Willem Wandik Akui Distrik Agandugume Kelaparan akibat Hujan Es
pada tanggal
Tuesday, 14 July 2015
KOTA JAYAPURA - Bupati Puncak, Willem Wandik, mengatakan, penduduk di tiga kampung di wilayah Distrik Agandugume terancam kelaparan akibat hujan es di kawasan itu.
Ia mengatakan akibat hujan itu hasil bumi milik masyarakat menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi, hal ini memicu wabah kelaparan.
"Hujan es terjadi hampir setiap tahun terutama pada bulan Juni-Juli dan menyebabkan tanaman milik masyarakat membusuk," ungkap Bupati Wandik ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Senin (13/7)
Wandik mengatakan, akibat hujan es tersebut, beragam tanaman umbi tidak bisa dipanen dan dikonsumsi. Namun, dikatakan warga masih mengkonsumsi makanan lain yang masih dapat diolah.
"Namun hingga saat ini belum ada laporan tentang korban jiwa di kawasan itu, tegas Bupati Wandik.
Ketiga kampung di Distrik Agandume yang terkena dampak hujan es itu adalah Agamdugume, Tuput, dan Kampung Jiwot. Wandik mengatakan, penduduk Distrik Agandume sekitar 11.000 jiwa.
Menurut Bupati Wandi, dalam fenomena alam semacam ini, penduduk biasanya mengungsi ke Sinak dan sekitarnya.
"Selasa (14/7) ini, saya akan ke lokasi untuk melihat langsung kondisi masyarakat serta apa yang bisa dibantu untuk mengatasinya," katanya.
Sedangkan Gubernur Papua Lukas Enembe mengklaim, hujan es yang terjadi di Kabupaten Puncak merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di daerah itu.
Dia mengatakan, saat ini Bupati Willem Wandik dan Wakil Bupati Puncak Repinus Telenggen sedang menuju ke lokasi 3 kampung yang dikabarkan dilanda hujan es tersebut.
"Saya sudah komunikasi dengan Bupati Puncak Willem Wandik dan bupati menyebutkan dia bertanggung jawab atas nasib rakyat di sana," kata Lukas di Jayapura.
"Saat ini kami tinggal menunggu laporan lanjutan dari Pemkab Puncak dan apa saja yang dibutuhkan mendesak," imbuh dia.
Sementara Wakil Bupati Telengen menyebutkan, hujan es adalah siklus tahunan di daerah itu. Karena siklus tahunan ini, kata dia, masyarakat setempat biasa dilanda kelaparan.
Menurut dia, 3 kampung tersebut letaknya sangat terisolir, ditambah tak ada penerangan dan sinyal komunikasi.
"Belum dilaporkan adanya yang meninggal akibat hujan es. Namun masyarakat di sana sangat membutuhkan makanan dan pakaian. Suhu di kampung tersebut jika malam hari dikabarkan 3 derajat Celsius, sementara pada siang hari 10-13 derajat Celsius," papar dia.
Dia menuturkan, hujan es tahun ini dianggap oleh masyarakat setempat tergolong panjang dan ekstrem. Selain dingin, oksigen juga menipis, sebab tiga kampung terletak di atas ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
"Hari ini baru bisa didistribusikan 8 karung beras ukuran 50 kilogram. Sebab untuk masuk ke daerah itu hanya dapat ditempuh dengan pesawat berbadan kecil yang hanya bisa ditumpangi 8 orang penumpang," ujar Repinus.
"Saat ini, masih ada 6 ton bahan makanan yang tertahan di Timika, karena tidak adanya pesawat terbang ataupun helikopter yang mampu terbang ke kampung tersebut."
Kabupaten Puncak merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2008. Kabupaten ini merupakan kabupaten tertinggi se-Indonesia karena berada di ketinggian lebih dari 2.000-an kaki di atas permukaan laut. Kabupaten Puncak juga berada di kawasan Puncak Cartensz yang bersalju.
Pada November 2009, kabupaten ini terancam kelaparan yang sama. Sebanyak 12.000 masyarakat di tiga kampung yang sama mengalami kekurangan bahan makanan sejak Agutus.
Sementara itu bantuan yang hendak disalurkan oleh pemerintah kabupaten terkendala oleh kondisi lapangan terbang Agandugume yang masih dalam tahap penyelesaian.
Untuk sementara masyarakat hanya memanfaatkan sayuran paku (sejenis tanaman pakis), sebagai bahan makanan di samping sayuran lainnya. Sebenarnya di daerah ini dapat juga tumbuh tanaman kentang namun sayangnya masyarakat sudah tidak menanamnya lagi.
