PBNU Harap Kericuhan di Karubaga Tak Terjadi Lagi
pada tanggal
Sunday, 26 July 2015
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj menyatakan kecewa dengan terjadinya peristiwa kericuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara. Bangsa ini membutuhkan kesatuan yang kokoh, bukan pertikaian.
"Saya kecewa berat dan menyayangkan terjadinya peristiwa di Tolikara, di saat bangsa ini membutuhkan kesatuan yang kokoh di era globalisasi," katanya, Jakarta, Minggu (19/7).
Said Aqil menegaskan, apa pun agamanya, sukunya, parpolnya, alirannya, semua harus bersatu memasuki era globalisasi. Hal itu harus dilakukan, supaya bangsa ini tidak tergerus.
"Saya berharap kejadian (Tolikara) ini adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali di masa yang akan datang,” katanya.
PBNU, katanya, tak ingin ada lagi konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (Sara) di Indonesia. Jangan sampai kerusuhan terjadi, hanya karena perbedaan agama atau suku.
"Kalau sampai ada aktor intelektual di balik kejadian ini, itu sangat jahat sekali, karena sebenarnya bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya," kata Kiai Said.
Said melanjutkan, perbedaan agama bukanlah barang baru. Sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat semua sudah menyepakati bahwa negara ini adalah nation state.
"Kita semua menyepakati bentuk nation state/ darussalam/ negara kesatuan, yang merangkul semua komponen bangsa ini. Saya berharap pemerintah, melalui aparat penegak hukumnya harus segera mengungkap kejadian ini dan menindak pelakunya,” katanya. [Antara]
"Saya kecewa berat dan menyayangkan terjadinya peristiwa di Tolikara, di saat bangsa ini membutuhkan kesatuan yang kokoh di era globalisasi," katanya, Jakarta, Minggu (19/7).
Said Aqil menegaskan, apa pun agamanya, sukunya, parpolnya, alirannya, semua harus bersatu memasuki era globalisasi. Hal itu harus dilakukan, supaya bangsa ini tidak tergerus.
"Saya berharap kejadian (Tolikara) ini adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali di masa yang akan datang,” katanya.
PBNU, katanya, tak ingin ada lagi konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (Sara) di Indonesia. Jangan sampai kerusuhan terjadi, hanya karena perbedaan agama atau suku.
"Kalau sampai ada aktor intelektual di balik kejadian ini, itu sangat jahat sekali, karena sebenarnya bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya," kata Kiai Said.
Said melanjutkan, perbedaan agama bukanlah barang baru. Sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat semua sudah menyepakati bahwa negara ini adalah nation state.
"Kita semua menyepakati bentuk nation state/ darussalam/ negara kesatuan, yang merangkul semua komponen bangsa ini. Saya berharap pemerintah, melalui aparat penegak hukumnya harus segera mengungkap kejadian ini dan menindak pelakunya,” katanya. [Antara]