Indonesia Police Watch (IPW) Nilai Kinerja Yotje Mende Kian Buruk
pada tanggal
Monday, 20 July 2015
JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) menyayangkan tragedi kericuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, pada saat pelaksanaan ibadah shalat Idul Fitri, Jumat (17/7) lalu.
Hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi mengingat beberapa hari sebelumnya situasi sosial di Papua memang sedang memanas.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, mengungkapkan, sebelum insiden itu terjadi, pada 9 Juli rumah warga Kampung Yelok dibakar massa. Kejadian yang lainnya juga terjadi pada 15 Juli, sejumlah honai di Kampung Panaga, Kabupaten Tolikara juga dibakar massa.
"Kejadian ini diakibatkan tidak adanya kepedulian dari pimpinan Kepolisian Daerah (Polda) Papua, dan buruknya kinerja (Intelkam) Intelejen Keamanan Polda Papua," ujar Neta pada Minggu (19/7).
Menurut dia, kejadian yang terjadi di Tolikara bermula dengan adanya surat peringatan yang dikelurkan oleh Gereja Injil di Indonesia (GIDI) pada 11 Juli 2015.
Karena tidak ada antisipasi dan upaya pencegahaan dari pihak keamanan, akhirnya pelarangan penggunaan pengeras suara yang selama ini disepakati oleh semua umat di wilayah itu diabaikan, kemudian dilanjutkan dengan serangan membabi buta dari aparat, kemudian lanjut kepada serta pembakaran bangunan di tempat itu.
Oleh karena itu, Neta mempertanyakan deteksi dini dan juga antisipasi kerusuhan aparat setempat. Kinerja Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Inspektur Jenderal Polisi Yotje Mende, juga disoroti.
Yotje, lanjut Neta, disinyalir sibuk mengurusi bursa pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga masalah ini terkesan diabaikan. Apalagi Yotje lolos dalam proses seleksi yang sedang dilakukan.
"Atas kejadian ini, Kapolda Papua harus berjiwa besar mundur dari capim KPK karena teledor," ujarnya.
Neta beraharap kepada Kapolri untuk mengusut kasus ini hingga selesai, dan mengevaluasi kinerja seluruh petinggi Kepolisian di daerah tersebut. Karena telah dianggap kecerobohan sehingga terjadi insiden tersebut. [Viva]
Hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi mengingat beberapa hari sebelumnya situasi sosial di Papua memang sedang memanas.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, mengungkapkan, sebelum insiden itu terjadi, pada 9 Juli rumah warga Kampung Yelok dibakar massa. Kejadian yang lainnya juga terjadi pada 15 Juli, sejumlah honai di Kampung Panaga, Kabupaten Tolikara juga dibakar massa.
"Kejadian ini diakibatkan tidak adanya kepedulian dari pimpinan Kepolisian Daerah (Polda) Papua, dan buruknya kinerja (Intelkam) Intelejen Keamanan Polda Papua," ujar Neta pada Minggu (19/7).
Menurut dia, kejadian yang terjadi di Tolikara bermula dengan adanya surat peringatan yang dikelurkan oleh Gereja Injil di Indonesia (GIDI) pada 11 Juli 2015.
Karena tidak ada antisipasi dan upaya pencegahaan dari pihak keamanan, akhirnya pelarangan penggunaan pengeras suara yang selama ini disepakati oleh semua umat di wilayah itu diabaikan, kemudian dilanjutkan dengan serangan membabi buta dari aparat, kemudian lanjut kepada serta pembakaran bangunan di tempat itu.
Oleh karena itu, Neta mempertanyakan deteksi dini dan juga antisipasi kerusuhan aparat setempat. Kinerja Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Inspektur Jenderal Polisi Yotje Mende, juga disoroti.
Yotje, lanjut Neta, disinyalir sibuk mengurusi bursa pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga masalah ini terkesan diabaikan. Apalagi Yotje lolos dalam proses seleksi yang sedang dilakukan.
"Atas kejadian ini, Kapolda Papua harus berjiwa besar mundur dari capim KPK karena teledor," ujarnya.
Neta beraharap kepada Kapolri untuk mengusut kasus ini hingga selesai, dan mengevaluasi kinerja seluruh petinggi Kepolisian di daerah tersebut. Karena telah dianggap kecerobohan sehingga terjadi insiden tersebut. [Viva]