Pasar Snon Bukor Waisai Ditinggalkan Pedagang
pada tanggal
Wednesday, 24 June 2015
WAISAI (RAJAAMPAT) - Pasar Snon Bukor Waisai yang diresmikan oleh Bupati Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma, M.Si pada bulan Mei 2014 lalu, akhirnya ditinggalkan pedagang.
Rahim Raha, salah satu pedagang mengatakan, pindahnya para pedagang ke kota disebabkan berbagai macam hal. Salah satu yang dikemukakan adalah sepinya pembeli karena jauh dari pemukiman.
“Pasar ini sebenarnya tidak layak karena jauh dari pemukiman, ungkap Rahim pada Minggu, (21/06)
Sebelum Sail Raja Ampat tahun 2014 lalu jelasnya, Pasar Snon Bukor masih ramai pembeli. Waktu itu pemerintah tegas kepada penjual yang melakukan aktivitas di kota di larang sehingga semuanya tertib berjualan di Pasar Snon Bukor.
“Kami waktu itu di suruh pindah lokasi ke sini (Pasar Snon Bukor, red), kami semua, kurang lebih ada sekitar 150 pedagang disini. Namun hanya bertahan 1 tahun saja, para pedagang lantas mulai mengeluh karena sepi pembeli disebabkan pedagang yang tinggal di kota mulai beraktivitas (berjualan, red) di kota,” kata Rahim.
“Dari pertama pasar ini di resmikan, ada sekitar 150 pedagang, tinggal 100 pedagang yang masih bertahan sampai bulan Mei lalu, namun itupun terus berkurang sampai akhirnya semua pedagang turun ke kota untuk berjualan, jelas Rahim.
Transportasi yang mahal menurut Rahim, termasuk penyebab sepinya pembeli. “Bagaimana orang mau belanja kalau ongkos nya mahal. Sebenarnya sejak awal pemerintah harus berkordinasi dengan warga masyarakat tentang lokasi pasar ini,” sambung Rahim.
Terlepas dari persoalan diatas, Rahim turut berterima kasih kepada pemerintah yang telah membangun Pasar ini. Ini bukan hanya satu Instansi saja yang terlibat tetapi ada beberapa yang perlu bersama-sama mencari jalan keluar. “Kami para penjual hanya menunggu keputusan pemerintah terhadap masalah ini, kalau memang mau dipindahkan lagi kesini (Pasar Snon Bukor, red), sebaiknya pemerintah mengundang penjual dan mendengar pendapat langsung dari para penjual, tutup Rahim. [RajaAmpatPos]
Rahim Raha, salah satu pedagang mengatakan, pindahnya para pedagang ke kota disebabkan berbagai macam hal. Salah satu yang dikemukakan adalah sepinya pembeli karena jauh dari pemukiman.
“Pasar ini sebenarnya tidak layak karena jauh dari pemukiman, ungkap Rahim pada Minggu, (21/06)
Sebelum Sail Raja Ampat tahun 2014 lalu jelasnya, Pasar Snon Bukor masih ramai pembeli. Waktu itu pemerintah tegas kepada penjual yang melakukan aktivitas di kota di larang sehingga semuanya tertib berjualan di Pasar Snon Bukor.
“Kami waktu itu di suruh pindah lokasi ke sini (Pasar Snon Bukor, red), kami semua, kurang lebih ada sekitar 150 pedagang disini. Namun hanya bertahan 1 tahun saja, para pedagang lantas mulai mengeluh karena sepi pembeli disebabkan pedagang yang tinggal di kota mulai beraktivitas (berjualan, red) di kota,” kata Rahim.
“Dari pertama pasar ini di resmikan, ada sekitar 150 pedagang, tinggal 100 pedagang yang masih bertahan sampai bulan Mei lalu, namun itupun terus berkurang sampai akhirnya semua pedagang turun ke kota untuk berjualan, jelas Rahim.
Transportasi yang mahal menurut Rahim, termasuk penyebab sepinya pembeli. “Bagaimana orang mau belanja kalau ongkos nya mahal. Sebenarnya sejak awal pemerintah harus berkordinasi dengan warga masyarakat tentang lokasi pasar ini,” sambung Rahim.
Terlepas dari persoalan diatas, Rahim turut berterima kasih kepada pemerintah yang telah membangun Pasar ini. Ini bukan hanya satu Instansi saja yang terlibat tetapi ada beberapa yang perlu bersama-sama mencari jalan keluar. “Kami para penjual hanya menunggu keputusan pemerintah terhadap masalah ini, kalau memang mau dipindahkan lagi kesini (Pasar Snon Bukor, red), sebaiknya pemerintah mengundang penjual dan mendengar pendapat langsung dari para penjual, tutup Rahim. [RajaAmpatPos]