Nasabah Kredit Macet Bank Papua Terbanyak di Surabaya
pada tanggal
Sunday, 12 July 2015
KOTA JAYAPURA - Bank Papua mengakui ada kredit macet yang membelit bank daerah itu, Bahkan kredit macet terbesar di Bank kebanggaan orang Papua itu terjadi di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Direktur Umum dan Operasional Bank Papua Sharly Andreas Parrangan selaku Pjs Dirut Bank Papua yang didampingi Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Papua La Jimu saat konferensi pers yang berlangsung sore kemarin Rabu (8/7) di Lantai 4 Bank Papua – Jayapura, berdalih soal dugaan kredit macet sebesar Rp. 2 triliun.
“Memang totalnya Rp. 2 triliun, akan tetapi belum tentu semuanya macet. Tapi besarannya tidak sampai segitu,”akunya.
Kredit macet yang terjadi di Surabaya itu, untuk pembangunan jalan Tol, lagi-lagi Sharly Parangan berdalih bahwa sebenarnya tidak ada masalah dalam pembangunannya.
Hal ini karena ada beberapa skin atau sector yang difasilitasi seperti kontraktor, jalan tol, investasi dan juga tenaga kerja.
Namun menurut Sharly berbicara mengenai pembangunan jalan tol ini Bank Papua tidaklah sendiri akan tetapi juga menggandeng bank yang lain di luar Bank Papua.
Untuk itu Direksi Bank Papua akan melakukan sejumlah langkah- langkah dengan mengambil personil - personil yang diambil secara insidentil.
"Ada beberapa dari jumlah kredit yang sangat besar pengaruhnya akan kita dahulukan. Ini akan kita lakukan secara bertahap. Kalau tidak bisa mengangsur maka agunannya yang akan kita jual,"tegasnya.
Selain itu juga akan dilakukan monitoring harian pergerakan NPL (Non Performing Loan atau Kredit berkualitas rendah) dan pemetaan NPL seluruh kantor cabang. Kemudian membangun komunikasi kantor cabang dan debitur, melakukan analisa terhadap debitur dan mengambil langkah – langkah strategis.
“Kami akan focus pada target penyelesaian action plan setiap bulan sampai dengan November 2015 dan juga evaluasi kerja tim dan disampaikan dalam bentuk laporan ke Otoritas Jasa Keuangan dan tembusan ke Direksi dan Komisaris," ujarnya.
Dijelaskannya untuk khusus kredit, bank Papua mengaku menguasai kredit hampir 40 persen dari 20 bank di Papua. Dalam artian bank daerah ini sudah banyak mendominasi share dibandingkan bank yang lain. Sementara itu juga akan berusaha agar DPK bisa menghasilkan sesuatu atau mendapatkan sesuatu sehingga ketika ada peluang kita akan ambil.
Dikatakan, kaadaan Bank Papua menurutnya sampai saat ini masih berjalan normal dan beroperasi sebagaimana mestinya. Terkait dengan kualitas kredit yang menurun, hal tersebut menurutnya adalah hal yang wajar dalam bisnis perbankan. [PasifikPos]
Direktur Umum dan Operasional Bank Papua Sharly Andreas Parrangan selaku Pjs Dirut Bank Papua yang didampingi Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Papua La Jimu saat konferensi pers yang berlangsung sore kemarin Rabu (8/7) di Lantai 4 Bank Papua – Jayapura, berdalih soal dugaan kredit macet sebesar Rp. 2 triliun.
“Memang totalnya Rp. 2 triliun, akan tetapi belum tentu semuanya macet. Tapi besarannya tidak sampai segitu,”akunya.
Kredit macet yang terjadi di Surabaya itu, untuk pembangunan jalan Tol, lagi-lagi Sharly Parangan berdalih bahwa sebenarnya tidak ada masalah dalam pembangunannya.
Hal ini karena ada beberapa skin atau sector yang difasilitasi seperti kontraktor, jalan tol, investasi dan juga tenaga kerja.
Namun menurut Sharly berbicara mengenai pembangunan jalan tol ini Bank Papua tidaklah sendiri akan tetapi juga menggandeng bank yang lain di luar Bank Papua.
Untuk itu Direksi Bank Papua akan melakukan sejumlah langkah- langkah dengan mengambil personil - personil yang diambil secara insidentil.
"Ada beberapa dari jumlah kredit yang sangat besar pengaruhnya akan kita dahulukan. Ini akan kita lakukan secara bertahap. Kalau tidak bisa mengangsur maka agunannya yang akan kita jual,"tegasnya.
Selain itu juga akan dilakukan monitoring harian pergerakan NPL (Non Performing Loan atau Kredit berkualitas rendah) dan pemetaan NPL seluruh kantor cabang. Kemudian membangun komunikasi kantor cabang dan debitur, melakukan analisa terhadap debitur dan mengambil langkah – langkah strategis.
“Kami akan focus pada target penyelesaian action plan setiap bulan sampai dengan November 2015 dan juga evaluasi kerja tim dan disampaikan dalam bentuk laporan ke Otoritas Jasa Keuangan dan tembusan ke Direksi dan Komisaris," ujarnya.
Dijelaskannya untuk khusus kredit, bank Papua mengaku menguasai kredit hampir 40 persen dari 20 bank di Papua. Dalam artian bank daerah ini sudah banyak mendominasi share dibandingkan bank yang lain. Sementara itu juga akan berusaha agar DPK bisa menghasilkan sesuatu atau mendapatkan sesuatu sehingga ketika ada peluang kita akan ambil.
Dikatakan, kaadaan Bank Papua menurutnya sampai saat ini masih berjalan normal dan beroperasi sebagaimana mestinya. Terkait dengan kualitas kredit yang menurun, hal tersebut menurutnya adalah hal yang wajar dalam bisnis perbankan. [PasifikPos]