Sutiyoso Bantah Tudingan BIN Telah Gagal Deteksi Dini Kericuhan di Karubaga
pada tanggal
Thursday, 23 July 2015
JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso tak mau disebut kecolongan soal kericuhan yang mengakibatkan tewasnya seorang remaja, lukai 11 lainnya serta dibakarnya sejumlah kios, perumahan dan merembet pada mushala saat pelaksanaan shalat ied di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Jumat (17/7).
Sutiyoso mengklaim, potensi insiden ini sudah terdeteksi pihaknya setelah munculnya surat larangan shalat Id yang mengatasnamakan Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
"Tanggal 11 Juli, seluruh aparat sudah tahu karena ada edaran tidak boleh shalat Id dari GIDI, tapi yang tanda tangan bukan presidennya," kata Sutiyoso di Jakarta, Rabu (22/7).
Tanggal 13 Juli, lanjut dia, Kapolres Tolikara merespons dengan baik surat tersebut. Diadakan rapat bersama ulama hingga Presiden GIDI. Saat itu, semua pihak setuju shalat Id tetap bisa dilaksanakan.
"Presiden GIDI juga akan mencabut surat edaran yang dianggap tidak melalui dia, yaitu oleh salah satu pengurus dan sekretaris saja," ucap mantan Pangdam Jaya ini.
Kepolisian setempat yang tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat muslim, lanjut Sutiyoso, tak mengerahkan penjagaan maksimal karena berpikir bahwa semua pihak sudah setuju tak ada lagi larangan bagi umat Muslim melaksanakan shalat Id.
Selain larangan shalat Id, dalam surat tersebut juga tertulis larangan untuk mendirikan tempat ibadah selain jemaat GIDI.
Namun, sejumlah orang melakukan serangan yang menyebabkan belasan kios dan mushala terbakar. Menurut pihak GIDI, pembakaran kios tersebut sebagai reaksi adanya penembakan ketika para pemuda menyampaikan aspirasi agar shalat Id tidak dilakukan di lapangan terbuka dan menggunakan alat pengeras suara.
Alasannya, dapat mengganggu ribuan pemuda yang bersiap untuk melangsungkan seminar dan KKR, yang lokasinya berdekatan dengan koramil Karubaga, tempat shalat itu berlangsung. Akibat penembakan itu, satu orang tewas dan 11 orang lainnya terkena peluru. Masyarakat yang kecewa dengan sikap aparat kemudian membakar kios dan perumahan yang kemudian merembet hingga terbakarnya mushala.
Saat ditanya apakah BIN kecolongan mengenai insiden di Karubaga, Sutiyoso menjawab dengan nada tinggi dan langsung meninggalkan rombongan wartawan.
"Silakan sajalah (kalau ada yang bilang kecolongan), sudah saya kasih penjelasan, kamu nilai sendiri saja. Terserah mau nilai apa," ketusnya. [Viva/Papuanesia]
Sutiyoso mengklaim, potensi insiden ini sudah terdeteksi pihaknya setelah munculnya surat larangan shalat Id yang mengatasnamakan Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
"Tanggal 11 Juli, seluruh aparat sudah tahu karena ada edaran tidak boleh shalat Id dari GIDI, tapi yang tanda tangan bukan presidennya," kata Sutiyoso di Jakarta, Rabu (22/7).
Tanggal 13 Juli, lanjut dia, Kapolres Tolikara merespons dengan baik surat tersebut. Diadakan rapat bersama ulama hingga Presiden GIDI. Saat itu, semua pihak setuju shalat Id tetap bisa dilaksanakan.
"Presiden GIDI juga akan mencabut surat edaran yang dianggap tidak melalui dia, yaitu oleh salah satu pengurus dan sekretaris saja," ucap mantan Pangdam Jaya ini.
Kepolisian setempat yang tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat muslim, lanjut Sutiyoso, tak mengerahkan penjagaan maksimal karena berpikir bahwa semua pihak sudah setuju tak ada lagi larangan bagi umat Muslim melaksanakan shalat Id.
Selain larangan shalat Id, dalam surat tersebut juga tertulis larangan untuk mendirikan tempat ibadah selain jemaat GIDI.
Namun, sejumlah orang melakukan serangan yang menyebabkan belasan kios dan mushala terbakar. Menurut pihak GIDI, pembakaran kios tersebut sebagai reaksi adanya penembakan ketika para pemuda menyampaikan aspirasi agar shalat Id tidak dilakukan di lapangan terbuka dan menggunakan alat pengeras suara.
Alasannya, dapat mengganggu ribuan pemuda yang bersiap untuk melangsungkan seminar dan KKR, yang lokasinya berdekatan dengan koramil Karubaga, tempat shalat itu berlangsung. Akibat penembakan itu, satu orang tewas dan 11 orang lainnya terkena peluru. Masyarakat yang kecewa dengan sikap aparat kemudian membakar kios dan perumahan yang kemudian merembet hingga terbakarnya mushala.
Saat ditanya apakah BIN kecolongan mengenai insiden di Karubaga, Sutiyoso menjawab dengan nada tinggi dan langsung meninggalkan rombongan wartawan.
"Silakan sajalah (kalau ada yang bilang kecolongan), sudah saya kasih penjelasan, kamu nilai sendiri saja. Terserah mau nilai apa," ketusnya. [Viva/Papuanesia]