Rekomendasi Badan Pekerja Gereja Injili di Indonesia (BP GIdI) Disalahtafsirkan
pada tanggal
Sunday, 19 July 2015
KARUBAGA (TOLIKARA) - Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Polisi Yotje Mende, menyatakan, Presiden Badan Pekerja Gereja Injili di Indonesia (BP GIdI), Dorman Wandikmo, tidak pernah merekomendasi surat edaran terkait kerusuhan berlatar SARA, di Karubaga, Papua.
Mende mengklaim kerusuhan di Karubaga, Jumat (17/7), disebabkan edaran Badan Pekerja Tolikara. Dalam surat edaran yang ditandatangani Nayus Wenda dan Jingga itu melarang perayaan Idul Fitri dan juga melarang agama lain dan gereja denominasi lain mendirikan tempat-tempat ibadah di Tolikara.
Dikatakan Mende, Wandikmo menyatakan bantahannya itu dalam pertemuan yang juga dihadiri Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Fransen Siahaan, di Karubaga, Sabtu (18/7).
Menurut Mende, ada kemungkinan surat edaran tertanggal 11 Juli itu, sempat disalahtafsirkan peserta seminar dan kebaktian kebangunan rohani pemuda GIdI.
"Memang saat umat Islam sedang shalat Idul Ied, sekitar 300-an orang menyerang dengan cara melempari umat Islam hingga mereka membubarkan dan menyelamatkan diri ke belakang Markas Koramil setempat," kata Mende.
Dikatakan, saat itulah anggota TNI AD setempat menggeluarkan tembakan peringatan hingga menyebabkan sembilan jatuh korban di kelompok penyerang.
Akibatnya para pemuda marah dan membakar kios atau warung yang berjumlah 54 unit yang lokasinya bersebelahan dengan mushola hingga menyebab mushola ikut terbakar.
"Pembakaran itu dilakukan spontan dan tidak direncanakan," kata Mende, mengutip pernyataan Mandikmo, yang diungkapkan saat pertemuan di Karubaga. [Antara]
Mende mengklaim kerusuhan di Karubaga, Jumat (17/7), disebabkan edaran Badan Pekerja Tolikara. Dalam surat edaran yang ditandatangani Nayus Wenda dan Jingga itu melarang perayaan Idul Fitri dan juga melarang agama lain dan gereja denominasi lain mendirikan tempat-tempat ibadah di Tolikara.
Dikatakan Mende, Wandikmo menyatakan bantahannya itu dalam pertemuan yang juga dihadiri Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Fransen Siahaan, di Karubaga, Sabtu (18/7).
Menurut Mende, ada kemungkinan surat edaran tertanggal 11 Juli itu, sempat disalahtafsirkan peserta seminar dan kebaktian kebangunan rohani pemuda GIdI.
"Memang saat umat Islam sedang shalat Idul Ied, sekitar 300-an orang menyerang dengan cara melempari umat Islam hingga mereka membubarkan dan menyelamatkan diri ke belakang Markas Koramil setempat," kata Mende.
Dikatakan, saat itulah anggota TNI AD setempat menggeluarkan tembakan peringatan hingga menyebabkan sembilan jatuh korban di kelompok penyerang.
Akibatnya para pemuda marah dan membakar kios atau warung yang berjumlah 54 unit yang lokasinya bersebelahan dengan mushola hingga menyebab mushola ikut terbakar.
"Pembakaran itu dilakukan spontan dan tidak direncanakan," kata Mende, mengutip pernyataan Mandikmo, yang diungkapkan saat pertemuan di Karubaga. [Antara]