DPRP Akan Panggil Trigana Air Terkait Manifest Penumpang
pada tanggal
Tuesday, 25 August 2015
KOTA JAYAPURA -Dinas Perhubungan Provinsi Papua dan manajemen Trigana Air harus bertanggung jawab atas kesalahan dalam memanifest nama penumpang yang berangkat ke Oksibil hingga mengalami kecelakaan.
Pasalnya, pasca jatuhnya pesawat Trigana Air PK-YRN telah ditemukan sejumlah penumpang yang namanya tidak sesuai dengan daftar manifest.
“Kami dari DPR Papua dalam waktu dekat akan memanggil mereka,” ungkap Emus Gwijangge kepada wartawan, Rabu (19/8).
Dikatakan, terungkapnya ada beberapa nama penumpang yang tidak masuk dalam daftar manifest penerbangan tersebut merupakan tanggung jawab pihak Trigana Air.
Perubahan nama seperti ini sering terjadi khususnya untuk penerbangan ke kawasan Pegunungan Tengah. Karena itu, ke depannya perlu ada pembenahan dan pihak maskapai harus memastikan kecocokan penumpang dengan nama yang terdaftar dimanifest.
“Kenapa nama-nama dalam keberangkatan ke Pselalu beda. Saya sendiri tidak pernah pakai nama saya untuk berangkat ke wamena. Kedepan ini harus di sesuaikan dengan KTP sehingga bila terjadi sesuatu dapat diidentifikasi,”tegas Emus.
Selain itu juga dirinya minta dilakukan penertiban terhadap para calo tiket yang berada di bandara mengingat selain terjadi pertukaran nama, juga dapat memicu tingginya harga tiket dari yang sebenarnya.
“Calo itu menggunakan nama sembarangan dan yang berangkat juga sembarangan sehingga baik Perhubungan maupun pihak maskapai sudah harus perketat,” terang Emus.
Ditambahkan, penerbangan untuk jalur pegunungan tengah apabila dilakukan diatas jam 12 siang sangat beresiko sehingga hal ini harus diperhatikan oleh para maskapai mengingat kondisi dan cuaca di daerah Pegunungan sangat ekstrim dan berubah-ubah dengan cepat.
Ia berpandangan agar penerbangan dengan tujuan wilayah Pegunungan Tengah dilakukan pembatasan flight untuk menghindari resiko-resiko kecelakaan dan ke depan untuk hari minggu tidak ada aktifitas penerbangan di Papua.
“Flight ke tiga sudah jam berapa, untuk daerah pegunungan jangan dipaksakan. Hari minggu harus semua penerbangan berhenti,”ucapnya.
Dengan musibah ini, Emus berharap perlu ada perhatian serius dari pemerintah pusat untuk melihat dan menertibkan manajemen penerbangan di papua .
”Menteri perhubungan harus datang dan tangani kasus ini dengan serius , jangan kasus tolikara yang kecil, Menteri dan negara besar ini sudah pusing,” tutupnya. [Dharapos]
Pasalnya, pasca jatuhnya pesawat Trigana Air PK-YRN telah ditemukan sejumlah penumpang yang namanya tidak sesuai dengan daftar manifest.
“Kami dari DPR Papua dalam waktu dekat akan memanggil mereka,” ungkap Emus Gwijangge kepada wartawan, Rabu (19/8).
Dikatakan, terungkapnya ada beberapa nama penumpang yang tidak masuk dalam daftar manifest penerbangan tersebut merupakan tanggung jawab pihak Trigana Air.
Perubahan nama seperti ini sering terjadi khususnya untuk penerbangan ke kawasan Pegunungan Tengah. Karena itu, ke depannya perlu ada pembenahan dan pihak maskapai harus memastikan kecocokan penumpang dengan nama yang terdaftar dimanifest.
“Kenapa nama-nama dalam keberangkatan ke Pselalu beda. Saya sendiri tidak pernah pakai nama saya untuk berangkat ke wamena. Kedepan ini harus di sesuaikan dengan KTP sehingga bila terjadi sesuatu dapat diidentifikasi,”tegas Emus.
Selain itu juga dirinya minta dilakukan penertiban terhadap para calo tiket yang berada di bandara mengingat selain terjadi pertukaran nama, juga dapat memicu tingginya harga tiket dari yang sebenarnya.
“Calo itu menggunakan nama sembarangan dan yang berangkat juga sembarangan sehingga baik Perhubungan maupun pihak maskapai sudah harus perketat,” terang Emus.
Ditambahkan, penerbangan untuk jalur pegunungan tengah apabila dilakukan diatas jam 12 siang sangat beresiko sehingga hal ini harus diperhatikan oleh para maskapai mengingat kondisi dan cuaca di daerah Pegunungan sangat ekstrim dan berubah-ubah dengan cepat.
Ia berpandangan agar penerbangan dengan tujuan wilayah Pegunungan Tengah dilakukan pembatasan flight untuk menghindari resiko-resiko kecelakaan dan ke depan untuk hari minggu tidak ada aktifitas penerbangan di Papua.
“Flight ke tiga sudah jam berapa, untuk daerah pegunungan jangan dipaksakan. Hari minggu harus semua penerbangan berhenti,”ucapnya.
Dengan musibah ini, Emus berharap perlu ada perhatian serius dari pemerintah pusat untuk melihat dan menertibkan manajemen penerbangan di papua .
”Menteri perhubungan harus datang dan tangani kasus ini dengan serius , jangan kasus tolikara yang kecil, Menteri dan negara besar ini sudah pusing,” tutupnya. [Dharapos]