Kisruh Sepakbola Indonesia Berdampak pada Ancaman Kemerdekaan Papua
pada tanggal
Sunday, 12 July 2015
JAKARTA - Akibat terburuk dari berlarut-larutnya kisruh sepak bola di Indonesia yang selama ini paling ditakutkan, akhirnya mulai muncul ke permukaan. Bukan soal pengangguran atau hilangnya kesempatan para pemain muda untuk berlaga di level internasional, namun dampak paling mengerikan dari kisruh yang diawali oleh kebijakan Menpora, Imam Nahrawi ini adalah terpecahnya persatuan Indonesia.
Mungkin sebagian kalangan menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Namun nyatanya, isu perpecahan mulai terasa jelas di sebagian wilayah terluar Indonesia.
Salah satunya adalah Tanah Papua. Hilangnya kesempatan untuk bisa menyaksikan Persipura Jayapura berlaga di level internasional pada Asia Footbal Championship (AFC) 2015 , membuat masyarakat Papua menilai hal ini adalah skenario dari Pemerintah Pusat lewan Menpora untuk mematikan marabat dan harga diri masyarakat Papua.
''Orang Jakarta telah mematikan warga Papua. Kami tidak perduli itu PSSI atau Menpora penyebabnya, tapi yang pasti orang jakarta sudah mematikan harga diri dan kebanggaan kami,'' ungkap Jefri Pigai, warga Papua yang juga salah satu pecinta setia Persipura Jayapura.
''Persipura adalah harga diri, kehormatan dan nyawa kami. Persipura yang menjaga harkat dan martabat warga Papua selama ini, sekarang juga dimatikan. Kami tidak bisa terima,'' sambungnya.
Sebelumnya, komisioner Komnas HAM yang juga berasal dari Papua, Natalius Pigai, juga sempat mengungkapkan pendapatnya soal besarnya kemungkinan perpecahan akibat kisruh sepak bola berkepanjangan. Menurutnya, sepak bola bukan hanya hiburan semata, namun sepak bola salah satu alat pemersatu bangsa.
''Satu hal yang tidak boleh dilupa, sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling besar menyedot minat masyarakat di Indonesia bahkan dunia, adalah salah satu wadah pemersatu bangsa. Bila ini terus dibiarkan berlarut-larut, maka sama saja membiarkan negara ini terpecah belah,'' tukas Pigai. [Sindo]
Mungkin sebagian kalangan menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Namun nyatanya, isu perpecahan mulai terasa jelas di sebagian wilayah terluar Indonesia.
Salah satunya adalah Tanah Papua. Hilangnya kesempatan untuk bisa menyaksikan Persipura Jayapura berlaga di level internasional pada Asia Footbal Championship (AFC) 2015 , membuat masyarakat Papua menilai hal ini adalah skenario dari Pemerintah Pusat lewan Menpora untuk mematikan marabat dan harga diri masyarakat Papua.
''Orang Jakarta telah mematikan warga Papua. Kami tidak perduli itu PSSI atau Menpora penyebabnya, tapi yang pasti orang jakarta sudah mematikan harga diri dan kebanggaan kami,'' ungkap Jefri Pigai, warga Papua yang juga salah satu pecinta setia Persipura Jayapura.
''Persipura adalah harga diri, kehormatan dan nyawa kami. Persipura yang menjaga harkat dan martabat warga Papua selama ini, sekarang juga dimatikan. Kami tidak bisa terima,'' sambungnya.
Sebelumnya, komisioner Komnas HAM yang juga berasal dari Papua, Natalius Pigai, juga sempat mengungkapkan pendapatnya soal besarnya kemungkinan perpecahan akibat kisruh sepak bola berkepanjangan. Menurutnya, sepak bola bukan hanya hiburan semata, namun sepak bola salah satu alat pemersatu bangsa.
''Satu hal yang tidak boleh dilupa, sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling besar menyedot minat masyarakat di Indonesia bahkan dunia, adalah salah satu wadah pemersatu bangsa. Bila ini terus dibiarkan berlarut-larut, maka sama saja membiarkan negara ini terpecah belah,'' tukas Pigai. [Sindo]