Polri Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi Kericuhan di Karubaga
pada tanggal
Sunday, 19 July 2015
JAKARTA - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Polri, Irjen (Pol) Anton Charliyan mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh kericuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara pada hari lebaran, Jumat (17/7).
"Tidak usah dibesarkan, sudah diselesaikan Kapolda, Pangdam dan Bupati. Kita juga jangan terprovokasi karena memang itulah yang diinginkan oleh kelompok-kelompok yang terus memprovokasi situasi di Papua," katanya, Sabtu (18/7).
Dia menegaskan situasi keamanan kini sudah aman terkendali. Polisi sudah mengantongi nama-nama pelaku pembakaran dan semua pelaku diproses sesuai hukum.
"Pelaku kriminal siapapun harus mempertanggungjawabkannya. Kami sudah mengantongi nama-nama pelaku," katanya.
Kericuhan di Karubaga, sendiri terjadi akibat kesalahpahaman antara umat muslim yang akan melaksanakan sholat Id dengan pemuda GIDI yang menuntut agar kebijakan bersama umat bergama ditempati itu untuk tidak beribadah dengan menggunakan toa.
Penolakan untuk menaati kesepakatan itu berujung pada hadangan aparat keamanan sehingga 9 orang pemuda GIDI tertembak. 1 diantaranya meninggal dunia.
Kecewa dengan sikap aparat yang represif, warga kemudian membakar puluhan kios dan perumahan milik warga pendatang baik Islam maupun Kristen di wilayah pasar Karubaga, api yang tidak dipadamkan oleh aparat itu meluber hingga ke mushola tak berijin yang dibangun para pedagang. [Kompas/Papuanesia]
"Tidak usah dibesarkan, sudah diselesaikan Kapolda, Pangdam dan Bupati. Kita juga jangan terprovokasi karena memang itulah yang diinginkan oleh kelompok-kelompok yang terus memprovokasi situasi di Papua," katanya, Sabtu (18/7).
Dia menegaskan situasi keamanan kini sudah aman terkendali. Polisi sudah mengantongi nama-nama pelaku pembakaran dan semua pelaku diproses sesuai hukum.
"Pelaku kriminal siapapun harus mempertanggungjawabkannya. Kami sudah mengantongi nama-nama pelaku," katanya.
Kericuhan di Karubaga, sendiri terjadi akibat kesalahpahaman antara umat muslim yang akan melaksanakan sholat Id dengan pemuda GIDI yang menuntut agar kebijakan bersama umat bergama ditempati itu untuk tidak beribadah dengan menggunakan toa.
Penolakan untuk menaati kesepakatan itu berujung pada hadangan aparat keamanan sehingga 9 orang pemuda GIDI tertembak. 1 diantaranya meninggal dunia.
Kecewa dengan sikap aparat yang represif, warga kemudian membakar puluhan kios dan perumahan milik warga pendatang baik Islam maupun Kristen di wilayah pasar Karubaga, api yang tidak dipadamkan oleh aparat itu meluber hingga ke mushola tak berijin yang dibangun para pedagang. [Kompas/Papuanesia]