Peringkat Kota Jayapura dalam Rangking Sekolah Adiwiyata Nasional Turun
pada tanggal
Thursday, 4 June 2015
KOTA JAYAPURA - Peringkat sekolah Adiwiyata di Kota Jayapura mengalami penurunan di tingkat nasional. Tahun 2013 Kota Jayapura masuk lima besar tingkat nasional, namun pada 2014 turun ke peringkat sepuluh.
“Sampai saat ini ada 30 sekolah di Papua yang berpartisipasi. Papua Barat hanya tiga sekolah. Kota Jayapura sudah sekitar 20 sekolah. Mudah-mudahan dengan adanya Bimbingan Teknis (Bimtek) Sekolah Adiwiyata ini, jumlah sekolah yang berpartisipasi akan semakin banyak,” kata Suwardi, Kepala Badan Peningkatan Kapasitas Pusat Ekoregion Papua, kepada Jubi, di Aula LPMP Kotaraja, Rabu (3/6).
Suwardi menambahkan, masalah adaministrasi menjadi kendala untuk mendapatkan penghargaan sekolah Adiwiyata. Ada empat komponen yang bisa menjadikan sekolah Adiwiyata, yaitu kebijakan terkait visi dan misi, mata pelajaran terkait lingkungan, peran serta seluruh anggota sekolah baik guru maupun murid, dan sarana prasarana.
“Empat komponen itu harus dilengkapi semua. Kadang-kadang sekolah menulis keempat komponen itu ada semua, tetapi setelah kita cek di lapangan, tidak ada. Akhirnya gagal meraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata,” ucapnya.
Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.
Di tempat yang sama, I Wayan Mudiyasa, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura, mengatakan untuk masuk ke level sekolah Adiwiyata itu merupakan Komitmen. Komitmen masing-masing kepala sekolah, mengajak seluruh komponen di sekolah untuk menciptakan sekolah yang sehat, sehingga dapat menjadi sekolah Adiwiyata.
“Kalau komitmen kepala sekolahnya luar biasa, punya inovasi, itu saya kira bisa. Sekarang bagaimana menyadarkan mereka, kalau semua berkomitmen saya kira sekolah itu akan lolos ke Adiwiyata Nasional,” kata Mudiyasa.
Mudiyasa menambahkan, sekolah-sekolah harus bekerja sama dengan insan pers karena nilai kegiatan partisipatif yang menyebarluaskan adalah pers.
“Tahun 2013 kami bekerjasama dengan teman-teman pers, sehingga berita-berita itu bisa menjadi nilai tertinggi untuk dokumen non-fisik di Adiwiyata. Tapi saya lihat sekarang sekolah-sekolah seperti tidak mau memanfaatkan teman-teman pers untuk mempublikasikan kegiatan mereka,” katanya. [Jubi]