Proyek Tangguh di Papua Barat dapat Penuhi Pertumbuhan Energi
pada tanggal
Wednesday, 3 June 2015
MANOKWARI - Proyek ekspansi Tangguh di Papua Barat diharapkan membantu memenuhi pertumbuhan energi di Indonesia dan Asia serta kualitas hidup warga sekitar.
Head of Country BP Indonesia, Dharmawan Samsu, mengatakan, proyek tersebut setidaknya akan menambah produksi LNG sebesar 3,8 juta ton per tahun; membuat total produksi LNG Tangguh menjadi 11,4 juta ton per tahun.
Disebut membantu sebab 40 persen dari produksi train 3 itu akan disalurkan ke pasar domestik. Selain itu proyek ini memberi konstribusi untuk pendapatan negara, pendapatan dari pajak, tenaga kerja serta peningkatan kapasitas dan pembangunan sosial.
Dalam semangat ekspansi, Dharmawan mengatakan pihaknya berkomiten untuk meningkatkan ‘efek singgah’ proyek Tangguh di daerah melalui kegiatan-kegiatan konkret. Ini dilakukan untuk mengatasi dampak sosial ekonomi dan budaya dari proyek Tangguh.
“Kami terus mengevaluasi dan memperbaiki program sosial terpadu dan program investasi komunitas yang berlangsung setidaknya 10 tahun terakhir di lokasi. Hasilnya adalah pendekatan baru yang kami sebut Tangguh Sustainable Development Programs (TDSP).
Ini didorong untuk meningkatkan kualitas hidup warga sekitar, juga karena ini tertera dalam AMDAL yang baru,” jelasnya di sela pelaksanaan Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-39 yang digelar pada 20-22 Mei di Jakarta.
Ada tujuh prioritas utama TDSP. Diantaranya di bidang kesehatan, pendidikan, peningkatan mata pencaharian masyarakat, tata kelola pemerintah yang baik, hubungan eksternal serta program pengembangan masyarakat adat dan masyarakat Papua.
Lewat pendekatan ini, masyarakat asli yang tinggal di wilayah sekitar operasi Tangguh LNG didorong untuk mengembangkan industri jasa dan pelayanan dengan skala besar.
“Ini inisiatif untuk meningkatkan angka kandungan lokal dari keseluruhan aktivitas LNG Tangguh dari masa konstruksi sampai operasi nanti,” ucapnya.
BP Indonesia juga ingin menciptakan bisnis lokal yang terintegrasi dengan operasi LNG Tangguh dalam jangka panjang. Sejak beroperasi, program sosial LNG Tangguh setidaknya sudah menginvestasikan lebih dari 25 juta US$ bagi pengembangan masyarakat lokal.
Sejauh ini operasional Tangguh LNG di Papua Barat ditopang oleh 2 anjungan tanpa awak di lepas pantai dan kilang produksi LNG yang terdiri dari 2 train (train 1 dan 2) dengan kapasitas produksi mencapai 7,6 juta ton.
Sementara rencana ekspansi untuk train 3 terus mengalami kemajuan. Train 3 merupakan kelanjutan kemitraan antara BP dengan pemerintah. Beberapa pencapaian penting proyek ekspansi ini tahun lalu diantaranya persetujuan AMDAL pada juli 2014, perjanjian jual beli dengan PLN pada 17 Oktober dan kontrak dual FEED Onshore yang diumumkan 22 Oktober silam.
Selain itu manfaat tambahan dari proyek ini diantaranya, alokasi 40 persen (1,5 mpta) produksi LNG untuk dijual ke pasar domestik, konten lokal 35 persen dari proyek, dan konstruksi puncak tenaga kerja sekitar 7500 orang. [CahayaPapua]
Head of Country BP Indonesia, Dharmawan Samsu, mengatakan, proyek tersebut setidaknya akan menambah produksi LNG sebesar 3,8 juta ton per tahun; membuat total produksi LNG Tangguh menjadi 11,4 juta ton per tahun.
Disebut membantu sebab 40 persen dari produksi train 3 itu akan disalurkan ke pasar domestik. Selain itu proyek ini memberi konstribusi untuk pendapatan negara, pendapatan dari pajak, tenaga kerja serta peningkatan kapasitas dan pembangunan sosial.
Dalam semangat ekspansi, Dharmawan mengatakan pihaknya berkomiten untuk meningkatkan ‘efek singgah’ proyek Tangguh di daerah melalui kegiatan-kegiatan konkret. Ini dilakukan untuk mengatasi dampak sosial ekonomi dan budaya dari proyek Tangguh.
“Kami terus mengevaluasi dan memperbaiki program sosial terpadu dan program investasi komunitas yang berlangsung setidaknya 10 tahun terakhir di lokasi. Hasilnya adalah pendekatan baru yang kami sebut Tangguh Sustainable Development Programs (TDSP).
Ini didorong untuk meningkatkan kualitas hidup warga sekitar, juga karena ini tertera dalam AMDAL yang baru,” jelasnya di sela pelaksanaan Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-39 yang digelar pada 20-22 Mei di Jakarta.
Ada tujuh prioritas utama TDSP. Diantaranya di bidang kesehatan, pendidikan, peningkatan mata pencaharian masyarakat, tata kelola pemerintah yang baik, hubungan eksternal serta program pengembangan masyarakat adat dan masyarakat Papua.
Lewat pendekatan ini, masyarakat asli yang tinggal di wilayah sekitar operasi Tangguh LNG didorong untuk mengembangkan industri jasa dan pelayanan dengan skala besar.
“Ini inisiatif untuk meningkatkan angka kandungan lokal dari keseluruhan aktivitas LNG Tangguh dari masa konstruksi sampai operasi nanti,” ucapnya.
BP Indonesia juga ingin menciptakan bisnis lokal yang terintegrasi dengan operasi LNG Tangguh dalam jangka panjang. Sejak beroperasi, program sosial LNG Tangguh setidaknya sudah menginvestasikan lebih dari 25 juta US$ bagi pengembangan masyarakat lokal.
Sejauh ini operasional Tangguh LNG di Papua Barat ditopang oleh 2 anjungan tanpa awak di lepas pantai dan kilang produksi LNG yang terdiri dari 2 train (train 1 dan 2) dengan kapasitas produksi mencapai 7,6 juta ton.
Sementara rencana ekspansi untuk train 3 terus mengalami kemajuan. Train 3 merupakan kelanjutan kemitraan antara BP dengan pemerintah. Beberapa pencapaian penting proyek ekspansi ini tahun lalu diantaranya persetujuan AMDAL pada juli 2014, perjanjian jual beli dengan PLN pada 17 Oktober dan kontrak dual FEED Onshore yang diumumkan 22 Oktober silam.
Selain itu manfaat tambahan dari proyek ini diantaranya, alokasi 40 persen (1,5 mpta) produksi LNG untuk dijual ke pasar domestik, konten lokal 35 persen dari proyek, dan konstruksi puncak tenaga kerja sekitar 7500 orang. [CahayaPapua]