Dampak langsung yang dialami beberapa warga berupa kulit yang terkelupas akibat terkena es. Hal ini dialami oleh warga yang sedang berburu. Mereka sudah dievakuasi dan dirawat di RS Nabire. Masyarakat juga telah mengungsi ke tempat yang aman, yaitu antara Distrik Sinak, Distik Gime dan Distrik Ilu. [Antara]
Ia mengatakan akibat hujan itu hasil bumi milik masyarakat menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi, hal ini memicu wabah kelaparan.
"Hujan es terjadi hampir setiap tahun terutama pada bulan Juni-Juli dan menyebabkan tanaman milik masyarakat membusuk," ungkap Bupati Wandik ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Senin (13/7)
Wandik mengatakan, akibat hujan es tersebut, beragam tanaman umbi tidak bisa dipanen dan dikonsumsi. Namun, dikatakan warga masih mengkonsumsi makanan lain yang masih dapat diolah.
"Namun hingga saat ini belum ada laporan tentang korban jiwa di kawasan itu, tegas Bupati Wandik.
Ketiga kampung di Distrik Agandume yang terkena dampak hujan es itu adalah Agamdugume, Tuput, dan Kampung Jiwot. Wandik mengatakan, penduduk Distrik Agandume sekitar 11.000 jiwa.
Menurut Bupati Wandi, dalam fenomena alam semacam ini, penduduk biasanya mengungsi ke Sinak dan sekitarnya.
"Selasa (14/7) ini, saya akan ke lokasi untuk melihat langsung kondisi masyarakat serta apa yang bisa dibantu untuk mengatasinya," katanya.
Sedangkan Gubernur Papua Lukas Enembe mengklaim, hujan es yang terjadi di Kabupaten Puncak merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di daerah itu.
Dia mengatakan, saat ini Bupati Willem Wandik dan Wakil Bupati Puncak Repinus Telenggen sedang menuju ke lokasi 3 kampung yang dikabarkan dilanda hujan es tersebut.
"Saya sudah komunikasi dengan Bupati Puncak Willem Wandik dan bupati menyebutkan dia bertanggung jawab atas nasib rakyat di sana," kata Lukas di Jayapura.
"Saat ini kami tinggal menunggu laporan lanjutan dari Pemkab Puncak dan apa saja yang dibutuhkan mendesak," imbuh dia.
Sementara Wakil Bupati Telengen menyebutkan, hujan es adalah siklus tahunan di daerah itu. Karena siklus tahunan ini, kata dia, masyarakat setempat biasa dilanda kelaparan.
Menurut dia, 3 kampung tersebut letaknya sangat terisolir, ditambah tak ada penerangan dan sinyal komunikasi.
"Belum dilaporkan adanya yang meninggal akibat hujan es. Namun masyarakat di sana sangat membutuhkan makanan dan pakaian. Suhu di kampung tersebut jika malam hari dikabarkan 3 derajat Celsius, sementara pada siang hari 10-13 derajat Celsius," papar dia.
Dia menuturkan, hujan es tahun ini dianggap oleh masyarakat setempat tergolong panjang dan ekstrem. Selain dingin, oksigen juga menipis, sebab tiga kampung terletak di atas ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
"Hari ini baru bisa didistribusikan 8 karung beras ukuran 50 kilogram. Sebab untuk masuk ke daerah itu hanya dapat ditempuh dengan pesawat berbadan kecil yang hanya bisa ditumpangi 8 orang penumpang," ujar Repinus.
"Saat ini, masih ada 6 ton bahan makanan yang tertahan di Timika, karena tidak adanya pesawat terbang ataupun helikopter yang mampu terbang ke kampung tersebut."
Kabupaten Puncak merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2008. Kabupaten ini merupakan kabupaten tertinggi se-Indonesia karena berada di ketinggian lebih dari 2.000-an kaki di atas permukaan laut. Kabupaten Puncak juga berada di kawasan Puncak Cartensz yang bersalju.
Pada November 2009, kabupaten ini terancam kelaparan yang sama. Sebanyak 12.000 masyarakat di tiga kampung yang sama mengalami kekurangan bahan makanan sejak Agutus.
Sementara itu bantuan yang hendak disalurkan oleh pemerintah kabupaten terkendala oleh kondisi lapangan terbang Agandugume yang masih dalam tahap penyelesaian.
Untuk sementara masyarakat hanya memanfaatkan sayuran paku (sejenis tanaman pakis), sebagai bahan makanan di samping sayuran lainnya. Sebenarnya di daerah ini dapat juga tumbuh tanaman kentang namun sayangnya masyarakat sudah tidak menanamnya lagi.
Dampak langsung yang dialami beberapa warga berupa kulit yang terkelupas akibat terkena es. Hal ini dialami oleh warga yang sedang berburu. Mereka sudah dievakuasi dan dirawat di RS Nabire. Masyarakat juga telah mengungsi ke tempat yang aman, yaitu antara Distrik Sinak, Distik Gime dan Distrik Ilu. [Antara]