Paulus Waterpauw Nilai Proses Identifikasi Korban Trigana Air Makan Waktu Lama
pada tanggal
Thursday, 20 August 2015
KOTA JAYAPURA - Kapolda Papua Brigjen Paulus Waterpauw mengatakan proses identifikasi korban pesawat Trigana memerlukan waktu. Proses yang cukup waktu itu diperlukan lantaran kondisi jenazah sebagian besar tidak utuh.
"Untuk dicek kembali data-data korban dan itu perlu waktu, tergantung kerusakan dari tubuh korban," kata Paulus ketika dihubungi, Kamis (20/8).
"Nanti juga perlu sampel DNA untuk lebih memastikan identitas korban," sambungnya.
Paulus mengatakan identifikasi akan dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI). Sementara itu, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Papua yang juga DVI Commander untuk Trigana Air, Kombes Ramon AmimanNamun mengatakan baru menerima 16 sampel pembanding DNA dari keluarga korban Trigana Air. Kemudian Ramon menyebut sudah terkumpul data antemortem dari 51 korban kecelakaan Trigana Air.
"Namun untuk sampel DNA kami baru menerima 16 sampel pembanding, karena dari 51 yang memberikan data antemortem, bukan keturunan langsung dengan korban," kata Ramon saat dihubungi detikcom, Rabu (19/8/2015) kemarin.
Sampel DNA pembanding, Ramon menjelaskan, disyaratkan untuk keturunan langsung, seperti anak atau orangtua korban. Langkah ini merujuk pada standar kerja DVI internasional.
Guna mempercepat proses pengumpulan sampel pembanding DNA, tim DVI akan jemput bola kepada para keluarga korban untuk meminta sampel pembanding tersebut. [Detik]
"Untuk dicek kembali data-data korban dan itu perlu waktu, tergantung kerusakan dari tubuh korban," kata Paulus ketika dihubungi, Kamis (20/8).
"Nanti juga perlu sampel DNA untuk lebih memastikan identitas korban," sambungnya.
Paulus mengatakan identifikasi akan dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI). Sementara itu, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Papua yang juga DVI Commander untuk Trigana Air, Kombes Ramon AmimanNamun mengatakan baru menerima 16 sampel pembanding DNA dari keluarga korban Trigana Air. Kemudian Ramon menyebut sudah terkumpul data antemortem dari 51 korban kecelakaan Trigana Air.
"Namun untuk sampel DNA kami baru menerima 16 sampel pembanding, karena dari 51 yang memberikan data antemortem, bukan keturunan langsung dengan korban," kata Ramon saat dihubungi detikcom, Rabu (19/8/2015) kemarin.
Sampel DNA pembanding, Ramon menjelaskan, disyaratkan untuk keturunan langsung, seperti anak atau orangtua korban. Langkah ini merujuk pada standar kerja DVI internasional.
Guna mempercepat proses pengumpulan sampel pembanding DNA, tim DVI akan jemput bola kepada para keluarga korban untuk meminta sampel pembanding tersebut. [Detik]