Tanah Papua Miliki Toleransi Beragama Tertinggi di Indonesia
pada tanggal
Thursday, 25 June 2015
KOTA JAYAPURA - Pemerintah Provinsi Papua mengingatkan pentingnya toleransi beragama selama pelaksanaan ibadah bulan Ramadhan, melalui surat edaran yang dibagikan kepada semua bupati, walikota, jajaran BUMN dan perbankan.
Mewakili Gubernur Papua, Lukas Enembe, Sekretaris Daerah Provinsi Papua Hery Dosinaen mengklaim bahwa toleransi antar umat beragama yang paling tinggi di Indonesia berada di Tanah Papua yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
"Pasalnya, sampai kini tidak ada gesekan horizontal atas dasar agama di Papua sehingga rasa saling menghormati antar umat beragama sangat tinggi," katanya di Jayapura, Rabu (24/6).
Menurut Hery, surat edaran yang dibagikan tersebut berisi arahan agar pelaksanaan waktu kerja di masing-masing jajaran pemerintahan maupun swasta dapat disesuaikan dengan bulan Ramadhan.
Tidak hanya waktu kerja yang diatur dalam surat edaran tersebut, namun jangka waktu cuti bersama untuk Hari Raya Idul Fitri juga disesuaikan di dalamnya, ujarnya.
Dia menjelaskan selain pengaturan dan penyesuaian pelaksanaan waktu kerja selama Ramadhan, pihaknya juga akan melakukan inspeksi mendadak (sidak).
"Sidak ini bertujuan untuk mengecek kebutuhan bahan pokok selama bulan ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya tidak dapat menyebutkan kapan waktunya untuk sidak, namun tetap akan dilakukan pengawasan terhadap kebutuhan selama ramadhan dan persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Hubungan Tanpa Konflik
Keberagaman suku dan budaya di Tanah Papua tidak serta merta menghantarkan terjerumus dalam masalah SARA, sebaliknya untuk masalah SARA sangat jarang bahkan hampir tak terdengar. Yang menarik dari Provinsi Papua dan Papua Barat adalah kehidupan beragama, toleransi beragama di provinsi ini patut menjadi teladan beberapa daerah lain di Indonesia yang rentan dengan konflik bernuansa SARA.
Salah satu kabupaten yang hubungan Islam Kristen begitu erat terjalin keharmonisan adalah kabupaten yang di juluki kota pala atau kabupaten Fakfak, tak jauh dari kabupaten Maluku yang pernah terjadi konflik agama Islam-Kristen justru Fakfak, relasi Islam-Kristen sangat damai.
Sedikit mengutip cerita sejarah leluhur bahwa dahulu setiap keluarga di kabupaten Fakfak beranggotakan keluarga kandung yang beda agama yakni Islam-Kristen, hubungan kekeluargaan yang sedarah inilah yang mempererat hubungan Islam-Kristen di kabupaten Fakfak.
Secara turun temurun tradisi kasih sayang antara anggota keluarga sedarah, akhirnya tertulur kepada hubungan tetangga, lingkungan tempat tinggal dan meluas kepada masyarakat umum di kabupaten Fakfak, dari tuan-tuan tanah sampai kaum pendatang nuansa kasih sayang dan relasi beragama menjadi wajib dijaga untuk melestarikan nilai-nilai kekeluargaan dan budaya masyarakat Kabupat Fakfak. Atmosfir relasi Islam-Kristen yang damai menyebar luas ke kabupaten-kabupaten lain di Papua dan Papua Barat.
Provinsi Papua Barat tergolong provinsi yang masih seumuran jagung, walau muda Provinsi Papua Barat sangat tepat menjadi panutan untuk provinsi lain di Indonesia, dalam hal relasi beragama.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Papua Barat beragama Kristen, mayoritas Kristen tidak lantas menjadikan umat Kristen di tanah Papua Barat, bertindak semena-mena terhadap umat minoritas.
Relasi Islam-Kristen di Papua Barat menjelang bulan puasa sudah menjadi tradisi bersama untuk saling menghormati, menyemangati, dan menghargai umat Islam yang sedang melangsungkan ibadah puasa.
Melekat dalam ingatan perayaan tahunan di bulan puasa adalah ; jajanan kolak pisang dan es pisang ijo, serta jajanan lainnya yang bertaburan hampir di setiap jantung kota, sampai pinggiran kota di seluruh kabupaten dan kota di Papua Barat.
