DPRD Tolikara Sayangkan Aksi Penembakan yang Dilakukan Aparat dari Mushola Baitul Mutaqqin
pada tanggal
Saturday, 25 July 2015
Tahap awal, mereka melakukan kunjungan untuk melihat kondisi korban baik yang di rawat di RSUD Wamena maupun yang di RSUD Dok 2 Jayapura.
Wakil Ketua II DPRD Tolikara, Yotam Wenda, menuturkan, pada dasarnya tidak ada niat buruk untuk menciptakan kericuhan pada Jumat (17/7) lalu tersebut.
“Mestinya peristiwa itu tidak boleh terjadi, jika dikedepankan pendekatan dialog, tetapi sangat disesalkan, karena bukan dialog yang terjadi malahan terjadi penembakan dan mengakibatkan korban jiwa, yang berbuntut pada kemarahan masyarakat sehingga membakar kios yang pada gilirannya turut terbakar,” ujarnya Jayapura, Rabu, (22/7).
Mushola yang diberi nama Masjid Baitul Mutaqqin itu terbakar setelah kobaran api melahap kios-kios yang berdempetan dengan mushola tersebut. Sayangnya sebelum api itu melahap tempat ibadah para muslim di Karubaga selama 30 tahun itu, para aparat ternyata melakukan tembakan balasan dari tempat tersebut.
“Kami sayangkan kenapa aparat melakukan penembakan yang penembakan datang dari arah mushola. Kami DPRD Tolikara segera membentuk Pansus untuk menginvestigasi lebih lanjut mengenai kasus ini, dan kami akan dorong ke Komnas HAM dan Pemerintah Pusat,” tandasnya.
Baginya, sebenarnya, para pemuda GIDI datang meminta supaya suara Toa dikurangi, dan mereka datang dengan tidak membawa senjata tajam, karena pemuda GIDI datang untuk berbicara baik-baik.
Ditambahkan bahwa terkait informasi salah yang selama ini beredar bahwa awalnya terjadi penyerangan terhadap umat Muslim. Baginya, informasi tersebut tidaklah benar, karena korban jiwa tidak dialami oleh umat Muslim. Korban harta benda berupa kios yang terbakar itu terjadi setelah warga GIDI terkena tembakan.
Mewakili keluarga korban tewas, yaitu, Pius Tabo, menandaskan, dirinya menyesalkan terjadinya penembakan itu. Demi adanya keadilan bagi keluarga korban, dan pengungkapan kejadian itu harus transparan.
Karena jika tidak ada transparan, itu akan menjadi dendam secara turun temurun oleh keluarga korban termasuk seluruh rakyat Papua, dan ini menjadi alasan bagi para korban dan keluarganya untuk kapan saja bisa melakukan perlawanan terhadap segala sesuatu yang dianggapnya musuh.
“Ini agar jangan sampai masyarakat menganggap aparat TNI/Polri itu sebagai musuh, maka kami harapkan kasus ini terungkap secara terbuka dan pelaku diadili sesuai perbuatannya, supaya keadaan bisa damai. Kios terbakar dulu, baru kobaran api merembes ke Mushola dan rumah warga lainnya,” imbuhnya. [BintangPapua]