12 Korban Trigana Telah Teridentifikasi
pada tanggal
Sunday, 23 August 2015
KOTA JAYAPURA - Tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Kepolisian Daerah Papua mengumumkan 5 lagi nama korban kecelakaan pesawat Trigana Air Service yang berhasil diidentifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara, Sabtu (22/8).
5 nama korban yang sudah diidentifikasi adalah, Teguh Warisman Saleh, Emilia Gobai, Milka Kakiar Mabin, Oscar Mangontoh, dan Hasanuddin pilot pesawat Trigana Air yang jatuh di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 16 Agustus 2015.
Dengan demikian sudah ada 12 dari 54 jenazah korban kecelakaan pesawat Trigana Air yang diidentifikasi.
7 korban lain yang sebelumnya sudah diidentifikasi adalah Martinus Aragai, Terianus Salawala, Boni Wori-Wori, Wendepan Bamulki, Asirun, Dita Amelia Kurniawan, dan Agustinus Luwanmase.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw meminta keluarga korban bersabar menunggu hasil identifikasi yang dilakukan Tim DVI.
"Tim DVI terus berjuang untuk mengidentifikasi jenazah yang ada, tapi hasilnya memang tidak bisa maksimal karena setelah dibuka kantong-kantong itu, sudah sebagian besar sulit diidentifikasi," ujar Paulus Waterpauw. [Liputan6]
5 nama korban yang sudah diidentifikasi adalah, Teguh Warisman Saleh, Emilia Gobai, Milka Kakiar Mabin, Oscar Mangontoh, dan Hasanuddin pilot pesawat Trigana Air yang jatuh di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 16 Agustus 2015.
Dengan demikian sudah ada 12 dari 54 jenazah korban kecelakaan pesawat Trigana Air yang diidentifikasi.
7 korban lain yang sebelumnya sudah diidentifikasi adalah Martinus Aragai, Terianus Salawala, Boni Wori-Wori, Wendepan Bamulki, Asirun, Dita Amelia Kurniawan, dan Agustinus Luwanmase.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw meminta keluarga korban bersabar menunggu hasil identifikasi yang dilakukan Tim DVI.
"Tim DVI terus berjuang untuk mengidentifikasi jenazah yang ada, tapi hasilnya memang tidak bisa maksimal karena setelah dibuka kantong-kantong itu, sudah sebagian besar sulit diidentifikasi," ujar Paulus Waterpauw. [Liputan6]