Johan Kafiar Didesak Mundur dari Direktur Utama Bank Papua
pada tanggal
Saturday, 27 June 2015
KOTA JAYAPURA - Dinilai berkinerja buruk, Direktur Utama Bank Papua, Johan Kafiar didesak untuk diganti.Hal ini terkuak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang disuarakan sejumlah kepala daerah di Provinsi Papua, selaku pemegang saham Bank Papua.
"Jabatan ini juga harus dipilih melalui pelelangan," kata Bupati Lanny Jaya Befa Jigibalom, Jumat (26/6).
Menurut Befa, sekarang ini perlu lelang jabatan tanpa melihat siapa dia supaya bisa mempertanggungjawabkan rencana dan pencapaian target.
"Sebab, sudah dua tahun terakhir kinerja Bank Papua memburuk dan sama sekali tak ada pembagian dividen kepada pemegang saham mayoritas yang adalah kepala daerah di Papua dan Papua Barat,” ia menjelaskan.
Befa menilai selama ini para direksi di Bank Papua tak berhasil membawa bank milik pemerintah itu untuk memperoleh laba semaksimal mungkin dari tahun ke tahun. "Seharusnya seorang direktur membuat busineess plan kepada pemilik modal dan dia harus mencapai target sesuai dengan yang disampaikan kepada pemilik modal."
Sebab, kata Befa, paling tidak laba bersih Bank Papua per tahunnya bisa mencapai Rp 1 triliun dan paling minim Rp 500 miliar per tahun. "Tahun 2014, keuntungan Bank Papua mencapai Rp 2 triliun, tetapi biaya produksi mencapai lebih dari Rp 1,9 triliun. Laba bersih hanya sekitar Rp 100-200 miliar. Ini tak masuk akal,” ia menjelaskan.
Befa juga berharap Bank Papua ke depan dapat memilih direksi dengan cara sistem lelang dan tak lagi perlu lagi melihat siapa dia, seperti tahun lalu ada euforia Papuanisasi pada tingkat pimpinan di Bank Papua.
Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo mengatakan saat ini tak ada keberhasilan yang dapat ditonjolkan Bank Papua dalam menjalankan mandat yang diberikan para pemegang saham. "Bahkan dalam RUPS, mayoritas pemegang saham mendesak semua direksi diganti," katanya.
Selain itu, kata Wempi, kredit macet yang terjadi di Bank Papua sepanjang 2014-2015 mencapai Rp 800 miliar.
"Hal ini yang menyebabkan Bank Papua mengalami kerugian besar, sehingga untuk membayar deviden kepada pemegang saham utama terhambat. Pergantian direksi ini harus segera dilakukan,” katanya.
Saat dimintai konfirmasi terkait desakan adanya pergantian para direksi Bank Papua, Direktur Utama Bank Papua Johan Kafiar belum mau memberikan jawaban terkait desakan reshuffle dari sejumlah pemegang saham. “Nanti ya setelah RUPS ini selesai baru bisa dirilis hal lainnya,” katanya memberi alasan. [Tempo]
"Jabatan ini juga harus dipilih melalui pelelangan," kata Bupati Lanny Jaya Befa Jigibalom, Jumat (26/6).
Menurut Befa, sekarang ini perlu lelang jabatan tanpa melihat siapa dia supaya bisa mempertanggungjawabkan rencana dan pencapaian target.
"Sebab, sudah dua tahun terakhir kinerja Bank Papua memburuk dan sama sekali tak ada pembagian dividen kepada pemegang saham mayoritas yang adalah kepala daerah di Papua dan Papua Barat,” ia menjelaskan.
Befa menilai selama ini para direksi di Bank Papua tak berhasil membawa bank milik pemerintah itu untuk memperoleh laba semaksimal mungkin dari tahun ke tahun. "Seharusnya seorang direktur membuat busineess plan kepada pemilik modal dan dia harus mencapai target sesuai dengan yang disampaikan kepada pemilik modal."
Sebab, kata Befa, paling tidak laba bersih Bank Papua per tahunnya bisa mencapai Rp 1 triliun dan paling minim Rp 500 miliar per tahun. "Tahun 2014, keuntungan Bank Papua mencapai Rp 2 triliun, tetapi biaya produksi mencapai lebih dari Rp 1,9 triliun. Laba bersih hanya sekitar Rp 100-200 miliar. Ini tak masuk akal,” ia menjelaskan.
Befa juga berharap Bank Papua ke depan dapat memilih direksi dengan cara sistem lelang dan tak lagi perlu lagi melihat siapa dia, seperti tahun lalu ada euforia Papuanisasi pada tingkat pimpinan di Bank Papua.
Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo mengatakan saat ini tak ada keberhasilan yang dapat ditonjolkan Bank Papua dalam menjalankan mandat yang diberikan para pemegang saham. "Bahkan dalam RUPS, mayoritas pemegang saham mendesak semua direksi diganti," katanya.
Selain itu, kata Wempi, kredit macet yang terjadi di Bank Papua sepanjang 2014-2015 mencapai Rp 800 miliar.
"Hal ini yang menyebabkan Bank Papua mengalami kerugian besar, sehingga untuk membayar deviden kepada pemegang saham utama terhambat. Pergantian direksi ini harus segera dilakukan,” katanya.
Saat dimintai konfirmasi terkait desakan adanya pergantian para direksi Bank Papua, Direktur Utama Bank Papua Johan Kafiar belum mau memberikan jawaban terkait desakan reshuffle dari sejumlah pemegang saham. “Nanti ya setelah RUPS ini selesai baru bisa dirilis hal lainnya,” katanya memberi alasan. [Tempo]