fiji mengalami masalah yang sama terkait dampak dari perubahan iklim yang semakin parah, yaitu kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global.
Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Fiji terus mendukung upaya dan langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim. [Antara]