Sejumlah Pos AL di Papua akan Menjadi Pangkalan TNI AL
pada tanggal
Thursday, 11 June 2015
KOTA JAYAPURA – Guna meningkatkan pengamanan perairan laut , sejumlah Pos Angkatan Laut (AL) di Tanah Papua akan dinaikkan statusnya menjadi Pangkalan TNI AL (Lanal). Misalnya Pos AL Sarmi akan berubah menjadi Lanal, kemudian juga Pos AL di Bintuni yang terletak di Provinsi Papua Barat.
Komandan Lantamal X, Brigjen TNI (Marinir) Gatot Triswanto menuturkan saat ini proses Lanal di Sarmi terus dilaksanakan, sementara untuk Lanal di Bintuni masih dalam pengurusan tanah seluas 4 hektar.
“Konsepnya saat ini adalah pengembangan pangkalan, seperti di Sorong juga akan ada pangkalan utama AL. Sejumlah armada dan pengerahan kapal bisa didekatkan kepada perbatasan dan ke daerah kerawanan,” jelasnya kepada sejumlah wartawan di Jayapura, Senin (8/6).
Konsep yang dikembangkan lainnya, menurut Gatot, adalah pendekatan masyarakat maritim. Misalnya saja untuk masalah pengamanan di perairan, TNI AL tidak bisa bergerak sendiri dan tetap harus ada bantuan masyarakat.
"Jika ada dermaga juga diharapkan ada dukungan lainnya seperti dukungan bahan bakar dan dukungan keamanan," ujarnya
Apalagi tantangan alam di tanah Papua sangat kompleks. Di wilayah kerja Lantamal X, luas daerahnya jika dijelajahi dengan pesawat bisa memakan waktu hingga 3 jam.
“Alamnya terbuka, penduduknya berpisah-pisah. Misalnya dalam konteks ada penduduk yang hilang dan butuh pengerahan segera, ya tetap harus dilaksanakan, dengan ancaman gelombang diatas 3 meter. Peran kerjasama ini pun tak lepas dari masyarakat,” katanya. [Gatra]
Komandan Lantamal X, Brigjen TNI (Marinir) Gatot Triswanto menuturkan saat ini proses Lanal di Sarmi terus dilaksanakan, sementara untuk Lanal di Bintuni masih dalam pengurusan tanah seluas 4 hektar.
“Konsepnya saat ini adalah pengembangan pangkalan, seperti di Sorong juga akan ada pangkalan utama AL. Sejumlah armada dan pengerahan kapal bisa didekatkan kepada perbatasan dan ke daerah kerawanan,” jelasnya kepada sejumlah wartawan di Jayapura, Senin (8/6).
Konsep yang dikembangkan lainnya, menurut Gatot, adalah pendekatan masyarakat maritim. Misalnya saja untuk masalah pengamanan di perairan, TNI AL tidak bisa bergerak sendiri dan tetap harus ada bantuan masyarakat.
"Jika ada dermaga juga diharapkan ada dukungan lainnya seperti dukungan bahan bakar dan dukungan keamanan," ujarnya
Apalagi tantangan alam di tanah Papua sangat kompleks. Di wilayah kerja Lantamal X, luas daerahnya jika dijelajahi dengan pesawat bisa memakan waktu hingga 3 jam.
“Alamnya terbuka, penduduknya berpisah-pisah. Misalnya dalam konteks ada penduduk yang hilang dan butuh pengerahan segera, ya tetap harus dilaksanakan, dengan ancaman gelombang diatas 3 meter. Peran kerjasama ini pun tak lepas dari masyarakat,” katanya. [Gatra]