Dinas Sosial dan Masyarakat Terisolasi Belum Terima Laporan Dampak Gempa di Mamberamo
pada tanggal
Tuesday, 28 July 2015
KOTA JAYAPURA - Dinas Sosial dan Masyarakat Terisolasi Provinsi Papua menyatakan pihaknya belum menerima laporan kerugian akibat gempa 7,2 Skala Ritcher (SR) yang terjadi di Kabupaten Mamberamo Raya pada Selasa (27/7) pagi.
Kepala Dinas Sosial dan Masyarakat Terisolasi Provinsi Papua Ribka Haluk di Jayapura, mengatakan pihaknya sudah meminta aparat Dinas Sosial Kabupaten Memberamo Raya untuk turun ke lokasi pusat gempa untuk mengecek dampak dari gempa itu, apakah ada korban atau tidak.
"Saya sudah perintahkan instansi terkait untuk mengecek ke lapangan ke titik gempa, tetapi sampai sekarang belum ada informasi kerugian materil dan jatuhnya korban jiwa," katanya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Didi Agus Prihatno mengatakan informasi sementara pusat gempa berada di tengah hutan Mamberamo Raya dan jauh dari pemukiman warga.
"Belum ada informasi mengenai dampak korban jiwa atau materi yang ditimbulkan dari gempa magnetik ini," kata Didi.
Sebelumnya berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura, terjadi gempa magnetik berkekuatan 7,2 SR sekitar pukul 04.41 WIB atau pukul 06.41 WIT.
Lokasi pusat gempa berada di 2.87 Lintang Selatan, 138.53 Bujur Timur atau 75 km tenggara Mamberamo Raya, dimana guncangan gempa terasa hingga di Kota Jayapura yang secara geografis berdekatan dengan Kabupaten Mamberamo Raya.
Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, berdasarkan data BNPB, gempa yang dirasakan tercatat di Jayapura II-III MMI (Modified Mercalli Intensity), di Sarmi IV MMI, di Wamena III MMI, di Sentani II-III MMI, dan Biak II-III MMI. MMI merupakan pengukur skala goncangan dari 1 hingga 12.
Wilayah utara daratan Provinsi Papua seperti Kabupaten Yapen, Waropen, Jayapura, dan Mamberamo memang dinilai rawan gempa.
"Di wilayah ini ada sesar aktif, yaitu Sesar Yapen bergerak ke barat timur rata-rata 2 hingga 5 cm per tahun. Ada juga sesar Mamberamo," ujar Sutopo.
Menurut sejarahnya, kata Sutopo, di wilayah tersebut pernah dua kali terjadi gempa besar, yakni 7,9 SR pada 1926 dan 8,1 SR pada 1971. [Antara/Papuanesia]
Kepala Dinas Sosial dan Masyarakat Terisolasi Provinsi Papua Ribka Haluk di Jayapura, mengatakan pihaknya sudah meminta aparat Dinas Sosial Kabupaten Memberamo Raya untuk turun ke lokasi pusat gempa untuk mengecek dampak dari gempa itu, apakah ada korban atau tidak.
"Saya sudah perintahkan instansi terkait untuk mengecek ke lapangan ke titik gempa, tetapi sampai sekarang belum ada informasi kerugian materil dan jatuhnya korban jiwa," katanya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Didi Agus Prihatno mengatakan informasi sementara pusat gempa berada di tengah hutan Mamberamo Raya dan jauh dari pemukiman warga.
"Belum ada informasi mengenai dampak korban jiwa atau materi yang ditimbulkan dari gempa magnetik ini," kata Didi.
Sebelumnya berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura, terjadi gempa magnetik berkekuatan 7,2 SR sekitar pukul 04.41 WIB atau pukul 06.41 WIT.
Lokasi pusat gempa berada di 2.87 Lintang Selatan, 138.53 Bujur Timur atau 75 km tenggara Mamberamo Raya, dimana guncangan gempa terasa hingga di Kota Jayapura yang secara geografis berdekatan dengan Kabupaten Mamberamo Raya.
Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, berdasarkan data BNPB, gempa yang dirasakan tercatat di Jayapura II-III MMI (Modified Mercalli Intensity), di Sarmi IV MMI, di Wamena III MMI, di Sentani II-III MMI, dan Biak II-III MMI. MMI merupakan pengukur skala goncangan dari 1 hingga 12.
Wilayah utara daratan Provinsi Papua seperti Kabupaten Yapen, Waropen, Jayapura, dan Mamberamo memang dinilai rawan gempa.
"Di wilayah ini ada sesar aktif, yaitu Sesar Yapen bergerak ke barat timur rata-rata 2 hingga 5 cm per tahun. Ada juga sesar Mamberamo," ujar Sutopo.
Menurut sejarahnya, kata Sutopo, di wilayah tersebut pernah dua kali terjadi gempa besar, yakni 7,9 SR pada 1926 dan 8,1 SR pada 1971. [Antara/Papuanesia]