Mama Yosepha Alomang Nilai Freeport Indonesia Tidak Perhatikan Orang Papua
pada tanggal
Wednesday, 3 June 2015
JAKARTA - PT Freeport Indonesia sudah melakukan eksplorasi besar-besaran terhadap kekayaan alam Papua, terutama di wilayah Kabupaten Mimika selama 48 tahun.
Sejak 1967 hingga saat ini, masyarakat suku Amungme dan Kamoro yang merupakan penduduk asli terdekat dengan kawasan tambang Freeport mengaku tak pernah menikmati hasil tambang yang dikeruk perusahaan yang berafiliasi ke Freeport McMoran di Amerika Serikat itu.
Mama Yosepha Alomang, salah satu pejuang Hak Asasi Manusia di Papua, mengatakan, pihak Freeport sudah pernah melakukan pertemuan dengan suku-suku di Papua. Tapi hasilnya nihil.
Ditunjuknya mantan wakil kepala BIN, Maroef Sjamsuddin sebagai Dirut Freeport Indonesia menggantikan Rozik B. Soetjipto, dinilai tak membawa angin perubahan.
"Sebelum Freeport kumpulkan orang Papua, sama saja. Dia tidak bikin apa-apa, tidak ada perubahan meski sudah ada pergantian presiden Freeport yang baru," tegasnya di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (25/5).
Mantan Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Se-Indonesia (AMPTPI) periode 2007-2015 Markus Haluk menambahkan, selama puluhan tahun Freeport tidak hanya mengeruk kekayaan alam tapi juga memperlakukan pekerja lokal tidak sebagai mana mestinya.
"Bukan hanya alam yang ditambang, tapi juga menambang manusianya. Tidak ada dokter, orang Maungme yang dibiayai Freeport. Jadi dia tidak hanya bunuh secara fisik tapi juga non-fisik," tutupnya. [Merdeka]
Sejak 1967 hingga saat ini, masyarakat suku Amungme dan Kamoro yang merupakan penduduk asli terdekat dengan kawasan tambang Freeport mengaku tak pernah menikmati hasil tambang yang dikeruk perusahaan yang berafiliasi ke Freeport McMoran di Amerika Serikat itu.
Mama Yosepha Alomang, salah satu pejuang Hak Asasi Manusia di Papua, mengatakan, pihak Freeport sudah pernah melakukan pertemuan dengan suku-suku di Papua. Tapi hasilnya nihil.
Ditunjuknya mantan wakil kepala BIN, Maroef Sjamsuddin sebagai Dirut Freeport Indonesia menggantikan Rozik B. Soetjipto, dinilai tak membawa angin perubahan.
"Sebelum Freeport kumpulkan orang Papua, sama saja. Dia tidak bikin apa-apa, tidak ada perubahan meski sudah ada pergantian presiden Freeport yang baru," tegasnya di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (25/5).
Mantan Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Se-Indonesia (AMPTPI) periode 2007-2015 Markus Haluk menambahkan, selama puluhan tahun Freeport tidak hanya mengeruk kekayaan alam tapi juga memperlakukan pekerja lokal tidak sebagai mana mestinya.
"Bukan hanya alam yang ditambang, tapi juga menambang manusianya. Tidak ada dokter, orang Maungme yang dibiayai Freeport. Jadi dia tidak hanya bunuh secara fisik tapi juga non-fisik," tutupnya. [Merdeka]