Abraham Atururi Nilai Sam Ratulangi Guru Nasionalisme Orang Papua
pada tanggal
Thursday, 2 July 2015
MANOKWARI - Seandainya Sam Ratulangi masih hidup, dia akan melihat banyak hal yang diramalkannya pada permulaan abad ke-20 Masehi menjadi kenyataan. Berbagai premis, pemikiran, dan ramalan, mulai peta peralihan kekuatan politik dunia sampai kemajuan ekonomi di kawasan Asia Pasifik serta kebangkitan nasionalisme dari Tanah Papua, terbukti.
Gubernur Papua Barat Abraham Atururi dan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang mengemukakan itu di Manokwari, Papua Barat, Selasa (30/6) malam, saat peringatan Hari Sam Ratulangi.
Peringatan Hari Sam Ratulangi di Gedung Wanita Manokwari dihadiri lebih dari 500 warga Papua dan Sulawesi Utara. Mereka berdatangan dari penjuru Papua dan Manado. Mereka menyatu dalam perayaan selama empat jam melalui pergelaran kesenian tari dan lagu dari dua kelompok etnis berbeda.
Atururi bahkan menyebut Sam Ratulangi adalah guru orang Papua. Sam Ratulangi mengajarkan banyak hal sewaktu menjalani hidup dalam pembuangan Belanda pada era Perang Kemerdekaan di Tanah Papua.
"Sam Ratulangi memang dibuang di Serui, tetapi mulutnya ke mana-mana mengajarkan banyak hal mengenai Indonesia kepada warga Papua. Dari Sam Ratulangi muncul sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia dari Papua, seperti Silas Papare. Dia guru yang luar biasa," katanya.
Menurut Abraham Atururi, pahlawan Papua, Silas Papare, adalah anak didik langsung Sam Ratulangi saat keduanya bertemu di Serui. "Banyak sekali pahlawan Papua yang dididik oleh Sam Ratulangi dengan membangkitkan nasionalisme Indonesia di Tanah Papua," katanya.
Gubernur Sarundajang mengatakan, Sam Ratulangi menoreh sejarah merintis kekerabatan orang Papua dan Sulawesi Utara, terutama warga Minahasa. Benih kekerabatan itu menjadikan banyak warga Papua memilih bersekolah di Manado, sebaliknya warga Sulawesi Utara tinggal dan bekerja di Papua.
Sarundajang mencatat, sekitar 8.000 anak muda Papua menuntut ilmu di Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Negeri Manado, serta lebih dari 10.000 warga Manado hidup dan beranak-pinak di Tanah Papua. "Warga Manado dan Papua sudah menjadi saudara, kakak-beradik karena jasa Sam Ratulangi," katanya.
Ia menambahkan, hal menonjol dalam watak Dr Sam Ratulangi ialah kepemimpinan intelektual dan politik.
Sam Ratulangi bernama lengkap Dr Gerungan Samuel Saul Jacob Ratulangi, lahir di Tondano, Minahasa, 5 November 1890. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 10 November 1958. Sam Ratulangi pernah hidup di Serui, Papua Barat, periode 1946 hingga 1948. Ia wafat 30 Juni 1949 di Jakarta.
Hari wafat Sam Ratulangi kemudian dijadikan sebagai Hari Sam Ratulangi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Provinsi Papua Barat.
Dari Manado dilaporkan, peringatan Hari Sam Ratulangi ditandai dengan mengheningkan cipta masyarakat Sulawesi Utara selama 5 menit. Kegiatan itu ditandai bunyi sirene.
Karo Pemerintahan dan Humas DR Jemmy Kumendong MSi mengatakan, acara peringatan Hari kepahlawanan Sam Ratulangi dan HUT ke-44 K3 Manokwari bak mempertemukan dua bersaudara.
Atraksi kesenian dua daerah silih berganti di tampilkan. Unima Choir dan atraksi tari dari Ikatan Wulan Waraney Minahasa yang di datangkan khusus memukau penonton, tambah Kumendong.
