Trigana Air Tetap Layani Penerbangan Udara di Tanah Papua
pada tanggal
Sunday, 23 August 2015
JAKARTA - Pertengahan Agustus 2015, kecelakaan angkutan udara kembali terjadi di Tanah Air. Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 PK YRN hilang kontak dalam penerbangan Jayapura-Oksibil. Pesawat dengan nomor penerbangan IL 267 itu diketahui jatuh di Distrik Oskop, Kabupaten Pegunungan Bintang dengan 54 orang yang berada didalamnya tewas dalam musibah tersebut.
Papua memang dikenal memiliki medan yang sulit untuk penerbangan. Banyak gunung menjulang tinggi di pulau bagian Timur Indonesia itu. Meski begitu, Trigana Air tidak kapok menjelajah di langit Papua.
"Kami (Trigana Air) tetap konsisten di Papua. Dan kami tetap menerbangi udara Papua," ujar Direktur Operasional PT Trigana Air Service Beni Sumaryanto di Bandar Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (22/8).
Beni menjelaskan, komitmen tersebut berdasarkan jam terbang Trigana Air yang cukup tinggi di langit Papua. Bahkan, maskapai yang mulai beroperasi sejak 1991 itu pun telah memiliki tempat di hati masyarakat Bumi Cenderawasih itu.
"Trigana Air juga lahir di bumi Papua. Kita juga sudah menyatu dengan masyarakat di sana (Papua)," tandas dia.
Kecelakaan udara jelang HUT Ke-70 RI itu pun membuat operasi penerbangan dengan rute Jayapura-Pegunungan Bintang terhambat. Beni menyatakan, pihaknya telah menyiapkan maskapai pengganti dalam waktu 2 sampai 4 minggu ke depan.
"Dalam waktu dekat kisaran 2 minggu sampai 1 bulan kita sudah mendatangkan pesawat sejenis untuk gantikan rute yang sama. Saya sudah berbincang dengan Bupati Pegunungan Bintang untuk meminta waktu sekitar 1 bulan," pungkas Beni.
Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 PK YRN dengan nomor penerbangan IL 267 sebelumnya diduga menabrak lereng bukit di sekitar Kampung Atenok, Distrik Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pesawat diduga jatuh di kemiringan 45 derajat.
Pesawat yang membawa 49 penumpang dan 5 kru ini hilang kontak pada pukul 14.21 WIT Minggu, 16 Agustus 2015. Saat itu, pesawat terbang dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura menuju Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. [Liputan6]
Papua memang dikenal memiliki medan yang sulit untuk penerbangan. Banyak gunung menjulang tinggi di pulau bagian Timur Indonesia itu. Meski begitu, Trigana Air tidak kapok menjelajah di langit Papua.
"Kami (Trigana Air) tetap konsisten di Papua. Dan kami tetap menerbangi udara Papua," ujar Direktur Operasional PT Trigana Air Service Beni Sumaryanto di Bandar Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (22/8).
Beni menjelaskan, komitmen tersebut berdasarkan jam terbang Trigana Air yang cukup tinggi di langit Papua. Bahkan, maskapai yang mulai beroperasi sejak 1991 itu pun telah memiliki tempat di hati masyarakat Bumi Cenderawasih itu.
"Trigana Air juga lahir di bumi Papua. Kita juga sudah menyatu dengan masyarakat di sana (Papua)," tandas dia.
Kecelakaan udara jelang HUT Ke-70 RI itu pun membuat operasi penerbangan dengan rute Jayapura-Pegunungan Bintang terhambat. Beni menyatakan, pihaknya telah menyiapkan maskapai pengganti dalam waktu 2 sampai 4 minggu ke depan.
"Dalam waktu dekat kisaran 2 minggu sampai 1 bulan kita sudah mendatangkan pesawat sejenis untuk gantikan rute yang sama. Saya sudah berbincang dengan Bupati Pegunungan Bintang untuk meminta waktu sekitar 1 bulan," pungkas Beni.
Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 PK YRN dengan nomor penerbangan IL 267 sebelumnya diduga menabrak lereng bukit di sekitar Kampung Atenok, Distrik Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pesawat diduga jatuh di kemiringan 45 derajat.
Pesawat yang membawa 49 penumpang dan 5 kru ini hilang kontak pada pukul 14.21 WIT Minggu, 16 Agustus 2015. Saat itu, pesawat terbang dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura menuju Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. [Liputan6]