BPBD Papua Nilai Gempa di Mamberamo Belum Tergolong Bencana
pada tanggal
Thursday, 30 July 2015
KOTA JAYAPURA - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, Didi Agus Trihatno mengatakan, gempa berkekuatan 7,2 SR di tenggara Mamberamo Raya, Selasa (28/7), belum tergolong bencana.
“Gempa yang terjadi hari ini belum tergolong kasus bencana. Hal yang dimaksud bencana berdasarkan UU adalah fenomena alam yang dapat menimbulkan korban jiwa, merusak lingkungan, dan sebagainya,” ujar Didi saat dihubungi SH, Selasa malam.
Ia menjelaskan, akibat gempa tersebut, satu rumah rusak berat, dua rumah rusak ringan, satu puskesmas rusak ringan, satu gudang milik pengusaha rusak ringan, dan seorang anak berusia 15 tahun meninggal dunia.
“Ada yang meninggal dunia, tapi bukan akibat gempa, melainkan korban kaget hingga jatuh ke sungai,” kata Didi. Menurutnya, rumah yang rusak menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dunia usaha.
Kepala Biro Humas Kementerian Sosial (Kemensos), Benny Setia Nugraha mengatakan, pihaknya belum menerima laporan kerusakan yang terjadi akibat gempa di Mamberamo. Menurut Benny, umumnya bila terjadi bencana, Kemensos langsung menerjunkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke lokasi kejadian.
“Tagana akan mendirikan tenda dan dapur umum. Bantuan makanan juga segera didistribusikan ke lokasi bencana,” ucap Benny.
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempa bumi, baik dari jalur suduksi maupun sesar yang ada di daratan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, gempa bukan yang menyebabkan korban, melainkan kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.
"Memang gempa tidak menyebabkan korban. Kalaupun menyebabkan korban, itu dikarenakan penataan ruang pada daerah rawan gempa yang memiliki peran penting," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Ia mengatakan, gempa terjadi di Papua, tepatnya tenggara Mamberambo Raya, Selasa pukul 10.28 WIT, dengan kekuatan 7,2 SR. Sutopo menjelaskan, gempa tersebut terjadi di sesar Yapen, yaitu pusat gempa di darat dengan kedalaman 49 km dan tidak berpotensi tsunami.
"Kekuatan gempa ini berada di level 7 atau very strong (sangat kuat)," tutur Sutopo.
Ia mengutarakan, hingga kini BPBD masih melakukan pendataan. Sutopo melanjutkan, saat gempa terjadi masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. Pasien rumah sakit juga dievakuasi keluar bangunan.
"Tim BPBD masih berusaha menjangkau lokasi pusat gempa. Perlu waktu sekitar 5 jam jalur darat dan menyeberang sungai," kata Sutopo.
Selain itu, penggunaan lahan umumnya hutan dan jarang permukiman di pusat gempa. Menurut Sutopo, penjangkauan lokasi gempa terbilang lama disebabkan terkendala lokasi dan transportasi yang kurang memadai.
Sesar merupakan pusat gempa yang aktif bergerak perlahan dan berada di darat. Bila pusat sesar di tengah permukiman, bisa terjadi patahan di sekitarnya. [SinarHarapan]
“Gempa yang terjadi hari ini belum tergolong kasus bencana. Hal yang dimaksud bencana berdasarkan UU adalah fenomena alam yang dapat menimbulkan korban jiwa, merusak lingkungan, dan sebagainya,” ujar Didi saat dihubungi SH, Selasa malam.
Ia menjelaskan, akibat gempa tersebut, satu rumah rusak berat, dua rumah rusak ringan, satu puskesmas rusak ringan, satu gudang milik pengusaha rusak ringan, dan seorang anak berusia 15 tahun meninggal dunia.
“Ada yang meninggal dunia, tapi bukan akibat gempa, melainkan korban kaget hingga jatuh ke sungai,” kata Didi. Menurutnya, rumah yang rusak menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dunia usaha.
Kepala Biro Humas Kementerian Sosial (Kemensos), Benny Setia Nugraha mengatakan, pihaknya belum menerima laporan kerusakan yang terjadi akibat gempa di Mamberamo. Menurut Benny, umumnya bila terjadi bencana, Kemensos langsung menerjunkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke lokasi kejadian.
“Tagana akan mendirikan tenda dan dapur umum. Bantuan makanan juga segera didistribusikan ke lokasi bencana,” ucap Benny.
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempa bumi, baik dari jalur suduksi maupun sesar yang ada di daratan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, gempa bukan yang menyebabkan korban, melainkan kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.
"Memang gempa tidak menyebabkan korban. Kalaupun menyebabkan korban, itu dikarenakan penataan ruang pada daerah rawan gempa yang memiliki peran penting," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Ia mengatakan, gempa terjadi di Papua, tepatnya tenggara Mamberambo Raya, Selasa pukul 10.28 WIT, dengan kekuatan 7,2 SR. Sutopo menjelaskan, gempa tersebut terjadi di sesar Yapen, yaitu pusat gempa di darat dengan kedalaman 49 km dan tidak berpotensi tsunami.
"Kekuatan gempa ini berada di level 7 atau very strong (sangat kuat)," tutur Sutopo.
Ia mengutarakan, hingga kini BPBD masih melakukan pendataan. Sutopo melanjutkan, saat gempa terjadi masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. Pasien rumah sakit juga dievakuasi keluar bangunan.
"Tim BPBD masih berusaha menjangkau lokasi pusat gempa. Perlu waktu sekitar 5 jam jalur darat dan menyeberang sungai," kata Sutopo.
Selain itu, penggunaan lahan umumnya hutan dan jarang permukiman di pusat gempa. Menurut Sutopo, penjangkauan lokasi gempa terbilang lama disebabkan terkendala lokasi dan transportasi yang kurang memadai.
Sesar merupakan pusat gempa yang aktif bergerak perlahan dan berada di darat. Bila pusat sesar di tengah permukiman, bisa terjadi patahan di sekitarnya. [SinarHarapan]