Freeport Komitmen Bantu Papua dengan Dana CSR Senilai US$ 100 Juta per Tahun
pada tanggal
Thursday, 2 July 2015
JAKARTA - Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc yang dipimpin oleh James Robert Moffett menyatakan akan berkomitmen melakukan investasi di Indonesia sekitar US$ 18 miliar atau setara dengan Rp 240 triliun dengan kurs Rp13.353 per USD, melalui cabang perusahaannya PT Freeport Indonesia.
Menurut Presiden Direktur PTFI, Maroef Sjamsoeddin, hal ini dilakukan pihaknya sebagai cara untuk meningkatkan partisipasinya dalam pengembangan pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya untuk ekonomi di Tanah Papua.
Menurut dia, sudah ada beberapa kegiatan pembangunan di Papua yang dilakukan oleh PTFI selama mengeruk Sumber Daya Alam (SDA) di Bumi Cenderawasih .
"Ya banyak juga sektor, kalau di bidang-bidang, seperti sekolah, rumah sakit juga kebutuhan masyarakat banyak. Presiden Jokowi minta ditingkatkan. Sudah ada tapi kita tingkatkan lagi," kata Maroef di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/6).
Namun sayangnya, Maroef enggan membeberkan sudah berapa yang digelontorkan PTFI dalam menyumbang pembangunan ekonomi di Papua. Maroef hanya menyebut, dari kegiatan Corporate Social Responsibility, Freeport menyumbang US$ 100 juta per tahun.
"Nilainya saya tidak bisa sampaikan saat ini. Tapi CSR itu per tahun bisa mencapai 100 juta dollar Amerika," paparnya.
Saat ini, Freeport memang akan terus berinvestasi di Papua. Tercatat, sudah USD4 miliar yang dipersiapkan pihaknya untuk persiapan pengoperasian tambang bawah tanah dan kemudian akan disusul investasi sekira USD15 miliar untuk project pertambangan bawah tanah (underground) yang akan menjadi tambang bawah tanah terbesar di dunia.
Sembari menegaskan bahwa pihaknya akan berfokus pada pengelolaan smelter di Gresik, Jawa Timur yang sudah dibangun sejak beberapa waktu lalu.
"Untuk mendukung setiap hasil produksi underground mining project itu hasilnya itu setelah diproduksi menjadi konsentrat akan dibawa ke Gresik. Gresik itu smelter-nya dan akan juga satu komitmen untuk membangun smelter senilai USD2,3 miliar,"
Ia juga menyatakan akan melanjutkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air, melalui Hydropower yang dicanangkan pihaknya pada awal 2015 lalu.
"Di samping itu akan juga meneruskan rencana pengembangan hydropower di sana. Karena kita memerlukan sebesar 300 megawatt (mw) dan juga kalau itu terbangun pasti akan memberikan nilai manfaat kepada masyarakat di sekitarnya," tukasnya. [Okezone]
Menurut Presiden Direktur PTFI, Maroef Sjamsoeddin, hal ini dilakukan pihaknya sebagai cara untuk meningkatkan partisipasinya dalam pengembangan pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya untuk ekonomi di Tanah Papua.
Menurut dia, sudah ada beberapa kegiatan pembangunan di Papua yang dilakukan oleh PTFI selama mengeruk Sumber Daya Alam (SDA) di Bumi Cenderawasih .
"Ya banyak juga sektor, kalau di bidang-bidang, seperti sekolah, rumah sakit juga kebutuhan masyarakat banyak. Presiden Jokowi minta ditingkatkan. Sudah ada tapi kita tingkatkan lagi," kata Maroef di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/6).
Namun sayangnya, Maroef enggan membeberkan sudah berapa yang digelontorkan PTFI dalam menyumbang pembangunan ekonomi di Papua. Maroef hanya menyebut, dari kegiatan Corporate Social Responsibility, Freeport menyumbang US$ 100 juta per tahun.
"Nilainya saya tidak bisa sampaikan saat ini. Tapi CSR itu per tahun bisa mencapai 100 juta dollar Amerika," paparnya.
Saat ini, Freeport memang akan terus berinvestasi di Papua. Tercatat, sudah USD4 miliar yang dipersiapkan pihaknya untuk persiapan pengoperasian tambang bawah tanah dan kemudian akan disusul investasi sekira USD15 miliar untuk project pertambangan bawah tanah (underground) yang akan menjadi tambang bawah tanah terbesar di dunia.
Sembari menegaskan bahwa pihaknya akan berfokus pada pengelolaan smelter di Gresik, Jawa Timur yang sudah dibangun sejak beberapa waktu lalu.
"Untuk mendukung setiap hasil produksi underground mining project itu hasilnya itu setelah diproduksi menjadi konsentrat akan dibawa ke Gresik. Gresik itu smelter-nya dan akan juga satu komitmen untuk membangun smelter senilai USD2,3 miliar,"
Ia juga menyatakan akan melanjutkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air, melalui Hydropower yang dicanangkan pihaknya pada awal 2015 lalu.
"Di samping itu akan juga meneruskan rencana pengembangan hydropower di sana. Karena kita memerlukan sebesar 300 megawatt (mw) dan juga kalau itu terbangun pasti akan memberikan nilai manfaat kepada masyarakat di sekitarnya," tukasnya. [Okezone]