Perayaan ini bukan saja menjadi perayaan yang dinantikan umat Islam, namun menjadi sukacita tersendiri bagi umat non Islam termasuk umat Kristen. Yang harus menjadi catatan negeri ini adalah ketika semua mata memandang, dan semua bibir berucap, bahwa Papua dan Papua Barat dari segi keamanan kurang kondusif, namun sesungguhnya umat muslim di tanah Papua dan Papua Barat memiliki pengalaman berbeda untuk keamanan yang di dirasakan dan dialami.
Ketika orang takut untuk keluar rumah pada larut malam atau subuh dini hari, justru ibadah sholat subuh selalu dapat terlaksana dan tidak sedikit jemaah yang hadir dalam ibadah subuh tersebut.
Ini menunjukan kepada masyarakat di Indonesia, bahwa mentalitas masyarakat Papua dan Papua barat adalah mentalitas kasih dan menghormati sesama manusia, menjunjung tinggi Pancasila yakni sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Artinya masyarakat Papua dan Papua Barat mengakui bahwa Indonesia mengakui beberapa agama, dan agama yang diakui wajib untuk dihormati, dihargai dan dikasihi, mereka tidak pernah mengenal seorang Arnold Toynbee ; semua agama pada dasarnya sama. Namun teori Toynbee, sudah sejak lama di praktekan di atas tanah Papua dan Papua barat, seperti contoh tuan-tuan tanah memberikan tanah mereka untuk di jadikan tempat ibadah tanpa ada persoalan di kemudian hari, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah lain di Indonesia, di Papua dan Papua Barat tidak pernah terjadi hal-hal anarkis yang merugikan agama lain, sebaliknya di Papua dan Papua Barat keberagamaan agama termasuk agama Islam, melakukan aktifitas keagamaan, selalu medapatkan dukungan baik dari agama mayoritas atau Kristen.
Saat bulan puasa tiba, pemberitaan yang muncul di media tentang kondisi Papua di dunia internasional ramai dibicarakan, Nampak dalam kegiatan masyarakat ada kedewasaan beragama yang benar-benar harus jadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Realita pemisahan antara tiap sisi-sisi kehidupan mencerminkan masyarakat Papua yang notabene dalam pandangan masyarakat daerah lain di Indonesia terkesan negative justru masyarakat ini yang patut diteladani. sesungguhnya di Provinsi inilah relasi Islam-Kristen harmonis dan damai terbangun.[Antara/IndonesiaTimurVoice]
Mewakili Gubernur Papua, Lukas Enembe, Sekretaris Daerah Provinsi Papua Hery Dosinaen mengklaim bahwa toleransi antar umat beragama yang paling tinggi di Indonesia berada di Tanah Papua yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
"Pasalnya, sampai kini tidak ada gesekan horizontal atas dasar agama di Papua sehingga rasa saling menghormati antar umat beragama sangat tinggi," katanya di Jayapura, Rabu (24/6).
Menurut Hery, surat edaran yang dibagikan tersebut berisi arahan agar pelaksanaan waktu kerja di masing-masing jajaran pemerintahan maupun swasta dapat disesuaikan dengan bulan Ramadhan.
Tidak hanya waktu kerja yang diatur dalam surat edaran tersebut, namun jangka waktu cuti bersama untuk Hari Raya Idul Fitri juga disesuaikan di dalamnya, ujarnya.
Dia menjelaskan selain pengaturan dan penyesuaian pelaksanaan waktu kerja selama Ramadhan, pihaknya juga akan melakukan inspeksi mendadak (sidak).
"Sidak ini bertujuan untuk mengecek kebutuhan bahan pokok selama bulan ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya tidak dapat menyebutkan kapan waktunya untuk sidak, namun tetap akan dilakukan pengawasan terhadap kebutuhan selama ramadhan dan persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Hubungan Tanpa Konflik
Keberagaman suku dan budaya di Tanah Papua tidak serta merta menghantarkan terjerumus dalam masalah SARA, sebaliknya untuk masalah SARA sangat jarang bahkan hampir tak terdengar. Yang menarik dari Provinsi Papua dan Papua Barat adalah kehidupan beragama, toleransi beragama di provinsi ini patut menjadi teladan beberapa daerah lain di Indonesia yang rentan dengan konflik bernuansa SARA.
Salah satu kabupaten yang hubungan Islam Kristen begitu erat terjalin keharmonisan adalah kabupaten yang di juluki kota pala atau kabupaten Fakfak, tak jauh dari kabupaten Maluku yang pernah terjadi konflik agama Islam-Kristen justru Fakfak, relasi Islam-Kristen sangat damai.
