Jatah DBH Migas Papua Barat Menurun
pada tanggal
Thursday, 4 June 2015
JAKARTA - Penghasilan BP pada proyek Tangguh LNG di Papua Barat menurun pada tahun ini. Hal itu jelas berimbas pada menurunnya penerimaan dana bagi hasil migas bagi provinsi ini jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Head of Country BP Indonesia, Dharmawan Samsu mengatakan, penurunan penghasilan dari proyek Tangguh terjadi karena menurunnya harga minyak mentah di pasar global, bukan karena menurunnya produksi.
“Jika dibandingkan dengan tahun 2014, penurunan penghasilan itu sekitar 34 persen. Artinya, DBH turun,” kata Dharmawan di sela Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-39 yang digelar pada 20-22 Mei di Jakarta.
Pada forum yang mempertemukan para pemain kunci industri Migas ini, Wakil Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengatakan hampir semua perusahaan migas merevisi rencana kerja dan anggarannya tahun ini.
Revisi dilakukan seiring terus menurunnya harga minyak mentah dunia. Padahal, ketika rencana bisnis tersebut disusun pada 2014 lalu, harga minyak diasumsikan berada di level US$ 100 per barel.
Dharmawan mengatakan, penentuan harga LNG berbeda –beda. Di asia harga umumnya dikaitkan dengan harga minyak mentah. Artinya, jika harga minyak turun maka harga LNG juga akan turun, dalam konteks BP, penurunan penghasilan ini membuat pihaknya melakukan efisiensi. [CahayaPapua]
Head of Country BP Indonesia, Dharmawan Samsu mengatakan, penurunan penghasilan dari proyek Tangguh terjadi karena menurunnya harga minyak mentah di pasar global, bukan karena menurunnya produksi.
“Jika dibandingkan dengan tahun 2014, penurunan penghasilan itu sekitar 34 persen. Artinya, DBH turun,” kata Dharmawan di sela Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-39 yang digelar pada 20-22 Mei di Jakarta.
Pada forum yang mempertemukan para pemain kunci industri Migas ini, Wakil Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengatakan hampir semua perusahaan migas merevisi rencana kerja dan anggarannya tahun ini.
Revisi dilakukan seiring terus menurunnya harga minyak mentah dunia. Padahal, ketika rencana bisnis tersebut disusun pada 2014 lalu, harga minyak diasumsikan berada di level US$ 100 per barel.
Dharmawan mengatakan, penentuan harga LNG berbeda –beda. Di asia harga umumnya dikaitkan dengan harga minyak mentah. Artinya, jika harga minyak turun maka harga LNG juga akan turun, dalam konteks BP, penurunan penghasilan ini membuat pihaknya melakukan efisiensi. [CahayaPapua]