GSJA Papua Nilai Kericuhan di Karubaga Nodai Kebersamaan Antar Umat Beragama
pada tanggal
Monday, 20 July 2015
KOTA JAYAPURA - Kericuhan di Kabupaten Tolikara Jumat (17/7) dinilai telah menodai nilai kebersamaan yang telah terjalin selama ini antara sesama umat beragama.
Terkait itu, Badan Pengurus Daerah (BPD) Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Papua menghimbau kepada semua umat Tuhan yang ada di tanah Papua untuk menahan diri serta dapat membedakan setiap persoalan yang timbul di tanah ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua BPD GSJA Papua Pdt. Handry A. Pangayouw kepada wartawan usai pertemuan,Sabtu (18/7).
Pangayouw menegaskan sebagai umat yang percaya dan sebagai pimpinan Gereja, GSJA Papua tidak menyetujui adanya tindakan anarkis dan pembakaran tempat ibadah yang dipastikan dampaknya merugikan umat beragama lainnya.
“Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan maka kita harus saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada di lingkungan kita,” tegasnya.
Pangayouw mengajak seluruh gereja yang ada di tanah Papua khususnya GSJA Papua untuk melihat bahwa setiap perbedaan itu adalah satu keindahan dalam menata satu kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Masalah yang terjadi di Tolikara telah mencederai makna kehidupan serta menodai nilai-nilai Kristiani yang ada di Indonesia dan tanah Papua,” ajaknya.
Diakui Pangayouw, tindakan yang merugikan agama lain tersebut bukan tindakan organisasi gereja secara lembaga akan tetapi merupakan tindakan oknum-oknum yang tidak memahami keimanan Kristiani dan hidup berdampingan yang sebenarnya.
Untuk itu, pihak keamanan baik Polisi maupun TNI diminta untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas, serta dapat diselesaikan secara terbuka sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. [Dharapos]
Terkait itu, Badan Pengurus Daerah (BPD) Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Papua menghimbau kepada semua umat Tuhan yang ada di tanah Papua untuk menahan diri serta dapat membedakan setiap persoalan yang timbul di tanah ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua BPD GSJA Papua Pdt. Handry A. Pangayouw kepada wartawan usai pertemuan,Sabtu (18/7).
Pangayouw menegaskan sebagai umat yang percaya dan sebagai pimpinan Gereja, GSJA Papua tidak menyetujui adanya tindakan anarkis dan pembakaran tempat ibadah yang dipastikan dampaknya merugikan umat beragama lainnya.
“Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan maka kita harus saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada di lingkungan kita,” tegasnya.
Pangayouw mengajak seluruh gereja yang ada di tanah Papua khususnya GSJA Papua untuk melihat bahwa setiap perbedaan itu adalah satu keindahan dalam menata satu kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Masalah yang terjadi di Tolikara telah mencederai makna kehidupan serta menodai nilai-nilai Kristiani yang ada di Indonesia dan tanah Papua,” ajaknya.
Diakui Pangayouw, tindakan yang merugikan agama lain tersebut bukan tindakan organisasi gereja secara lembaga akan tetapi merupakan tindakan oknum-oknum yang tidak memahami keimanan Kristiani dan hidup berdampingan yang sebenarnya.
Untuk itu, pihak keamanan baik Polisi maupun TNI diminta untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas, serta dapat diselesaikan secara terbuka sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. [Dharapos]