Jelang HUT RI ke-70 Pedagang Musiman Bendera 'Banjiri' Jayapura
pada tanggal
Sunday, 23 August 2015
KOTA JAYAPURA –Pedagang musiman Bendera Merah Putih dari luar Papua membanjiri kota Jayapura menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke - 70. Rata-rata pedagang tersebut berasal dari pulau Jawa.
Hendra, salah satu pedagang dari Garut, Jawa Tengah mengaku dirinya datang bersama dua orang rekan-rekannya. Dirinya datang ke Kota Jayapura untuk berjualan backgroud dan bandir atau yang biasa disebut umbul-umbul.
“Ini bukan punya saya, tapi punya bos saya di Bandung. Pertama sebelum kesini saya korban PHK pada salah satu bank di Bandung, dan ditawari seseorang yang untuk menjual bendera-bendera ini di Papua, karena nganggur dan butuh pemasukan, jadi saya terima,” kata pria berusia 35 tahun kepada Cendana News di Kota Jayapura, Kamis (06/08/2015).
Bapak tiga anak ini menuturkan dirinya bersama dua orang temannya dibiayai dari pemilik yang punya modal, ia mengaku dari dua rekannya juga berjualan dagangan yang sama di lokasi berbeda.
“Yang satu di depan lapangan bola Tirkora, Abepura dan yang satunya di sekitaran lingkaran Abepura. Bos yang biayai hidup kami disini, dia carikan tempat tinggal dan dia juga yang bayar uang tiket kapal kami,” ujarnya.
Dia juga mengaku di gaji sebesar Rp 2.500.000 dari jasa menjual bendera sampai tanggal 15 Agustus mendatang dan dirinya sampai saat ini berada di Kota Jayapura sudah 20 hari. “Tapi itu kalau bendera semuanya laku, kalau tidak mungkin bos potong, tapi kalau targetnya malah saya jual lebih, yah... mungkin bisa lebih juga gaji saya,” kata Hendra sambil tersenyum.
Background yang dijualnya diberi harga sebesar Rp 400 ribu, sedangkan Umbul-umbul sebesar Rp 30 ribu. Menurutnya, kebanyakan yang beli orang dari kantoran, karena belinya bukan hanya satu, melainkan lebih dari 10 lembar.
Tak ketinggalan juga dengan pedagang lokal yang memiliki lapak sendiri di jalan Kotaraja-Abapura, Saruji (30) mengaku berjualan bendera merah putih berbagai jenis ukuran dan bentuk setiap tahunnya. Untuk tahun ini, menurutnya, laba yang didapat sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sehari dapat mengantongi laba kotor sebesar 5-7 juta rupiah.
“Kemarin saya dapat pembeli yang banyak, total yang saya kumpulkan sampai malam hari mencapai sekitar Rp.15 juta,” ungkap Saruji.
Saruji berani keluarkan kocek tuk membeli background dan bandir serta asesoris bernuasa merah putih lainnya sebesar Rp 100 juta yang didatangkan langsung dari Bandung, Jawa Tengah melalui kapal laut.
“Modal jual bendera ini besar. Kalau laku saya bisa untung sampai 30 persen dari modal yang saya keluarkan. Bendera tahun lalu masih ada stok, tapi saya jual yang baru datang bulan Juli kemarin, kalau sudah habis baru keluarkan bendera yang dulu,” ujarnya.
Soal persaingan dengan pedagang musiman yang datang dari luar Papua? Menurutnya tidak ada namanya persaingan, setiap orang memiliki rejeki masing-masing. Toh, kata Sanuji konsumen tidak akan lari kemana-mana, jikalau mereka membutuhkan bendera.
“Untuk tahun ini motifnya ada yang baru, seperti motif batik, dan desain jahitannya yang baru. Asesoris untuk motor dan mobil, banyak peminatnya juga, walaupun harganya murah sekitar Rp 20-50 ribu,” tuturnya. [Cendananews]
Hendra, salah satu pedagang dari Garut, Jawa Tengah mengaku dirinya datang bersama dua orang rekan-rekannya. Dirinya datang ke Kota Jayapura untuk berjualan backgroud dan bandir atau yang biasa disebut umbul-umbul.
“Ini bukan punya saya, tapi punya bos saya di Bandung. Pertama sebelum kesini saya korban PHK pada salah satu bank di Bandung, dan ditawari seseorang yang untuk menjual bendera-bendera ini di Papua, karena nganggur dan butuh pemasukan, jadi saya terima,” kata pria berusia 35 tahun kepada Cendana News di Kota Jayapura, Kamis (06/08/2015).
Bapak tiga anak ini menuturkan dirinya bersama dua orang temannya dibiayai dari pemilik yang punya modal, ia mengaku dari dua rekannya juga berjualan dagangan yang sama di lokasi berbeda.
“Yang satu di depan lapangan bola Tirkora, Abepura dan yang satunya di sekitaran lingkaran Abepura. Bos yang biayai hidup kami disini, dia carikan tempat tinggal dan dia juga yang bayar uang tiket kapal kami,” ujarnya.
Dia juga mengaku di gaji sebesar Rp 2.500.000 dari jasa menjual bendera sampai tanggal 15 Agustus mendatang dan dirinya sampai saat ini berada di Kota Jayapura sudah 20 hari. “Tapi itu kalau bendera semuanya laku, kalau tidak mungkin bos potong, tapi kalau targetnya malah saya jual lebih, yah... mungkin bisa lebih juga gaji saya,” kata Hendra sambil tersenyum.
Background yang dijualnya diberi harga sebesar Rp 400 ribu, sedangkan Umbul-umbul sebesar Rp 30 ribu. Menurutnya, kebanyakan yang beli orang dari kantoran, karena belinya bukan hanya satu, melainkan lebih dari 10 lembar.
Tak ketinggalan juga dengan pedagang lokal yang memiliki lapak sendiri di jalan Kotaraja-Abapura, Saruji (30) mengaku berjualan bendera merah putih berbagai jenis ukuran dan bentuk setiap tahunnya. Untuk tahun ini, menurutnya, laba yang didapat sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sehari dapat mengantongi laba kotor sebesar 5-7 juta rupiah.
“Kemarin saya dapat pembeli yang banyak, total yang saya kumpulkan sampai malam hari mencapai sekitar Rp.15 juta,” ungkap Saruji.
Saruji berani keluarkan kocek tuk membeli background dan bandir serta asesoris bernuasa merah putih lainnya sebesar Rp 100 juta yang didatangkan langsung dari Bandung, Jawa Tengah melalui kapal laut.
“Modal jual bendera ini besar. Kalau laku saya bisa untung sampai 30 persen dari modal yang saya keluarkan. Bendera tahun lalu masih ada stok, tapi saya jual yang baru datang bulan Juli kemarin, kalau sudah habis baru keluarkan bendera yang dulu,” ujarnya.
Soal persaingan dengan pedagang musiman yang datang dari luar Papua? Menurutnya tidak ada namanya persaingan, setiap orang memiliki rejeki masing-masing. Toh, kata Sanuji konsumen tidak akan lari kemana-mana, jikalau mereka membutuhkan bendera.
“Untuk tahun ini motifnya ada yang baru, seperti motif batik, dan desain jahitannya yang baru. Asesoris untuk motor dan mobil, banyak peminatnya juga, walaupun harganya murah sekitar Rp 20-50 ribu,” tuturnya. [Cendananews]