Pabrik Sagu di Kampung Kekwa Hampir Rampung
pada tanggal
Friday, 3 July 2015
KEKWA (MIMIKA) - Pembangunan pabrik sagu oleh Lembaga Pengembangan masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) di Kampung Kekwa Distrik Mimika Timur Jauh sudah hampir rampung. Meski belum dilengkapi sarana pendukung lainnya, namun pabrik sagu ini sudah dilakukan uji coba proses produksi tepung sagu pada hari Rabu (1/7) lalu.
Wakil Sekretaris Bidang Program LPMAK, Yohanis Arwakon mengatakan, konstruksi bangunan pabrik tepung sagu itu sudah rampung dikerjakan dan sudah mendekati final.
“Pabrik sagu ini akan dilengkapi sarana pendukung seperti air bersih, penahan talut supaya tidak terjadi abrasi, kemudian mengorganisir masyarakat untuk mulai melakukan penanaman sagu di lahan-lahan milik mereka,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, proses uji coba produksi ini akan terus dilakukan, sehingga bisa diketahui hasilnya. Dengan begitu, diharapkan pabrik sagu ini segera diresmikan pengoperasiannya.
“Program ini dinamakan industri sagu rakyat. Karena, penyiapan sarana dan fasilitas maupun pembelian bahan baku sagu dari masyarakat, sehingga sangat tergantung suplai bahan baku yang disediakan dari masyarakat sendiri,” katanya.
Menurut Yohanis, penyediaan bahan baku tidak hanya dilakukan warga kampung Kekwa, akan tetapi diberikan kesempatan kepada semua masyarakat baik yang berada di Timika Pantai, Atuka, Kokonao dan kampung-kampung lainnya untuk bisa menjual sagu ke pabrik tersebut.
“Ini bukan hanya untuk Kampung Kekwa tapi bagi semua kampung yang terdekat untuk menjual sagunya ke pabrik,” kata Yohanis.
Menurut dia, pabrik tersebut nantinya akan menghasilkan tepung sagu sebagai bahan konsumsi utama masyarakat Suku Kamoro dan warga Papua lainnya.
“Diharapkan agar masyarakat mengerti pentingnya hutan sagu mulai dari sekarang dan bisa melakukan perawatan, serta mengetahui batas-batas hutan sagu mereka,” jelasnya.
Kata dia, uintuk pengambilan sagu secara normal masyarakat akan membawa sendiri melalui sungai dan akan diberi contoh cara bagaimana membawa sagu melalui sungai.
“Jadi selain penanaman bibit sagu dari Timika, ada juga sagu dari Sentani untuk memperkaya jenis sagu di Timika. Karena sagu dari Sentani tidak berduri dan ini untuk memperbanyak bibit sagu, yang jelas akan diidentifikasi terlebih dahulu jenis-jenisnya. Sehingga mudah di tatah dan di panen dalam penanamannya,” jelasnya.
Sementara itu, perwakilan PT Freeport Indonesia, Jhon Randongkir menuturkan, PTFI sebagai pendamping LPMAK dengan sejumlah program diantaranya program dana kemitraan, pendidikan kesehatan, dan program ekonomi.
“Dengan program-program ini yang terorganisasi dengan baik, sehingga dapat berdampak langsung kepada masyarakat. Sebab masyarakat ini sebagai penerima manfaat langsung,” ujarnya.
Sedangkan Jefri Busung, Direktur Putra Bintang Mimika menuturkan pembuatan mesin sagu ini dimulai dari Mei sampai Bulan Desember 2014 lalu.
“Sampai saat ini, presentasi bangunan sudah 98 persen, tinggal finishing saja,” paparnya..
Pabrik sagu LPMAK ini terdiri dari empat bangunan besar yaitu bangunan pabrik dengan ukuran 40 x 60 meter persegi, bangunan gedung 30 x 30 meter persegi, bangunan gudang 25 x30 meter persegi dan dua bangunan penjemur sagu.
Sedangkan teknologi mesin merupakan desain pertama yang full modifikasi dengan fungsinya sama, tetapi bentuknya berbeda.
