Benediktus Tambonop Minta Restu Masyarakat Boven Digoel di Kota Jayapura
pada tanggal
Thursday, 23 July 2015
WAENA (KOTA JAYAPURA) – Salah satu bakal calon (balon) bupati Boven Digoel, Benediktus Tambonop meminta restu masyarakat, pemuda dan mahasiswa dari wilayah itu yang ada di Kota Jayapura, lewat tatap muka yang berlangsung di Aula Susteran Maranatha, Waena, Kota Jayapura, Senin (20/7).
Benediktus mengatakan, sebagai anak adat, sudah sepatutnya ia meminta ijin kepada para masyarakat, pemuda dan pelajar Boven Digoel yang ada di Kota Jayapura
“Saya datang pamitan kepada saudara – saudara yang ada di Jayapura kalau saya mau maju. Saya tak memaksa untuk didukung, tapi kalau ada yang mau mendukung, saya terimakasih. Setelah sekian tahun bekerja di birokrasi, banyak hal yang tepikirkan, tapi tak bisa terlaksana karena yang punya kuasa eksekusi adalah kepala daerah,” kata Benediktus dalam pertemuan itu.
Visi misi yang diusung adalah mengembangkan ekonomi kerakyatan, agar pendapatan perkapita masyarakat bisa meningkat. Apalagi Boven Digoel merupakan lahan subur untuk pertanian dan perkebunan.
“Saya ingin membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk membeli hasil perkebunan dan pertanian masyarakat. Kalau saya jadi bupati, mungkin saya tak akan memberikan Bantuan Sosial (Bansos). Itu tak mendidik, membuat orang malas. Bansos paling hanya untuk pendidikan,” ucapnya.
Ia mengklaim sudah mendapat rekomendasi dari partai PPP dan PDI Perjuangan. Katanya, syarat mencalonkan diri adalah mendapat 20 persen dukungan partai di DPRD.
“Di Boven ada 20 kursi anggota DPRD saya sudah dapat empat kursi yakni dua dari PPP dan dua PDI Perjuangan. Itu berarti sudah 20 persen dari 20 kursi DPRD Boven. Dua partai itu sudah memberikan rekomendasi. Kekuasaan harus direbut, bukan diwariskan. Kalau diwariskan, akan dikendalikan. Saya tak mau dikendalikan. Saya ingin jalan sesuai apa yang saya pikirkan dan diinginkan masyarakat,” katanya.
Salah satu mahasiswa Boven Digoel di Jayapura, Magdalen menyarankan, agar ketika terpilih Benediktus tak melupakan mahasiswa dari kabupaten itu yang kuliah di Jayapura.
“Banyak calon ketika terpilih tak menepati janji, kami minta asrama dan juga beasiswa,” kata Magdalena. [Jubi]
Benediktus mengatakan, sebagai anak adat, sudah sepatutnya ia meminta ijin kepada para masyarakat, pemuda dan pelajar Boven Digoel yang ada di Kota Jayapura
“Saya datang pamitan kepada saudara – saudara yang ada di Jayapura kalau saya mau maju. Saya tak memaksa untuk didukung, tapi kalau ada yang mau mendukung, saya terimakasih. Setelah sekian tahun bekerja di birokrasi, banyak hal yang tepikirkan, tapi tak bisa terlaksana karena yang punya kuasa eksekusi adalah kepala daerah,” kata Benediktus dalam pertemuan itu.
Visi misi yang diusung adalah mengembangkan ekonomi kerakyatan, agar pendapatan perkapita masyarakat bisa meningkat. Apalagi Boven Digoel merupakan lahan subur untuk pertanian dan perkebunan.
“Saya ingin membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk membeli hasil perkebunan dan pertanian masyarakat. Kalau saya jadi bupati, mungkin saya tak akan memberikan Bantuan Sosial (Bansos). Itu tak mendidik, membuat orang malas. Bansos paling hanya untuk pendidikan,” ucapnya.
Ia mengklaim sudah mendapat rekomendasi dari partai PPP dan PDI Perjuangan. Katanya, syarat mencalonkan diri adalah mendapat 20 persen dukungan partai di DPRD.
“Di Boven ada 20 kursi anggota DPRD saya sudah dapat empat kursi yakni dua dari PPP dan dua PDI Perjuangan. Itu berarti sudah 20 persen dari 20 kursi DPRD Boven. Dua partai itu sudah memberikan rekomendasi. Kekuasaan harus direbut, bukan diwariskan. Kalau diwariskan, akan dikendalikan. Saya tak mau dikendalikan. Saya ingin jalan sesuai apa yang saya pikirkan dan diinginkan masyarakat,” katanya.
Salah satu mahasiswa Boven Digoel di Jayapura, Magdalen menyarankan, agar ketika terpilih Benediktus tak melupakan mahasiswa dari kabupaten itu yang kuliah di Jayapura.
“Banyak calon ketika terpilih tak menepati janji, kami minta asrama dan juga beasiswa,” kata Magdalena. [Jubi]