Turut hadir mendampingi SHS , Ibu Deetje Sarundajang, Asisten II Sany Parengkuan , Kadis PU Edy Kenap, Kadis Kelautan J Oroh, Kadis Pariwisata H Korah, Kadis BLH Edwin Silangen, Karo Hukum Marsel Sendoh dan rombongan lainnya. Turut hadir Wagub Papua Barat Irene Manibui dan jajaran. [Kompas/MediaManado]
Gubernur Papua Barat Abraham Atururi dan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang mengemukakan itu di Manokwari, Papua Barat, Selasa (30/6) malam, saat peringatan Hari Sam Ratulangi.
Peringatan Hari Sam Ratulangi di Gedung Wanita Manokwari dihadiri lebih dari 500 warga Papua dan Sulawesi Utara. Mereka berdatangan dari penjuru Papua dan Manado. Mereka menyatu dalam perayaan selama empat jam melalui pergelaran kesenian tari dan lagu dari dua kelompok etnis berbeda.
Atururi bahkan menyebut Sam Ratulangi adalah guru orang Papua. Sam Ratulangi mengajarkan banyak hal sewaktu menjalani hidup dalam pembuangan Belanda pada era Perang Kemerdekaan di Tanah Papua.
"Sam Ratulangi memang dibuang di Serui, tetapi mulutnya ke mana-mana mengajarkan banyak hal mengenai Indonesia kepada warga Papua. Dari Sam Ratulangi muncul sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia dari Papua, seperti Silas Papare. Dia guru yang luar biasa," katanya.
Menurut Abraham Atururi, pahlawan Papua, Silas Papare, adalah anak didik langsung Sam Ratulangi saat keduanya bertemu di Serui. "Banyak sekali pahlawan Papua yang dididik oleh Sam Ratulangi dengan membangkitkan nasionalisme Indonesia di Tanah Papua," katanya.
Gubernur Sarundajang mengatakan, Sam Ratulangi menoreh sejarah merintis kekerabatan orang Papua dan Sulawesi Utara, terutama warga Minahasa. Benih kekerabatan itu menjadikan banyak warga Papua memilih bersekolah di Manado, sebaliknya warga Sulawesi Utara tinggal dan bekerja di Papua.
Sarundajang mencatat, sekitar 8.000 anak muda Papua menuntut ilmu di Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Negeri Manado, serta lebih dari 10.000 warga Manado hidup dan beranak-pinak di Tanah Papua. "Warga Manado dan Papua sudah menjadi saudara, kakak-beradik karena jasa Sam Ratulangi," katanya.
Ia menambahkan, hal menonjol dalam watak Dr Sam Ratulangi ialah kepemimpinan intelektual dan politik.
Sam Ratulangi bernama lengkap Dr Gerungan Samuel Saul Jacob Ratulangi, lahir di Tondano, Minahasa, 5 November 1890. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 10 November 1958. Sam Ratulangi pernah hidup di Serui, Papua Barat, periode 1946 hingga 1948. Ia wafat 30 Juni 1949 di Jakarta.
Hari wafat Sam Ratulangi kemudian dijadikan sebagai Hari Sam Ratulangi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Provinsi Papua Barat.
Dari Manado dilaporkan, peringatan Hari Sam Ratulangi ditandai dengan mengheningkan cipta masyarakat Sulawesi Utara selama 5 menit. Kegiatan itu ditandai bunyi sirene.
Karo Pemerintahan dan Humas DR Jemmy Kumendong MSi mengatakan, acara peringatan Hari kepahlawanan Sam Ratulangi dan HUT ke-44 K3 Manokwari bak mempertemukan dua bersaudara.
Atraksi kesenian dua daerah silih berganti di tampilkan. Unima Choir dan atraksi tari dari Ikatan Wulan Waraney Minahasa yang di datangkan khusus memukau penonton, tambah Kumendong.
Turut hadir mendampingi SHS , Ibu Deetje Sarundajang, Asisten II Sany Parengkuan , Kadis PU Edy Kenap, Kadis Kelautan J Oroh, Kadis Pariwisata H Korah, Kadis BLH Edwin Silangen, Karo Hukum Marsel Sendoh dan rombongan lainnya. Turut hadir Wagub Papua Barat Irene Manibui dan jajaran. [Kompas/MediaManado]