Frelly Dian Sari dan 2 Anaknya Diperkosa Sebelum Dibunuh Secara Sadis
pada tanggal
Friday, 18 September 2015
JAKARTA - Frelly Dian Sari, 35, yang hamil empat bulan, dibunuh secara sadis di rumahnya di kilometer 7, Kabupaten Teluk Bentuni. Dua anaknya juga mengalami kejadian serupa. Bahkan, korban diduga sempat diperkosa.
Saat kejadian, Yulius Hermanto, suami korban, yang bekerja sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Inpres Yensey sedang mengantar calon guru honorer ke daerah Yensey. Dia tidak pulang selama tiga hari.
Mayat korban pertama kali diketahui tetangga pada 27 Agustus 2015 pada pukul 21.00 WIB. Tetangga curiga dengan kondisi rumah korban yang gelap dan sepi. Sementara pakaian korban masih tergantung di jemuran.
"Tetangganya mendekati dan masuk ke rumah. Setelah masuk, melihat tiga mayat dalam kondisi berlumuran darah dan mulai membusuk," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, di kantor Komnas PA, Jakarta, Rabu (16/9).
Arist menduga Frelly sempat diperkosa. Pelaku juga diduga menusuk alat vital korban menggunakan senjata tajam hingga robek sampai pusar.
Anak kedua Frelly tewas dengan luka sabetan senjata tajam di kepala bagian belakang. Sedangkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan menderita luka di sekujur tubuh. Arist mengatakan, sarung parang diduga milik pelaku tertinggal di lokasi.
"Ini sangat sadis, dibantai dua anak dan satu ibu. Ibunya itu juga sedang hamil empat bulan. Jadi si ibu ditusuk dalam kemaluan dengan parang, baru diangkat ke atas. Anaknya lihat kaget, lari, ditebas juga di kepala. Kemudian anak yang enam tahun kaget juga, lari, kejepit di pintu, dan ditusuk," kata Arits.
Matius Menteng, keluarga korban, mengatakan kasus tersebut sudah ditangani aparat penegak hukum. Namun, dia menilai, pihak Polres Teluk Bintuni dan Polda Papua tertutup soal informasi perkembangan penyelidikan kasus kematian keluarganya.
"Sampai saat saya datang ke sini hasilnya itu kami tidak tahu. Setiap kali konfirmasi kapolres hanya bilang berjalan baik. Tapi kemajuan tidak dikatakan. Hanya dikatakan pelakunya sudah dideteksi," ujar Matius. [MetroTV]
Saat kejadian, Yulius Hermanto, suami korban, yang bekerja sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Inpres Yensey sedang mengantar calon guru honorer ke daerah Yensey. Dia tidak pulang selama tiga hari.
Mayat korban pertama kali diketahui tetangga pada 27 Agustus 2015 pada pukul 21.00 WIB. Tetangga curiga dengan kondisi rumah korban yang gelap dan sepi. Sementara pakaian korban masih tergantung di jemuran.
"Tetangganya mendekati dan masuk ke rumah. Setelah masuk, melihat tiga mayat dalam kondisi berlumuran darah dan mulai membusuk," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, di kantor Komnas PA, Jakarta, Rabu (16/9).
Arist menduga Frelly sempat diperkosa. Pelaku juga diduga menusuk alat vital korban menggunakan senjata tajam hingga robek sampai pusar.
Anak kedua Frelly tewas dengan luka sabetan senjata tajam di kepala bagian belakang. Sedangkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan menderita luka di sekujur tubuh. Arist mengatakan, sarung parang diduga milik pelaku tertinggal di lokasi.
"Ini sangat sadis, dibantai dua anak dan satu ibu. Ibunya itu juga sedang hamil empat bulan. Jadi si ibu ditusuk dalam kemaluan dengan parang, baru diangkat ke atas. Anaknya lihat kaget, lari, ditebas juga di kepala. Kemudian anak yang enam tahun kaget juga, lari, kejepit di pintu, dan ditusuk," kata Arits.
Matius Menteng, keluarga korban, mengatakan kasus tersebut sudah ditangani aparat penegak hukum. Namun, dia menilai, pihak Polres Teluk Bintuni dan Polda Papua tertutup soal informasi perkembangan penyelidikan kasus kematian keluarganya.
"Sampai saat saya datang ke sini hasilnya itu kami tidak tahu. Setiap kali konfirmasi kapolres hanya bilang berjalan baik. Tapi kemajuan tidak dikatakan. Hanya dikatakan pelakunya sudah dideteksi," ujar Matius. [MetroTV]