Status Gereja Injili di Indonesia (GIdI) Tercatat di Kementerian Agama
pada tanggal
Sunday, 19 July 2015
JAKARTA - Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama, Odhita Hutabarat, mengatakan status Gereja Injili di Indonesia (GIDI) sudah resmi tercatat di kementeriannya.
Ia mengatakan, Sinode GIDI tercatat sejak 25 Februari 1989, dengan nomor kop surat pendaftaran E/Ket/385-1745/76. Daftar Ulang: F/Ket/43-642/89. pada nomor urut 43
"Gereja ini sudah resmi dan diakui di Indonesia," kata Odhita dalam konferensi pers terkait bentrok Tolikara, di kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Sabtu (18/7).
Karena itu, kata Odhita, GIDI sebagai denominasi gereja berhak mengembangkan pelayanannya di Indonesia. Sebagai gereja yang tercatat di Indonesia, GIDI juga memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap kegiatannya kepada kanwil setempat, sebagai perwakilan Kementerian Agama di daerah. Dia juga mengatakan, GIDI juga tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tak hanya di Papua.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Ronny Mandang, mengatakan basis GIDI terbesar memang di Tolikara. Setelah itu, GIDI juga mulai tersebar ke wilayah Sentani. Namun basis wilayah terbesar adalah di Tolikara.
"Hanya ada satu macam gereja di Tolikara. Karena itu, mereka seperti tuan rumah," kata Ronny.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, persebaran pelayanan GIDI di Papua berbasis di wilayah-wilayah pegunungan tengah Papua.
Hal ini diawali oleh tiga misionaris Hans Veldhuis, Fred Dawson, dan Russel Bond yang masuk melalui Senggi menuju Wamena pada 22 Januari 1955.
Mereka lalu mulai misi penginjilan ke arah barat pegunungan Jayawiyaya melalui jalur darat. Jemaat awal gereja mulai terbentuk di Kelila, wilayah Bogo, Papua pada 1962. Setelah itu, persebaran ajaran injili pun meluas di wilayah besar pegunungan tengah Papua.
Gereja pribumi ini mengalami perubahan nama beberapa kali. Hingga setelah masa peralihan Papua ke wilayah Indonesia, sinode gereja memutuskan nama Gereja Injili di Indonesia untuk didaftarkan ke Kementerian Agama dan memulai buka pos pelayanan injili di seluruh Indonesia. Saat ini, GIDI memliki 8 wilayah pelayanan di seluruh Indonesia.
"GIDI juga ada di wilayah Gading Serpong. Di sana ada dua pendeta GIDI Tolikara yang ikut belajar teologi di Jakarta," kata Ronny.
GIDI sendiri merupakan salah satu dari enam denominasi gereja terbesar di Papua; diantaranya Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Gereja Katolik, Gereja Kingmi di Tanah Papua (GKITP), Persekutuan Gereja Baptis di Tanah Papua (PGBTP) dan Gereja Protestan Indonesia (GPI) di Tanah Papua. [Tempo/Papuanesia]
Ia mengatakan, Sinode GIDI tercatat sejak 25 Februari 1989, dengan nomor kop surat pendaftaran E/Ket/385-1745/76. Daftar Ulang: F/Ket/43-642/89. pada nomor urut 43
"Gereja ini sudah resmi dan diakui di Indonesia," kata Odhita dalam konferensi pers terkait bentrok Tolikara, di kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Sabtu (18/7).
Karena itu, kata Odhita, GIDI sebagai denominasi gereja berhak mengembangkan pelayanannya di Indonesia. Sebagai gereja yang tercatat di Indonesia, GIDI juga memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap kegiatannya kepada kanwil setempat, sebagai perwakilan Kementerian Agama di daerah. Dia juga mengatakan, GIDI juga tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tak hanya di Papua.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Ronny Mandang, mengatakan basis GIDI terbesar memang di Tolikara. Setelah itu, GIDI juga mulai tersebar ke wilayah Sentani. Namun basis wilayah terbesar adalah di Tolikara.
"Hanya ada satu macam gereja di Tolikara. Karena itu, mereka seperti tuan rumah," kata Ronny.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, persebaran pelayanan GIDI di Papua berbasis di wilayah-wilayah pegunungan tengah Papua.
Hal ini diawali oleh tiga misionaris Hans Veldhuis, Fred Dawson, dan Russel Bond yang masuk melalui Senggi menuju Wamena pada 22 Januari 1955.
Mereka lalu mulai misi penginjilan ke arah barat pegunungan Jayawiyaya melalui jalur darat. Jemaat awal gereja mulai terbentuk di Kelila, wilayah Bogo, Papua pada 1962. Setelah itu, persebaran ajaran injili pun meluas di wilayah besar pegunungan tengah Papua.
Gereja pribumi ini mengalami perubahan nama beberapa kali. Hingga setelah masa peralihan Papua ke wilayah Indonesia, sinode gereja memutuskan nama Gereja Injili di Indonesia untuk didaftarkan ke Kementerian Agama dan memulai buka pos pelayanan injili di seluruh Indonesia. Saat ini, GIDI memliki 8 wilayah pelayanan di seluruh Indonesia.
"GIDI juga ada di wilayah Gading Serpong. Di sana ada dua pendeta GIDI Tolikara yang ikut belajar teologi di Jakarta," kata Ronny.
GIDI sendiri merupakan salah satu dari enam denominasi gereja terbesar di Papua; diantaranya Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Gereja Katolik, Gereja Kingmi di Tanah Papua (GKITP), Persekutuan Gereja Baptis di Tanah Papua (PGBTP) dan Gereja Protestan Indonesia (GPI) di Tanah Papua. [Tempo/Papuanesia]