Provinsi Papua Miliki Angka Inflasi Pedesaan Terendah di Indonesia
pada tanggal
Thursday, 4 June 2015
DENPASAR (BALI) – Angka inflasi pedesaan di Papua bulan Mei 2015 sebesar 0,02 persen adalah terendah di Indonesia. Inflasi tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 0,97 persen.
“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 28 provinsi di antaranya mengalami inflasi, empat provinsi deflasi, dan satu provinsi tidak mengalami perubahan harga,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar, di Denpasar, Rabu (3/6).
Bali mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,20 persen selama bulan Mei 2015, sementara secara nasional pada bulan yang sama mengalami inflasi sebesar 0,60 persen.
Deflasi terbesar terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,24 persen. Provinsi yang tidak mengalami deflasi maupun inflasi adalah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Panasunan Siregar menambahkan hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan Mei 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) secara rasio tidak mengalami perubahan indeks dibanding bulan sebelumnya (April 2015), karena indeks harga diterima petani (lt) maupun indeks harga dibayar petani (lb) mengalami penurunan sama.
Indeks harga diterima petani dan indeks harga dibayar petani sama-sama menurun 0,08 persen. Indeks harga yang diterima petani turun dari 119,68 menjadi 119,59, sementara indeks harga dibayar petani menurun dari 116,14 menjadi 116,05.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu subsektor mengalami kenaikan.
Empat subsektor yang mengalami penurunan NTP meliputi subsektor hortikultura 1,46 persen, tanaman pangan 1,12 persen, perikanan 0,36 persen, dan peternakan 0,27 persen.
Subsektor perkebunan rakyat satu-satunya mengalami kenaikan sebesar 3,19 persen.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. [Antara]
“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 28 provinsi di antaranya mengalami inflasi, empat provinsi deflasi, dan satu provinsi tidak mengalami perubahan harga,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar, di Denpasar, Rabu (3/6).
Bali mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,20 persen selama bulan Mei 2015, sementara secara nasional pada bulan yang sama mengalami inflasi sebesar 0,60 persen.
Deflasi terbesar terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,24 persen. Provinsi yang tidak mengalami deflasi maupun inflasi adalah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Panasunan Siregar menambahkan hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan Mei 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) secara rasio tidak mengalami perubahan indeks dibanding bulan sebelumnya (April 2015), karena indeks harga diterima petani (lt) maupun indeks harga dibayar petani (lb) mengalami penurunan sama.
Indeks harga diterima petani dan indeks harga dibayar petani sama-sama menurun 0,08 persen. Indeks harga yang diterima petani turun dari 119,68 menjadi 119,59, sementara indeks harga dibayar petani menurun dari 116,14 menjadi 116,05.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu subsektor mengalami kenaikan.
Empat subsektor yang mengalami penurunan NTP meliputi subsektor hortikultura 1,46 persen, tanaman pangan 1,12 persen, perikanan 0,36 persen, dan peternakan 0,27 persen.
Subsektor perkebunan rakyat satu-satunya mengalami kenaikan sebesar 3,19 persen.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. [Antara]