Warga Pemukiman BTN Organda Masih Mengungsi
pada tanggal
Thursday, 11 June 2015
KOTA JAYAPURA - Pasca penyerangan Perumahan BTN Organda, Kelurahan Hedam, Distrik Heram, Kota Jayapura, ratusan warga di tiga RT Perumahan Organda yang terletak di Kelurahan Abepura Distrik Heram, Kota Jayapura-Papua masih mengungsi Warga yang mengunsi kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak. Ratusan warga ini mengungsi di rumah kerabatnya terdekat.
Salah satu warga Organda, Irma mengatakan sejak sore kemarin dirinya dan tiga orang anaknya sudah mengungsi di rumah keluarga terdekat. Namun pagi tadi, ia harus kembali ke rumah dan menyiapkan seragam sekolah dan perlengkapannya bagi empat anaknya tersebut.
"Pakaian yang kami bawa hanya di badan saja, sehingga kami harus kembali ke rumah disaat anak-anak harus sekolah. Kami ingin masalah ini cepat selesai dan kami bisa kembali hidup normal lagi," ujarnya.
Tak hanya itu, beberapa keluarga di Organda bahkan memutuskan meliburkan anaknya dari sekolah untuk sementara waktu, pasca kejadian penyerangan di perumahan tersebut.
"Saya terpaksa meliburkan anak-anak. Biarkan anak-anak di rumah keluarga dulu. Saat ini hanya saya dan dua adik laki-laki yang menjaga rumah kami," ucap Feri, warga Organda lainnya.
Lanjut Feri, pasca penyerangan pemukiman Organda, kaum laki-laki pada umumnya masih berjaga-jaga di lokasi kejadian, untuk mengantisipasi penyerangan susulan.
"Walaupun ada anggota TNI/Polri yang ikut berjaga, tapi kami tetap menjaga pemukiman ini. Kami hanya ingin tindakan pemerintah secara cepat untuk mengusir warga yang illegal dari kota ini,” ujarnya.
Pada hari warga menuntut enam hal kepada pemerintah. Yakni meminta pembangunan pos gabungan TNI/Polri didalam Perumahan Organda, kelompok individu yang tidak memiliki identitas jelas harus keluar dari Perumahan Organda, jangan lagi ada pemukiman liar di sekitar Perumahan Organda, identifikasi secara jelas rumah kos-kosan dan asrama di sekitar Perumahan Organda, tindak tegas aksi pemalangan atau premanisme yang tidak bertanggung jawab di Perumahan Organda.
Kemudian tuntutan lainnya juga ditujukan kepada pemilik tanah agar tidak menjual tanahnya kepada orang-orang yang tidak jelas, sebab akan berakibat pada konflik sosial. Tak hanya tuntutan tersebut, warga juga sempat memblokir ruas jalan masuk ke kompleks itu dengan menggunakan kayu dan ranting pohon serta membakar ban bekas sekitar dua jam lamanya, hingga sempat melumpuhkan ruas jalan Abepura-Sentani dan menuju kearah Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).
Setelah itu, puluhan perempuan khususnya yang bermukim di Perumahan Organda melakukan aksinya ke DPR Papua dan Kantor Gubernur Papua guna mendesak pemerintah untuk menjawab tuntutan mereka.
“Sampai saat ini kami masih mengungsi akibat penyerangan warga yang tidak bertanggung jawab tersebut. Kami minta pemerintah dan aparat keamanan untuk merealisasikan tuntutan kami ini dalam waktu dekat,” kata salah satu ibu yang namanya enggan disebutkan.
Dandim 1701/Jayapura, Letkol Inf Yoyok Pranoyo mengungkapkan anggotanya siap untuk memback up agar tidak terjadi permasalahan lebih panjang lagi, supaya tidak saling serang lagi. Ada tiga titik dilokasi kejadian yang dijaga pasca penyerangan dua kelompok warga ini.
“Harapan kami, masyarakat yang melakukan penyerangan dan pembacokan segera menyerahkan diri. Saat ini situasi lokasi kejadian kondusif,” ujarnya.
Sebelumnya pada Senin (8/6) pukul 15.00 WIT, warga perumahan organda mengamuk dan membakar 9 rumah yang terletak diatas perbukitan dekat perumahan organda. Pembakaran ini imbas dari penikaman yang dilakukan sekelompok warga yang bermukim di atas perbukitan terhadap ketua RT 02/04 Perumahan Organda Fredrik Lasamahu hingga tewas di dalam rumahnya.
Tak hanya itu, sekelompok orang ini juga menikam hingga tewas Simon Teluke yang saat itu hendak menolong ketua RT-nya. Akibat kejadian itu, lebih dari 20-an rumah di perumahan organda juga dirusak oleh sekelompok orang dengan benda tajam dan lemparan batu yang mengakibatkan pintu dan kaca jendela rusak. Kemudian lebih dari 8 motor dan hewan ternak juga ikut dibakar.
Kapolresta Jayapura AKBP Jeremias Rontini menuturkan sampai saat ini polisi dan TNI masih menjaga lokasi kejadian penyerangan warga. Ada 250 personil gabungan yang disiagakan menjaga lokasi tersebut untuk menghindari hal-hal lanjutan.
Motif sementara penyerangan warga menurut Rontini adalah warga yang bermukim diatas bukit dekat perumahan Organda merasa tak senang dengan adanya kegiatan siskamling yang digiatkan oleh warga yang bermukim di perumahan organda.