Dikatakan kontruksi rangka bangunan tersebut dipesan dari kota Surabaya sedangkan pembangunan pabrik tersebut melibatkan masyarakat Kampung Kekwa. [TimikaEKspress]
Wakil Sekretaris Bidang Program LPMAK, Yohanis Arwakon mengatakan, konstruksi bangunan pabrik tepung sagu itu sudah rampung dikerjakan dan sudah mendekati final.
“Pabrik sagu ini akan dilengkapi sarana pendukung seperti air bersih, penahan talut supaya tidak terjadi abrasi, kemudian mengorganisir masyarakat untuk mulai melakukan penanaman sagu di lahan-lahan milik mereka,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, proses uji coba produksi ini akan terus dilakukan, sehingga bisa diketahui hasilnya. Dengan begitu, diharapkan pabrik sagu ini segera diresmikan pengoperasiannya.
“Program ini dinamakan industri sagu rakyat. Karena, penyiapan sarana dan fasilitas maupun pembelian bahan baku sagu dari masyarakat, sehingga sangat tergantung suplai bahan baku yang disediakan dari masyarakat sendiri,” katanya.
Menurut Yohanis, penyediaan bahan baku tidak hanya dilakukan warga kampung Kekwa, akan tetapi diberikan kesempatan kepada semua masyarakat baik yang berada di Timika Pantai, Atuka, Kokonao dan kampung-kampung lainnya untuk bisa menjual sagu ke pabrik tersebut.
“Ini bukan hanya untuk Kampung Kekwa tapi bagi semua kampung yang terdekat untuk menjual sagunya ke pabrik,” kata Yohanis.
Menurut dia, pabrik tersebut nantinya akan menghasilkan tepung sagu sebagai bahan konsumsi utama masyarakat Suku Kamoro dan warga Papua lainnya.
“Diharapkan agar masyarakat mengerti pentingnya hutan sagu mulai dari sekarang dan bisa melakukan perawatan, serta mengetahui batas-batas hutan sagu mereka,” jelasnya.
Kata dia, uintuk pengambilan sagu secara normal masyarakat akan membawa sendiri melalui sungai dan akan diberi contoh cara bagaimana membawa sagu melalui sungai.
“Jadi selain penanaman bibit sagu dari Timika, ada juga sagu dari Sentani untuk memperkaya jenis sagu di Timika. Karena sagu dari Sentani tidak berduri dan ini untuk memperbanyak bibit sagu, yang jelas akan diidentifikasi terlebih dahulu jenis-jenisnya. Sehingga mudah di tatah dan di panen dalam penanamannya,” jelasnya.
Sementara itu, perwakilan PT Freeport Indonesia, Jhon Randongkir menuturkan, PTFI sebagai pendamping LPMAK dengan sejumlah program diantaranya program dana kemitraan, pendidikan kesehatan, dan program ekonomi.
“Dengan program-program ini yang terorganisasi dengan baik, sehingga dapat berdampak langsung kepada masyarakat. Sebab masyarakat ini sebagai penerima manfaat langsung,” ujarnya.
Sedangkan Jefri Busung, Direktur Putra Bintang Mimika menuturkan pembuatan mesin sagu ini dimulai dari Mei sampai Bulan Desember 2014 lalu.
“Sampai saat ini, presentasi bangunan sudah 98 persen, tinggal finishing saja,” paparnya..
Pabrik sagu LPMAK ini terdiri dari empat bangunan besar yaitu bangunan pabrik dengan ukuran 40 x 60 meter persegi, bangunan gedung 30 x 30 meter persegi, bangunan gudang 25 x30 meter persegi dan dua bangunan penjemur sagu.
Sedangkan teknologi mesin merupakan desain pertama yang full modifikasi dengan fungsinya sama, tetapi bentuknya berbeda.
Dikatakan kontruksi rangka bangunan tersebut dipesan dari kota Surabaya sedangkan pembangunan pabrik tersebut melibatkan masyarakat Kampung Kekwa. [TimikaEKspress]