Lebaran, Okupansi Hotel do Kota Jayapura Turun hingga 40 Persen
pada tanggal
Sunday, 26 July 2015
KOTA JAYAPURA – Sepanjang Ramadhan dan Lebaran tingkat hunian atau okupansi hotel di Kota Jayapura mengalami penurunan hingga 40 persen.
General Manager Sahid Hotel, Sahril saat dimintai keterangannya melalui telepon selularnya mengatakan okupansi di hotelnya turun hingga 40 persen. Hal ini jauh sekali jika dibandingkan okupansi di tahun sebelumnya.
Tingkat okupansi libur lebaran adalah sama dengan tingkat okupansi di bulan Ramadan.
“Stagnan. Selama Ramadhan hanya 40 persen. Ini karena Papua bukan tujuan mudik masyarakat dan destinasi wisata,” ujarnya.
Oleh sebab itu, penting sekali pemerintah memperbaiki infrastruktur pariwisata di Papua untuk mendongkrak perekonomian kreatif.
“Ini penting sekali mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah di Papua untuk memperbaiki infrastruktur kepariwisatawanan,” katanya.
Menurut Riset STR Global-konsultan perhotelan internasional, diungkapkan Area Director Asia Pacific STR, Global Jesper Palmqvist, selama triwulan I-2015, permintaan hunian hotel di Indonesia turun 5 persen dibandingkan dengan triwulan I-2014. Tingkat hunian atau okupansi hotel juga turun hingga 12 persen. Pelaku usaha jasa perhotelan berharap kondisi tersebut hanya berlangsung dalam waktu singkat.
Siaran pers STR Global “Industri Perhotelan di Asia Pasifik pada Maret 2015”, menyebutkan, penurunan yang dialami Indonesia pada Maret 2015 merupakan yang terparah.
Di Jakarta, tingkat hunian hotel turun 12,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan di Bali turun 10,7 persen.
“Kami menilai, Indonesia masih menjanjikan untuk investasi perhotelan. Kami bertemu beberapa pelaku usaha hotel di Jepang dan Eropa yang mengakui Indonesia adalah negara besar dengan kekayaan wisata. Mereka berharap bisa berinvestasi di Indonesia,” tutur Jesper. [Jubi]
General Manager Sahid Hotel, Sahril saat dimintai keterangannya melalui telepon selularnya mengatakan okupansi di hotelnya turun hingga 40 persen. Hal ini jauh sekali jika dibandingkan okupansi di tahun sebelumnya.
Tingkat okupansi libur lebaran adalah sama dengan tingkat okupansi di bulan Ramadan.
“Stagnan. Selama Ramadhan hanya 40 persen. Ini karena Papua bukan tujuan mudik masyarakat dan destinasi wisata,” ujarnya.
Oleh sebab itu, penting sekali pemerintah memperbaiki infrastruktur pariwisata di Papua untuk mendongkrak perekonomian kreatif.
“Ini penting sekali mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah di Papua untuk memperbaiki infrastruktur kepariwisatawanan,” katanya.
Menurut Riset STR Global-konsultan perhotelan internasional, diungkapkan Area Director Asia Pacific STR, Global Jesper Palmqvist, selama triwulan I-2015, permintaan hunian hotel di Indonesia turun 5 persen dibandingkan dengan triwulan I-2014. Tingkat hunian atau okupansi hotel juga turun hingga 12 persen. Pelaku usaha jasa perhotelan berharap kondisi tersebut hanya berlangsung dalam waktu singkat.
Siaran pers STR Global “Industri Perhotelan di Asia Pasifik pada Maret 2015”, menyebutkan, penurunan yang dialami Indonesia pada Maret 2015 merupakan yang terparah.
Di Jakarta, tingkat hunian hotel turun 12,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan di Bali turun 10,7 persen.
“Kami menilai, Indonesia masih menjanjikan untuk investasi perhotelan. Kami bertemu beberapa pelaku usaha hotel di Jepang dan Eropa yang mengakui Indonesia adalah negara besar dengan kekayaan wisata. Mereka berharap bisa berinvestasi di Indonesia,” tutur Jesper. [Jubi]