Padahal warga Organda justru merasakan manfaat adanya siskamling ini. "Apalagi siskamling bisa menekan angka kriminalitas seperti pencurian dan sebagainya. Saat ini kami juga terus mencari pelaku penyerangan disertai pembunuhan. Polisi telah mengantongi identitasnya," jelasnya. [Gatra]
Salah satu warga Organda, Irma mengatakan sejak sore kemarin dirinya dan tiga orang anaknya sudah mengungsi di rumah keluarga terdekat. Namun pagi tadi, ia harus kembali ke rumah dan menyiapkan seragam sekolah dan perlengkapannya bagi empat anaknya tersebut.
"Pakaian yang kami bawa hanya di badan saja, sehingga kami harus kembali ke rumah disaat anak-anak harus sekolah. Kami ingin masalah ini cepat selesai dan kami bisa kembali hidup normal lagi," ujarnya.
Tak hanya itu, beberapa keluarga di Organda bahkan memutuskan meliburkan anaknya dari sekolah untuk sementara waktu, pasca kejadian penyerangan di perumahan tersebut.
"Saya terpaksa meliburkan anak-anak. Biarkan anak-anak di rumah keluarga dulu. Saat ini hanya saya dan dua adik laki-laki yang menjaga rumah kami," ucap Feri, warga Organda lainnya.
Lanjut Feri, pasca penyerangan pemukiman Organda, kaum laki-laki pada umumnya masih berjaga-jaga di lokasi kejadian, untuk mengantisipasi penyerangan susulan.
"Walaupun ada anggota TNI/Polri yang ikut berjaga, tapi kami tetap menjaga pemukiman ini. Kami hanya ingin tindakan pemerintah secara cepat untuk mengusir warga yang illegal dari kota ini,” ujarnya.
Pada hari warga menuntut enam hal kepada pemerintah. Yakni meminta pembangunan pos gabungan TNI/Polri didalam Perumahan Organda, kelompok individu yang tidak memiliki identitas jelas harus keluar dari Perumahan Organda, jangan lagi ada pemukiman liar di sekitar Perumahan Organda, identifikasi secara jelas rumah kos-kosan dan asrama di sekitar Perumahan Organda, tindak tegas aksi pemalangan atau premanisme yang tidak bertanggung jawab di Perumahan Organda.
Kemudian tuntutan lainnya juga ditujukan kepada pemilik tanah agar tidak menjual tanahnya kepada orang-orang yang tidak jelas, sebab akan berakibat pada konflik sosial. Tak hanya tuntutan tersebut, warga juga sempat memblokir ruas jalan masuk ke kompleks itu dengan menggunakan kayu dan ranting pohon serta membakar ban bekas sekitar dua jam lamanya, hingga sempat melumpuhkan ruas jalan Abepura-Sentani dan menuju kearah Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).
Setelah itu, puluhan perempuan khususnya yang bermukim di Perumahan Organda melakukan aksinya ke DPR Papua dan Kantor Gubernur Papua guna mendesak pemerintah untuk menjawab tuntutan mereka.
“Sampai saat ini kami masih mengungsi akibat penyerangan warga yang tidak bertanggung jawab tersebut. Kami minta pemerintah dan aparat keamanan untuk merealisasikan tuntutan kami ini dalam waktu dekat,” kata salah satu ibu yang namanya enggan disebutkan.
Dandim 1701/Jayapura, Letkol Inf Yoyok Pranoyo mengungkapkan anggotanya siap untuk memback up agar tidak terjadi permasalahan lebih panjang lagi, supaya tidak saling serang lagi. Ada tiga titik dilokasi kejadian yang dijaga pasca penyerangan dua kelompok warga ini.
“Harapan kami, masyarakat yang melakukan penyerangan dan pembacokan segera menyerahkan diri. Saat ini situasi lokasi kejadian kondusif,” ujarnya.
Sebelumnya pada Senin (8/6) pukul 15.00 WIT, warga perumahan organda mengamuk dan membakar 9 rumah yang terletak diatas perbukitan dekat perumahan organda. Pembakaran ini imbas dari penikaman yang dilakukan sekelompok warga yang bermukim di atas perbukitan terhadap ketua RT 02/04 Perumahan Organda Fredrik Lasamahu hingga tewas di dalam rumahnya.
Tak hanya itu, sekelompok orang ini juga menikam hingga tewas Simon Teluke yang saat itu hendak menolong ketua RT-nya. Akibat kejadian itu, lebih dari 20-an rumah di perumahan organda juga dirusak oleh sekelompok orang dengan benda tajam dan lemparan batu yang mengakibatkan pintu dan kaca jendela rusak. Kemudian lebih dari 8 motor dan hewan ternak juga ikut dibakar.
Kapolresta Jayapura AKBP Jeremias Rontini menuturkan sampai saat ini polisi dan TNI masih menjaga lokasi kejadian penyerangan warga. Ada 250 personil gabungan yang disiagakan menjaga lokasi tersebut untuk menghindari hal-hal lanjutan.
Motif sementara penyerangan warga menurut Rontini adalah warga yang bermukim diatas bukit dekat perumahan Organda merasa tak senang dengan adanya kegiatan siskamling yang digiatkan oleh warga yang bermukim di perumahan organda.
Padahal warga Organda justru merasakan manfaat adanya siskamling ini. "Apalagi siskamling bisa menekan angka kriminalitas seperti pencurian dan sebagainya. Saat ini kami juga terus mencari pelaku penyerangan disertai pembunuhan. Polisi telah mengantongi identitasnya," jelasnya. [Gatra]