Kondisi Pegunungan Tengah yang Basah jadi Penyebab Hujan Es
pada tanggal
Tuesday, 28 July 2015
JAKARTA - Kondisi cuaca lokal di wilayah Pegunungan Tengah Papua yang cenderung basah setiap tahun membuat wilayah ini mengalami pertumbuhan awan yang kuat setiap saat. Bahkan pertumbuhan awan yang sangat banyak dan suhu rendah ini menimbulkan hujan es.
Berbeda dengan sebagian besar wilayah Indonesia lainnya yang justru mengalami musim kemarau dan kering tanpa hujan dalam dua bulan terakhir.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo mengatakan tutupan awan memang sangat dominan di atas Papua. Bahkan di Sumatera bagian Barat belum lama ini juga mengalami tutupan awan dominan sehingga terjadi hujan es.
"Pertumbuhan awan konvektif ini sifatnya lokal dan dapat memicu pertumbuhan awan tinggi. Namun hal ini tidak meluas tetapi lokal," katanya di Jakarta, Minggu (26/7).
Kemudian lanjut Prabowo, butiran uap air menjadi butiran es di wilayah puncak tinggi seperti Papua karena suhu yang dingin, sehingga pada kondisi tertentu dan lokasi tersebut bisa terjadi hujan es.
Dalam zona musim di wilayah Papua Tengah tambahnya memang tidak mengenal musim kemarau dan kondisi yang terjadi basah sepanjang tahun. Kemungkinan besar pertumbuhan awan dominan tinggi dan terjadi hujan es.
Di samping itu Papua tengah merupakan pegunungan tinggi dengan awan-awan tinggi dan suhu rendah. BMKG mencatat curah hujan di Papua bagian tengah mencapai lebih dari 150 mm per bulan. Definisi BMKG jika curah hujan di atas 150 mm per bulan bulan basah dan di bawah 150 mm per bulan merupakan bulan kering. Sementara itu di Papua Barat agak berbeda karena ada tipe monsonal meski juga ada kecenderungan hujan.
"Di Papua bagian tengah bisa disebut basah ekstrem karena biasanya hanya hujan sekarang hujan es. Dugaan saya karena terjadi pertumbuhan awan atau konveksi lokal dengan suhu yang makin dingin sehingga terjadi butiran es," tuturnya.
Sementara itu di Sumatera bagian barat, tengah ke utara ditutupi awan dan cenderung basah. Untuk Sumatera bagian tengah dan selatan seperti di Riau, Jambi dan Palembang Sumatera Selatan cenderung kering.
Untuk wilayah lain di Indonesia mengalami El Nino moderat yang memberi dampak kemarau di Sumatera Selatan, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan curah hujan semakin sedikit.
El Nino ini juga akan memberi dampak panjangnya musim kemarau selama September hingga Oktober. Hujan diperkirakan muncul di bulan November. [SuaraPembaruan]
Berbeda dengan sebagian besar wilayah Indonesia lainnya yang justru mengalami musim kemarau dan kering tanpa hujan dalam dua bulan terakhir.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo mengatakan tutupan awan memang sangat dominan di atas Papua. Bahkan di Sumatera bagian Barat belum lama ini juga mengalami tutupan awan dominan sehingga terjadi hujan es.
"Pertumbuhan awan konvektif ini sifatnya lokal dan dapat memicu pertumbuhan awan tinggi. Namun hal ini tidak meluas tetapi lokal," katanya di Jakarta, Minggu (26/7).
Kemudian lanjut Prabowo, butiran uap air menjadi butiran es di wilayah puncak tinggi seperti Papua karena suhu yang dingin, sehingga pada kondisi tertentu dan lokasi tersebut bisa terjadi hujan es.
Dalam zona musim di wilayah Papua Tengah tambahnya memang tidak mengenal musim kemarau dan kondisi yang terjadi basah sepanjang tahun. Kemungkinan besar pertumbuhan awan dominan tinggi dan terjadi hujan es.
Di samping itu Papua tengah merupakan pegunungan tinggi dengan awan-awan tinggi dan suhu rendah. BMKG mencatat curah hujan di Papua bagian tengah mencapai lebih dari 150 mm per bulan. Definisi BMKG jika curah hujan di atas 150 mm per bulan bulan basah dan di bawah 150 mm per bulan merupakan bulan kering. Sementara itu di Papua Barat agak berbeda karena ada tipe monsonal meski juga ada kecenderungan hujan.
"Di Papua bagian tengah bisa disebut basah ekstrem karena biasanya hanya hujan sekarang hujan es. Dugaan saya karena terjadi pertumbuhan awan atau konveksi lokal dengan suhu yang makin dingin sehingga terjadi butiran es," tuturnya.
Sementara itu di Sumatera bagian barat, tengah ke utara ditutupi awan dan cenderung basah. Untuk Sumatera bagian tengah dan selatan seperti di Riau, Jambi dan Palembang Sumatera Selatan cenderung kering.
Untuk wilayah lain di Indonesia mengalami El Nino moderat yang memberi dampak kemarau di Sumatera Selatan, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan curah hujan semakin sedikit.
El Nino ini juga akan memberi dampak panjangnya musim kemarau selama September hingga Oktober. Hujan diperkirakan muncul di bulan November. [SuaraPembaruan]