Warga Myoko Bergantung pada Air Hujan
pada tanggal
Thursday, 11 June 2015
TIMIKA (MIMIKA) - Warga Kampung Myoko Distrik Mimika Tengah hingga kini kini masih bergantung sepenuhnya pada air hujan sebagai air minum. Ketua Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Myoko, Yohanis Apitariyau mengatakan, air hujan merupakan andalan warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jika musim kemarau melanda, otomatis kehidupan kami menjadi terusik, karena sulit untuk mendapatkan air,” ujarnya.
Ia mengatakan, sudah sekian lama warga hanya mengandalkan air hujan sebagai air minum.
“Dulu kita masih bisa minum air sungai, tapi sekarang sudah tidak bisa,” katanya.
Keluhan mereka sudah sampai ke Pemda Mimika melalui Kepala Distrik Mimika Tengah dan warga Myoko pernah mendapat bantuan beberapa mesin sumur bor dengan kedalaman 30 meter, namun mesin tersebut hingga kini belum beroperasi dengan baik, sehingga warga tetap kembali mengkonsumsi air hujan sebagai minuman mereka, meskipun kadang-kadang juga mereka mengkonsumsi air isi ulang apabila mereka datang ke Kota Timika.
“Ada sebagian warga saja, karena tidak semua warga bisa ke Timika, karena masih terbatas,” katanya.
Mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Pusat melalui dana bantuan PNPM tahun 2011, membantu warga Myoko dengan mengadakan profil tank sebanyak 300 unit untuk 238 kepala keluarga, sekolah, gereja, serta pustu. Menurutnya, bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi warganya, karena mereka bisa menampung air di kala musim hujan datang, sehingga mereka mempunyai persediaan air saat menghadapi musim kemarau.
“Profil tank sudah ada di setiap rumah, kadang ada yang dua karena jumlah mereka banyak dalam satu rumah,” tuturnya.
Hal yang sama pula mereka utarakan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Mimika, Ir. Yohana Paliling, M.Si bersama rombongan saat melakukan sosialiasasi produk sagu kepada warga Myoko beberapa hari lalu.
“Warga membutuhkan mesin sumur bor, namun usulan tersebut untuk sementara kita tamping, karena tidak ada dalam program kami untuk pengadaan mesin sumur bor. Mudah-mudahan tahun depan bisa diakomodir,” tandasnya. [Timex]
“Jika musim kemarau melanda, otomatis kehidupan kami menjadi terusik, karena sulit untuk mendapatkan air,” ujarnya.
Ia mengatakan, sudah sekian lama warga hanya mengandalkan air hujan sebagai air minum.
“Dulu kita masih bisa minum air sungai, tapi sekarang sudah tidak bisa,” katanya.
Keluhan mereka sudah sampai ke Pemda Mimika melalui Kepala Distrik Mimika Tengah dan warga Myoko pernah mendapat bantuan beberapa mesin sumur bor dengan kedalaman 30 meter, namun mesin tersebut hingga kini belum beroperasi dengan baik, sehingga warga tetap kembali mengkonsumsi air hujan sebagai minuman mereka, meskipun kadang-kadang juga mereka mengkonsumsi air isi ulang apabila mereka datang ke Kota Timika.
“Ada sebagian warga saja, karena tidak semua warga bisa ke Timika, karena masih terbatas,” katanya.
Mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Pusat melalui dana bantuan PNPM tahun 2011, membantu warga Myoko dengan mengadakan profil tank sebanyak 300 unit untuk 238 kepala keluarga, sekolah, gereja, serta pustu. Menurutnya, bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi warganya, karena mereka bisa menampung air di kala musim hujan datang, sehingga mereka mempunyai persediaan air saat menghadapi musim kemarau.
“Profil tank sudah ada di setiap rumah, kadang ada yang dua karena jumlah mereka banyak dalam satu rumah,” tuturnya.
Hal yang sama pula mereka utarakan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Mimika, Ir. Yohana Paliling, M.Si bersama rombongan saat melakukan sosialiasasi produk sagu kepada warga Myoko beberapa hari lalu.
“Warga membutuhkan mesin sumur bor, namun usulan tersebut untuk sementara kita tamping, karena tidak ada dalam program kami untuk pengadaan mesin sumur bor. Mudah-mudahan tahun depan bisa diakomodir,” tandasnya. [Timex]