Polda Papua Sediakan 16 Orang Psikologi Temani Keluarga Korban Trigana Air
pada tanggal
Sunday, 23 August 2015
KOTA JAYAPURA- Polda Papua menyediakan 16 orang psikologi untuk
menemani dan memantau kondisi kejiwaan keluarga korban kecelakaan
Trigana Air Service jenis ATR42 PK-YRN yang jatuh di Kampung Atenok,
Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada Minggu (16/8).
Kapolda Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan 16 orang psikolog terdiri dari 8 orang psikologis dari Polda Papua dan sisanya psikologis yang tergabung pada Himpunan Psikolog Papua.
“Dalam sehari, ada 3-4 orang psikolog yang bertugas ditengah-tengah keluarga korban yang dikumpulkan di Gedung Tongkonan yang jaraknya hanya 200 meter dari lokasi identifikasi jenasah di Rumah Sakit Bhayangkara. Tak hanya itu, tokoh agama juga ikut memberikan penghiburan kepada keluarga korban. Kami juga menyediakan ruang konsultasi dan ahli kejiwaan di Tongkonan, sambil menunggu hasil identifikasi yang dilakukan tim identifikasi,” kata Waterpauw.
Komunikasi intens juga dilakukan oleh Polda Papua kepada keluarga korban yang kondisinya berduka dan cemas. Bahkan sebelum mengumumkan hasil identifikasinya, pihak Dokkes juga lebih dahulu memberikan penjelasan tentang proses identifikasi, agar para keluarga korban sabar menunggu dan perlu mengetahui proses identifikasi.
“Kondisi keluarga korban rata-rata cemas akan proses identifikasi. Mereka pasti lelah dalam menunggu hasilnya, sehingga ditakutkan timbul emosi dari keluarga korban. Hal seperti ini yang perlu kita antisipasi,” paparnya. [Gatra]
Kapolda Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan 16 orang psikolog terdiri dari 8 orang psikologis dari Polda Papua dan sisanya psikologis yang tergabung pada Himpunan Psikolog Papua.
“Dalam sehari, ada 3-4 orang psikolog yang bertugas ditengah-tengah keluarga korban yang dikumpulkan di Gedung Tongkonan yang jaraknya hanya 200 meter dari lokasi identifikasi jenasah di Rumah Sakit Bhayangkara. Tak hanya itu, tokoh agama juga ikut memberikan penghiburan kepada keluarga korban. Kami juga menyediakan ruang konsultasi dan ahli kejiwaan di Tongkonan, sambil menunggu hasil identifikasi yang dilakukan tim identifikasi,” kata Waterpauw.
Komunikasi intens juga dilakukan oleh Polda Papua kepada keluarga korban yang kondisinya berduka dan cemas. Bahkan sebelum mengumumkan hasil identifikasinya, pihak Dokkes juga lebih dahulu memberikan penjelasan tentang proses identifikasi, agar para keluarga korban sabar menunggu dan perlu mengetahui proses identifikasi.
“Kondisi keluarga korban rata-rata cemas akan proses identifikasi. Mereka pasti lelah dalam menunggu hasilnya, sehingga ditakutkan timbul emosi dari keluarga korban. Hal seperti ini yang perlu kita antisipasi,” paparnya. [Gatra]