Kericuhan BTN Organda Harus Dituntaskan Lewat Dialog
pada tanggal
Thursday, 11 June 2015
“Lembaga pengendali masyarakat pegunungan tengah dan JDP mesti ada didepan untuk membangun suasana damai. Ini kasus diduga dimainkan oleh aktor terlatih, sehingga kami minta semua pihak menahan diri, kami sama-sama mencari siapa yang ada dibalik semua ini. Tidak bisa juga menduga duga kelompok tertentu. Maka mari kami melawan provokasi kejahatan dengan membangun damai,” katanya pada Selasa (9/6)
Tentunya kami juga merasa prihatin dan berduka atas kejadian yang menimpa basudara dari Ambon. Tapi juga masyarakat tidak ingin konflik ini meluas.
“Sampai adik kami satu orang ditikam. Saya minta harus dicari solusinya, bukan saling dendam,” katanya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Asrama Mahasiswa Kabupaten Nabire di Kamkey, Distrik Abepura, Kota Jayapura dikepung orang tak dikenal (OTK) pada. Para saksi mata dan para mahasiswa korban penyisiran yang melarikan diri menyebut OTK adalah para pendatang, yang diduga keluarga korban atas kasus pembunuhan 2 orang warga di Organda, Distrik Heram, Senin (8/6).
Satu mahasiswa yang tinggal di asrama milik Pemerintah Daerah (Pemda) Nabire atas nama Hendrikus Iyai, ditikam hingga ususnya terburai dari perut.
Hal ini disampaikan, Yanuarius Tigi, salah satu korban pengejaran. Dijelaskan. sekitar jam lima sore ini, sekelompok orang tak kenal (OTK) yang diduga keluarga korban pembunuhan di Organda mendatangi Asrama Putra Nabire di Kamkey dan langsung menutup pintu-pintu kamar asrama putra Nabire.
Rombongan OTK menodong setiap penghuni dengan senjata, parang, dan pisau, juga melakukan pengejaran terhadap semua penghuni yang berlari keluar, melarikan diri.
"Anak-anak Papua pada umumnya ketakutan. Orang-orang itu pake senjata, alat tajam, mereka ke asrama-asrama," jelasnya.
Selain Asrama Putera Nabire Kamkey, Asrama Nayak I yang didiami mahasiswa dari Kabupaten Jayawijaya di Kamkey pun menjadi korban penyisiran. [Jubi/MajalahSelangkah]