Status Bencana Kelaparan Akibat Hujan Es Menunggu Keputusan Gubernur Papua
pada tanggal
Tuesday, 14 July 2015
KOTA JAYAPURA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua mendapat laporan bahwa tiga distrik yang terletak di tiga kabupaten berbeda di wilayah Pegunungan Tengah Papua terkena dampak fenomena alam hujan es.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Papua, Didi Agus Prihatno mengatakan, laporan dari BPBD Kabupaten Puncak, Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Nduga disampaikan berurutan sejak Senin (13/7).
Dari laporan yang ia terima terkait tiga distrik yang berada di areal Puncak Trikora yang terancam terkena dampak hujan es, masing-masing Distrik Agadugume di Kabupaten Puncak, Distrik Kuyawage di Kabupaten Lanny Jaya dan Distrik Mapenduma di Kabupaten Nduga.
Walau sudah mendapat mendapat laporan, namun menurut Didi, kejadian tersebut belum dapat dikategorikan sebagai bencana. Sebab, kepala daerah dari tiga kabupaten tersebut belum menyatakan sebagai bencana dan belum melaporkan secara tertulis kepada Gubernur Papua.
“Laporan dari BPBD Kabupaten kepada BPBD Propinsi hanya sebagai laporan koordinasi dan kami belum bisa menyatakan sebagai bencana. Karena menurut undang-undang yang berhak menyatakan kejadian bencana adalah kepala daerah setempat,” kata Didi kepada Kompas.com, Senin (13/7).
Menurut Didi yang sudah berkecimpung dalam penanggulangan bencana di Papua sejak masih dibawah Departemen Sosial, kejadian yang terjadi di tiga distrik tersebut hampir serupa dengan bencana yang terjadi di Kampung Kuyawage, Distrik Tiom, Kabupaten Jayawijaya pada tahun 1992 lalu. Saat itu menurut Didi, hujan es akibat cuaca ekstrem mengakibatkan kekeringan, tanaman di kebun warga mati sehingga terjadi rawan pangan.
“Banyak penduduk yang meninggal akibat diare, karena tak ada makanan mereka terpaksa memakan ubi yang sudah busuk akibat hujan es. Walau fenomena ini terus berulang setiap tahun, namun kejadian ini terulang kembali setelah 20 tahun lebih,” ujar Didi.
Mengenai laporan dampak hujan es di tiga distrik yang rata-rata berpenduduk diatas 8.000 jiwa dari BPBD tiga kabupaten tersebut, Didi masih menunggu penjelasan dari kepala daerah setempat.
“Kalau kepala daerah sudah menyatakan bencana dan meminta saya menyiapkan bantuan, secepatnya juga kami akan menyiapkan bantuan dan melaporkan kejadian ini ke BNPB,” tutur Didi.
Seperti diberitakan sebelumnya, kurang lebih 10.000 penduduk dari 3 kampung di Distrik Agadugume, Kabupaten Puncak terancam mengalami rawan pangan akibat hujan es berkepanjangan. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak, Yafet Magi, hujan es terjadi di Kampung Jiwot, Kampung Tuput dan Kampung Agadugume sejak awal Juli lalu yang mengakibatkan tanaman di kebun warga mengering sementara umbi-umbian membusuk.
Akibat kejadian ini, Yafet khawatir penduduk tiga kampung tersebut terancam mengalami kelaparan karena kebun yang menjadi pemasok bahan makanan bagi warga mengalami gagal panen. [Kompas]
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Papua, Didi Agus Prihatno mengatakan, laporan dari BPBD Kabupaten Puncak, Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Nduga disampaikan berurutan sejak Senin (13/7).
Dari laporan yang ia terima terkait tiga distrik yang berada di areal Puncak Trikora yang terancam terkena dampak hujan es, masing-masing Distrik Agadugume di Kabupaten Puncak, Distrik Kuyawage di Kabupaten Lanny Jaya dan Distrik Mapenduma di Kabupaten Nduga.
Walau sudah mendapat mendapat laporan, namun menurut Didi, kejadian tersebut belum dapat dikategorikan sebagai bencana. Sebab, kepala daerah dari tiga kabupaten tersebut belum menyatakan sebagai bencana dan belum melaporkan secara tertulis kepada Gubernur Papua.
“Laporan dari BPBD Kabupaten kepada BPBD Propinsi hanya sebagai laporan koordinasi dan kami belum bisa menyatakan sebagai bencana. Karena menurut undang-undang yang berhak menyatakan kejadian bencana adalah kepala daerah setempat,” kata Didi kepada Kompas.com, Senin (13/7).
Menurut Didi yang sudah berkecimpung dalam penanggulangan bencana di Papua sejak masih dibawah Departemen Sosial, kejadian yang terjadi di tiga distrik tersebut hampir serupa dengan bencana yang terjadi di Kampung Kuyawage, Distrik Tiom, Kabupaten Jayawijaya pada tahun 1992 lalu. Saat itu menurut Didi, hujan es akibat cuaca ekstrem mengakibatkan kekeringan, tanaman di kebun warga mati sehingga terjadi rawan pangan.
“Banyak penduduk yang meninggal akibat diare, karena tak ada makanan mereka terpaksa memakan ubi yang sudah busuk akibat hujan es. Walau fenomena ini terus berulang setiap tahun, namun kejadian ini terulang kembali setelah 20 tahun lebih,” ujar Didi.
Mengenai laporan dampak hujan es di tiga distrik yang rata-rata berpenduduk diatas 8.000 jiwa dari BPBD tiga kabupaten tersebut, Didi masih menunggu penjelasan dari kepala daerah setempat.
“Kalau kepala daerah sudah menyatakan bencana dan meminta saya menyiapkan bantuan, secepatnya juga kami akan menyiapkan bantuan dan melaporkan kejadian ini ke BNPB,” tutur Didi.
Seperti diberitakan sebelumnya, kurang lebih 10.000 penduduk dari 3 kampung di Distrik Agadugume, Kabupaten Puncak terancam mengalami rawan pangan akibat hujan es berkepanjangan. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak, Yafet Magi, hujan es terjadi di Kampung Jiwot, Kampung Tuput dan Kampung Agadugume sejak awal Juli lalu yang mengakibatkan tanaman di kebun warga mengering sementara umbi-umbian membusuk.
Akibat kejadian ini, Yafet khawatir penduduk tiga kampung tersebut terancam mengalami kelaparan karena kebun yang menjadi pemasok bahan makanan bagi warga mengalami gagal panen. [Kompas]