KNPB Nilai Pemerintah Pusat Tidak Peduli Kondisi Orang Papua
pada tanggal
Thursday, 25 June 2015
KOTA JAYAPURA - Komite Nasional Papua Barat (KNPB) memberikan satu kesimpulan perjalanan perjuangan menghadapi pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia dinilai tidak peduli dengan nyawa orang Papua yang bicara Papua merdeka ataupun tidak teriak Papua merdeka. Orang Papua terus menjadi objek pembantaian.
” Ko bicara Papua merdeka atau tidak, ko pasti akan mati selagi ko masih ada di tangan penjajah,” teriak Bazoka Logo, Juru Bicara KNPB pusat dalam orasi aksi doa mendukung United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) menjadi anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) yang berlangsung di Markas Pusat KNPB, pinggiran Kamwolker, Waena, Kota Jayapura, Rabu (24/6).
Logo mencontohkan sejumlah kasus pembunuhan orang Papua yang teriak Papua merdeka dan tidak. Pembunuhan empat siswa 8 Desember 2014 di Pania, sebagai kelompok anak siswa yang tidak teriak Papua Merdeka namun menjadi objek penembakan. Alasan penembakan tidak pernah terungkap hingga hari ini.
“Mereka itu siswa biasa generasi penerus bangsa saja sudah di bunuh,”ungkapnya serius “Apalagi mereka yang menerikan Papua merdeka. Itu misi negara ini yang mementingkan kekayaan alam Papua dari manusianya”.
Katanya, KNPB sudah mencatat 29 anggota terbunuh dalam perjuangan damai di jalanan. Pembunuhan itu terjadi sejak April 2009. Pembunuhan Eric Logo di lingkaran Abepura menjadi awal pembunuhan aktivis KNPB yang menerikan Papua Merdeka. Jumlah pembunuhan terus meningkat sejak pembunuhan Teryoli Wea 1 Juni 2012 di Abepura.
Menurut Logo, orang Papua tidak bisa lari dari kenyataan ini. Orang Papua dari berbagai kalangan dan golongan harus menghadapi kenyataan ini dengan suatu kedasaran penuh. Orang Papua harus menerikan hak kebebasan daripada membisu, mencari aman namun nasibnya sama.
” Indonesia tidak hanya membunuh yang teriak Papua merdeka. Ko yang mau baik-baik, ko yang tidak baik, ko mati. Itu misi negara ini. Suka tidak suka, bicara Papua. Lebih baik kita mati sambil bicara Papua merdeka. Kita tidak bisa lari dari kenyataan”.
Ketua I. KNPB pusat, Agus Kosay mengatakan pembunuhan itu satu kenyataan saat ini dan menjadi sejarah kolektif. Banyak orang Papua terbunuh saat melakukan aktivitas yang melindunggi Indentitas orang Papua. “Arnold Ap itu hanya menyanyi saja dibunuh. Banyak orang lain nasib sama”.
Karena itu, menurut Kossay, orang Papua tidak boleh menyia-nyiakan pembunuhan mereka. Generasi muda Papua harus mengahiri pembantaian yang terus berlangsung. “Kita generasi ke III dalam perjuangan. Kita tidak boleh diam. Kita harus lawan,”katanya. [Jubi]
” Ko bicara Papua merdeka atau tidak, ko pasti akan mati selagi ko masih ada di tangan penjajah,” teriak Bazoka Logo, Juru Bicara KNPB pusat dalam orasi aksi doa mendukung United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) menjadi anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) yang berlangsung di Markas Pusat KNPB, pinggiran Kamwolker, Waena, Kota Jayapura, Rabu (24/6).
Logo mencontohkan sejumlah kasus pembunuhan orang Papua yang teriak Papua merdeka dan tidak. Pembunuhan empat siswa 8 Desember 2014 di Pania, sebagai kelompok anak siswa yang tidak teriak Papua Merdeka namun menjadi objek penembakan. Alasan penembakan tidak pernah terungkap hingga hari ini.
“Mereka itu siswa biasa generasi penerus bangsa saja sudah di bunuh,”ungkapnya serius “Apalagi mereka yang menerikan Papua merdeka. Itu misi negara ini yang mementingkan kekayaan alam Papua dari manusianya”.
Katanya, KNPB sudah mencatat 29 anggota terbunuh dalam perjuangan damai di jalanan. Pembunuhan itu terjadi sejak April 2009. Pembunuhan Eric Logo di lingkaran Abepura menjadi awal pembunuhan aktivis KNPB yang menerikan Papua Merdeka. Jumlah pembunuhan terus meningkat sejak pembunuhan Teryoli Wea 1 Juni 2012 di Abepura.
Menurut Logo, orang Papua tidak bisa lari dari kenyataan ini. Orang Papua dari berbagai kalangan dan golongan harus menghadapi kenyataan ini dengan suatu kedasaran penuh. Orang Papua harus menerikan hak kebebasan daripada membisu, mencari aman namun nasibnya sama.
” Indonesia tidak hanya membunuh yang teriak Papua merdeka. Ko yang mau baik-baik, ko yang tidak baik, ko mati. Itu misi negara ini. Suka tidak suka, bicara Papua. Lebih baik kita mati sambil bicara Papua merdeka. Kita tidak bisa lari dari kenyataan”.
Ketua I. KNPB pusat, Agus Kosay mengatakan pembunuhan itu satu kenyataan saat ini dan menjadi sejarah kolektif. Banyak orang Papua terbunuh saat melakukan aktivitas yang melindunggi Indentitas orang Papua. “Arnold Ap itu hanya menyanyi saja dibunuh. Banyak orang lain nasib sama”.
Karena itu, menurut Kossay, orang Papua tidak boleh menyia-nyiakan pembunuhan mereka. Generasi muda Papua harus mengahiri pembantaian yang terus berlangsung. “Kita generasi ke III dalam perjuangan. Kita tidak boleh diam. Kita harus lawan,”katanya. [Jubi]