Beberapa Siswa SMA Lain Manfaatkan Bentrok Saat Karnaval Wamena
pada tanggal
Tuesday, 11 August 2015
WAMENA (JAYAWIJAYA) - Polres Jayawijaya mengakui pemicu bentrokan antar siswa SMA Negeri 1 Wamena dan SMK Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) Wamena saat karnaval pembangunan di Wamena ini diduga adanya perselisihan yang terjadi antar siswa dua sekolah itu.
Ketika karnaval budaya yang melibatkan seluruh sekolah di Jayawijaya, kedua sekolah ini bertemu di satu tempat dan akhirnya bentrokan tidak dapat dihindari. Tidak saja melibatkan kedua sekolah ini tetapi juga beberapa sekolah lainnya yang selama ini memendam masalah baik sentimen antar sekolah maupu
“Insiden ini sebenarnya dimulai dari hari kemarin (Minggu 9/8), dan Polisi sudah bubarkan mereka tetapi moment ini juga dimanfaatkan untuk saling serang sehingga melibatkan juga beberapa sekolah seperti SMA Yapis, SMA PGRI dan SMA Negeri 1 Wamena, namun persoalan pokoknya kami masih selidiki,” kata Wakapolres Jayawijaya, Kompol Fransiskus Elosak kepada tabloidjubi.com pada Senin (10/8).
Elosak menegaskan, guna meredam agar tidak berdampak di kemudian hari, pihaknya telah melakukan lokalisir dengan memisahkan antar pelajar yang bentrok saat kejadian, dan menyiapkan personil di setiap sekolah.
“Kami akan berusaha melokalisir dan mendatangi keluarga supaya memberikan pemahaman dan pengertian kepada keluarga maupun sekolah,” kata Frans Elosak.
Sementara itu Bupati Jayawijaya, John Wempi Wetipo menegaskan keributan terjadi akibat salah paham dari siswa SMP 1 dan SMP 2 yang memang dari dulu sudah sering tawuran, imbasnya ke SMA Yapis dan SMA Negeri 1.
“Tetapi kita bersyukur semua bisa berjalan dengan lancar. Tawuran ini kan pasti aparat keamanan tahu siapa yang jadi aktornya, namun saya kira kita tidak perlu membesar-besarkan masalah ini, karena ini kan setelah kumpul di lapangan pada saat proses sudah jalan baru saling ejek dan teman-teman aparat keamanan ada mereka akan telusuri dengan baik,” jelas Bupati.
Menurut data yang dihimpun, bentrok antar siswa ini terjadi akibat saling ejek karena cemburu melihat ada rekan siswa SMA 1 yang berpacaran dengan pelajar dari SMA Yapis. Wawan, siswa SMA Negeri 1 Wamena, memotret peserta karnaval di halaman Gedung Serbaguna Yapis, Senin (10/8) sekitar pukul 10.40 WIT. Tiba-tiba dia dipukul seorang siswa SMA Yapis.
Wawan kemudian memberitahukan peristiwa itu kepada teman-temannya. Kemudian mereka mendatangi rombongan karnaval dari SMA Yapis, kemudian terjadi saling ejek dan berujung pada tawuran.
Peserta karnaval pembangunan yang dilaksanakan tiap jelang 17 Agustus ini pun berhamburan. Beberapa orang menjadi korban dari bentrok ini. Akibatnya, tujuh orang diantaranya guru dan siswa terluka karena terkena panah, terkena tikaman senjata tajam maupun lemparan batu.
"Sebanyak tujuh orang dilarikan ke RS Wamena akibat luka. Dua kena panah, satu orang kena pisau, dan empat orang luka kena lemparan," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patridge Renwarin.
Seorang di antara korban kondisinya dinyatakan tergolong kritis. Nelson Tabuni, pelajar SMU 1 Wamena, mengalami luka di bagian dada akibat terkena panah. Sekitar pukul 15.00 WIT korban dirujuk ke RS Dok 2 Jayapura dengan pesawat Carter MAF untuk mendapat perawatan yang lebih intensif. [Jubi/Antara/Papuanesia]
Ketika karnaval budaya yang melibatkan seluruh sekolah di Jayawijaya, kedua sekolah ini bertemu di satu tempat dan akhirnya bentrokan tidak dapat dihindari. Tidak saja melibatkan kedua sekolah ini tetapi juga beberapa sekolah lainnya yang selama ini memendam masalah baik sentimen antar sekolah maupu
“Insiden ini sebenarnya dimulai dari hari kemarin (Minggu 9/8), dan Polisi sudah bubarkan mereka tetapi moment ini juga dimanfaatkan untuk saling serang sehingga melibatkan juga beberapa sekolah seperti SMA Yapis, SMA PGRI dan SMA Negeri 1 Wamena, namun persoalan pokoknya kami masih selidiki,” kata Wakapolres Jayawijaya, Kompol Fransiskus Elosak kepada tabloidjubi.com pada Senin (10/8).
Elosak menegaskan, guna meredam agar tidak berdampak di kemudian hari, pihaknya telah melakukan lokalisir dengan memisahkan antar pelajar yang bentrok saat kejadian, dan menyiapkan personil di setiap sekolah.
“Kami akan berusaha melokalisir dan mendatangi keluarga supaya memberikan pemahaman dan pengertian kepada keluarga maupun sekolah,” kata Frans Elosak.
Sementara itu Bupati Jayawijaya, John Wempi Wetipo menegaskan keributan terjadi akibat salah paham dari siswa SMP 1 dan SMP 2 yang memang dari dulu sudah sering tawuran, imbasnya ke SMA Yapis dan SMA Negeri 1.
“Tetapi kita bersyukur semua bisa berjalan dengan lancar. Tawuran ini kan pasti aparat keamanan tahu siapa yang jadi aktornya, namun saya kira kita tidak perlu membesar-besarkan masalah ini, karena ini kan setelah kumpul di lapangan pada saat proses sudah jalan baru saling ejek dan teman-teman aparat keamanan ada mereka akan telusuri dengan baik,” jelas Bupati.
Menurut data yang dihimpun, bentrok antar siswa ini terjadi akibat saling ejek karena cemburu melihat ada rekan siswa SMA 1 yang berpacaran dengan pelajar dari SMA Yapis. Wawan, siswa SMA Negeri 1 Wamena, memotret peserta karnaval di halaman Gedung Serbaguna Yapis, Senin (10/8) sekitar pukul 10.40 WIT. Tiba-tiba dia dipukul seorang siswa SMA Yapis.
Wawan kemudian memberitahukan peristiwa itu kepada teman-temannya. Kemudian mereka mendatangi rombongan karnaval dari SMA Yapis, kemudian terjadi saling ejek dan berujung pada tawuran.
Peserta karnaval pembangunan yang dilaksanakan tiap jelang 17 Agustus ini pun berhamburan. Beberapa orang menjadi korban dari bentrok ini. Akibatnya, tujuh orang diantaranya guru dan siswa terluka karena terkena panah, terkena tikaman senjata tajam maupun lemparan batu.
"Sebanyak tujuh orang dilarikan ke RS Wamena akibat luka. Dua kena panah, satu orang kena pisau, dan empat orang luka kena lemparan," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patridge Renwarin.
Seorang di antara korban kondisinya dinyatakan tergolong kritis. Nelson Tabuni, pelajar SMU 1 Wamena, mengalami luka di bagian dada akibat terkena panah. Sekitar pukul 15.00 WIT korban dirujuk ke RS Dok 2 Jayapura dengan pesawat Carter MAF untuk mendapat perawatan yang lebih intensif. [Jubi/Antara/Papuanesia]