Polda Papua Klaim Situasi di Karubaga Berangsur Kondusif
pada tanggal
Saturday, 18 July 2015
KOTA JAYAPURA - Polda Papua mengklaim situasi keamanan dan ketertiban masyarakat pasca kericuhan di Karubaga, berangsur-angsur kondusif.
"Laporan terakhir yang saya terima dari Tolikara, kamtibmas di sana mulai kondusif ," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige di Kota Jayapura, Jumat (17/7).
Ia mengatakan, polisi di bantu aparat TNI telah berjaga-jaga di sejumlah titik yang dianggap rawan terjadi pertikaian susulan.
"Jajaran di sana telah disiagakan di beberapa tempat, harapannya tidak lagi terjadi pertikaian," katanya.
Mantan Kapolres Merauke itu juga mengemukakan bahwa Kapolres Tolikara terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak berkompeten guna meredam emosi warga.
"Pak Kapolres AKBP Suroso terus menjalin komunikasi. Hanya untuk menangkap para pelaku, situasinya belum bisa memungkinkan, butuh pendekatan agar tidak meluas," katanya.
Sementara itu, dikatakan adat tiga orang tertembak dalam kerusuhan Jumat pagi dan delapan orang lainnya luka-luka.
Diberitakan sebelumnya, salat Idul Fitri di Karubaga pada Jumat pagi sekitar pukul 07.00 WIT diwarnai aksi kericuhan.
Menurut Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIdI), Pendeta Dorman Wandikbo awal mula terjadinya kericuhan ini bukan dilakukan oleh umat Kristen di wilayah tersebut.
Tetapi akibat penembakan oleh aparat keamanan ketika beberapa pemuda mendatangi mushola Karubaga guna meminta warga muslim agar melakukan ibadah tanpa menggunakan pengeras suara.
Permintaan ini disampaikan para pemuda sebab saat itu sedang diadakan seminar dan KKR Pemuda GIDI di pusat kota itu selama seminggu ini.
“Untuk itu, kami sudah keluarkan surat pemberitahuan sebelumnya dan diketahui semua pihak. Kapolres sudah Ok, Bupati, juga pihak gereja,” ucapnya pada Jumat (17/7).
Ia menyatakan pihaknya telah memberikan imbauan dalam beberapa waktu lalu yang disepakati semua pihak sehingga mereka mengharapkan agar semua elemen masyarakat termasuk umat muslim dapat menaatinya.
“Memang hari ini adalah hari Idul Fitri, harinya mereka. Tapi, saya sebagai pimpinan (umat GIDI) di Tolikara sudah kasi surat tertulis, dalam rangka hari pemuda, tidak boleh lakukan kegiatan itu (menggunakan pengeras suara) karena ada kegiatan seminar dan KKR," ujar
Sayangnya imbauan ini diabaikan dan malah dipaksakan oleh puluhan muslim di wilayah pegunungan itu, dan ketika ditegur oleh para pemuda, hal itu malah dilindungi oleh aparat.
"Tapi sekarang polisi dan tentara main tembak anak-anak,” ujarnya.
Pendeta Wandikbo menyesalkan tidak ada tindakan dari aparat kepolisian.
“Tidak ada tindakan dari aparat kepolisian, padahal kesepakatan untuk tidak menggunakan pengeras suara telah dilakukan sebelum seminar pemuda itu dilakukan,” tekan Pendeta Wandikbo.
Warga muslim kemudian memilih mengungsi ke Koramil dan Pos 756/WMS. Sedangkan warga Karubaga yang serang warga melarikan diri, beberapa diantaranya terkena luka tembak. [Antara]
"Laporan terakhir yang saya terima dari Tolikara, kamtibmas di sana mulai kondusif ," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige di Kota Jayapura, Jumat (17/7).
Ia mengatakan, polisi di bantu aparat TNI telah berjaga-jaga di sejumlah titik yang dianggap rawan terjadi pertikaian susulan.
"Jajaran di sana telah disiagakan di beberapa tempat, harapannya tidak lagi terjadi pertikaian," katanya.
Mantan Kapolres Merauke itu juga mengemukakan bahwa Kapolres Tolikara terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak berkompeten guna meredam emosi warga.
"Pak Kapolres AKBP Suroso terus menjalin komunikasi. Hanya untuk menangkap para pelaku, situasinya belum bisa memungkinkan, butuh pendekatan agar tidak meluas," katanya.
Sementara itu, dikatakan adat tiga orang tertembak dalam kerusuhan Jumat pagi dan delapan orang lainnya luka-luka.
Diberitakan sebelumnya, salat Idul Fitri di Karubaga pada Jumat pagi sekitar pukul 07.00 WIT diwarnai aksi kericuhan.
Menurut Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIdI), Pendeta Dorman Wandikbo awal mula terjadinya kericuhan ini bukan dilakukan oleh umat Kristen di wilayah tersebut.
Tetapi akibat penembakan oleh aparat keamanan ketika beberapa pemuda mendatangi mushola Karubaga guna meminta warga muslim agar melakukan ibadah tanpa menggunakan pengeras suara.
Permintaan ini disampaikan para pemuda sebab saat itu sedang diadakan seminar dan KKR Pemuda GIDI di pusat kota itu selama seminggu ini.
“Untuk itu, kami sudah keluarkan surat pemberitahuan sebelumnya dan diketahui semua pihak. Kapolres sudah Ok, Bupati, juga pihak gereja,” ucapnya pada Jumat (17/7).
Ia menyatakan pihaknya telah memberikan imbauan dalam beberapa waktu lalu yang disepakati semua pihak sehingga mereka mengharapkan agar semua elemen masyarakat termasuk umat muslim dapat menaatinya.
“Memang hari ini adalah hari Idul Fitri, harinya mereka. Tapi, saya sebagai pimpinan (umat GIDI) di Tolikara sudah kasi surat tertulis, dalam rangka hari pemuda, tidak boleh lakukan kegiatan itu (menggunakan pengeras suara) karena ada kegiatan seminar dan KKR," ujar
Sayangnya imbauan ini diabaikan dan malah dipaksakan oleh puluhan muslim di wilayah pegunungan itu, dan ketika ditegur oleh para pemuda, hal itu malah dilindungi oleh aparat.
"Tapi sekarang polisi dan tentara main tembak anak-anak,” ujarnya.
Pendeta Wandikbo menyesalkan tidak ada tindakan dari aparat kepolisian.
“Tidak ada tindakan dari aparat kepolisian, padahal kesepakatan untuk tidak menggunakan pengeras suara telah dilakukan sebelum seminar pemuda itu dilakukan,” tekan Pendeta Wandikbo.
Warga muslim kemudian memilih mengungsi ke Koramil dan Pos 756/WMS. Sedangkan warga Karubaga yang serang warga melarikan diri, beberapa diantaranya terkena luka tembak. [Antara]