Konsumsi Otak Manusia oleh Suku Kanibal di Highlands, Mencegah Kepikunan
pada tanggal
Wednesday, 17 June 2015
WASHINGTON (AS) -Sejak lama dipercaya bahwa mengonsumsi otak manusia dapat membunuh seseorang. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal tersebut juga dapat menyelamatkan seseorang dari penyakit otak.
Suku Fore, sebuah suku di Distrik Okapa, Eastern Highlands Province, biasa memakan jasad seseorang yang meninggal saat upacara pemakaman berlangsung. Para pria mengonsumsi dagingnya, sementara wanita memakan otaknya.
Diberitakan Washington Post, sekitar dua persen populasi Fore tewas setiap tahunnya akibat sebuah penyakit dari molekul otak. Melihat hal ini, pada medio 1950-an kanibalisme dilarang hukum.
Kini, sebuah studi yang dilansir Nature menguak efek positif dari mengonsumsi otak manusia. Riset menunjukkan, di dalam tubuh beberapa anggota Fore tumbuh gen yang melindungi mereka dari prion.
Bentuk protein prion ini sering kali dihubungkan dengan berbagai penyakit otak, termasuk beberapa jenis demensia atau kepikunan.
Pelaku penelitian mengatakan bahwa kajian lebih dalam dari studi ini mungkin dapat membantu menggali pemahaman mendalam mengenai Alzheimer dan Parkinson.
Meski saat ini suku yang memiliki penduduk sekitar 20.000 jiwa ini tidak lagi melakukan ritual kanibal tersebut, namun masyarakatnya masih tertutup dengan pengaruh dunia luar. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan suku-suku disekitar areal Pegunungan Wanevinti. [CNN]
Suku Fore, sebuah suku di Distrik Okapa, Eastern Highlands Province, biasa memakan jasad seseorang yang meninggal saat upacara pemakaman berlangsung. Para pria mengonsumsi dagingnya, sementara wanita memakan otaknya.
Diberitakan Washington Post, sekitar dua persen populasi Fore tewas setiap tahunnya akibat sebuah penyakit dari molekul otak. Melihat hal ini, pada medio 1950-an kanibalisme dilarang hukum.
Kini, sebuah studi yang dilansir Nature menguak efek positif dari mengonsumsi otak manusia. Riset menunjukkan, di dalam tubuh beberapa anggota Fore tumbuh gen yang melindungi mereka dari prion.
Bentuk protein prion ini sering kali dihubungkan dengan berbagai penyakit otak, termasuk beberapa jenis demensia atau kepikunan.
Pelaku penelitian mengatakan bahwa kajian lebih dalam dari studi ini mungkin dapat membantu menggali pemahaman mendalam mengenai Alzheimer dan Parkinson.
Meski saat ini suku yang memiliki penduduk sekitar 20.000 jiwa ini tidak lagi melakukan ritual kanibal tersebut, namun masyarakatnya masih tertutup dengan pengaruh dunia luar. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan suku-suku disekitar areal Pegunungan Wanevinti. [CNN]