Sedikit mengutip cerita sejarah leluhur bahwa dahulu setiap keluarga di kabupaten Fakfak beranggotakan keluarga kandung yang beda agama yakni Islam-Kristen, hubungan kekeluargaan yang sedarah inilah yang mempererat hubungan Islam-Kristen di kabupaten Fakfak.
Secara turun temurun tradisi kasih sayang antara anggota keluarga sedarah, akhirnya tertulur kepada hubungan tetangga, lingkungan tempat tinggal dan meluas kepada masyarakat umum di kabupaten Fakfak, dari tuan-tuan tanah sampai kaum pendatang nuansa kasih sayang dan relasi beragama menjadi wajib dijaga untuk melestarikan nilai-nilai kekeluargaan dan budaya masyarakat Kabupat Fakfak. Atmosfir relasi Islam-Kristen yang damai menyebar luas ke kabupaten-kabupaten lain di Papua dan Papua Barat.
Provinsi Papua Barat tergolong provinsi yang masih seumuran jagung, walau muda Provinsi Papua Barat sangat tepat menjadi panutan untuk provinsi lain di Indonesia, dalam hal relasi beragama.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Papua Barat beragama Kristen, mayoritas Kristen tidak lantas menjadikan umat Kristen di tanah Papua Barat, bertindak semena-mena terhadap umat minoritas.
Relasi Islam-Kristen di Papua Barat menjelang bulan puasa sudah menjadi tradisi bersama untuk saling menghormati, menyemangati, dan menghargai umat Islam yang sedang melangsungkan ibadah puasa.
Melekat dalam ingatan perayaan tahunan di bulan puasa adalah ; jajanan kolak pisang dan es pisang ijo, serta jajanan lainnya yang bertaburan hampir di setiap jantung kota, sampai pinggiran kota di seluruh kabupaten dan kota di Papua Barat.
Perayaan ini bukan saja menjadi perayaan yang dinantikan umat Islam, namun menjadi sukacita tersendiri bagi umat non Islam termasuk umat Kristen. Yang harus menjadi catatan negeri ini adalah ketika semua mata memandang, dan semua bibir berucap, bahwa Papua dan Papua Barat dari segi keamanan kurang kondusif, namun sesungguhnya umat muslim di tanah Papua dan Papua Barat memiliki pengalaman berbeda untuk keamanan yang di dirasakan dan dialami.
Ketika orang takut untuk keluar rumah pada larut malam atau subuh dini hari, justru ibadah sholat subuh selalu dapat terlaksana dan tidak sedikit jemaah yang hadir dalam ibadah subuh tersebut.
Ini menunjukan kepada masyarakat di Indonesia, bahwa mentalitas masyarakat Papua dan Papua barat adalah mentalitas kasih dan menghormati sesama manusia, menjunjung tinggi Pancasila yakni sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Artinya masyarakat Papua dan Papua Barat mengakui bahwa Indonesia mengakui beberapa agama, dan agama yang diakui wajib untuk dihormati, dihargai dan dikasihi, mereka tidak pernah mengenal seorang Arnold Toynbee ; semua agama pada dasarnya sama. Namun teori Toynbee, sudah sejak lama di praktekan di atas tanah Papua dan Papua barat, seperti contoh tuan-tuan tanah memberikan tanah mereka untuk di jadikan tempat ibadah tanpa ada persoalan di kemudian hari, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah lain di Indonesia, di Papua dan Papua Barat tidak pernah terjadi hal-hal anarkis yang merugikan agama lain, sebaliknya di Papua dan Papua Barat keberagamaan agama termasuk agama Islam, melakukan aktifitas keagamaan, selalu medapatkan dukungan baik dari agama mayoritas atau Kristen.
Saat bulan puasa tiba, pemberitaan yang muncul di media tentang kondisi Papua di dunia internasional ramai dibicarakan, Nampak dalam kegiatan masyarakat ada kedewasaan beragama yang benar-benar harus jadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Realita pemisahan antara tiap sisi-sisi kehidupan mencerminkan masyarakat Papua yang notabene dalam pandangan masyarakat daerah lain di Indonesia terkesan negative justru masyarakat ini yang patut diteladani. sesungguhnya di Provinsi inilah relasi Islam-Kristen harmonis dan damai terbangun.[Antara/IndonesiaTimurVoice]