Freeport Indonesia Dituding Tidak Mengangkat Pengusaha Lokal
pada tanggal
Wednesday, 3 June 2015
JAKARTA - Pernyataan pengurus Kadin Papua dibenarkan Direktur Utama PT Urampi Indah Pratama, Radya Allberdto Wanggai. Pengusaha asal Jayapura ini mengaku, selama puluhan tahun tidak pernah diajak kerja sama oleh PT Freeport Indonesia.
Padahal, selama ini pengusaha lokal menganggap Freeport sebagai bapak angkat yang diharapkan bisa membina pengusaha lokal. Tapi kenyataannya justru selalu meresahkan warga Papua. Mereka mengingatkan Freeport untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan hidup di papua.
"Hasil yang mereka kelola adalah tambang hasil orang Papua, milik orang Papua," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/5).
Dia tidak pernah mendengar ada pengusaha lokal yang digandeng Freeport. "Pengusaha lokal belum pernah tembus (bermitra dengan Freeport). Saya berapa kali masuk Freeport dari 1999 sampai sekarang tidak bisa," katanya.
Dia mengistilahkan Freeport seperti mata rantai emas yang sulit ditembus. Freeport selalu memberikan alasan, perusahaan yang bermitra dengan mereka harus memiliki kemampuan (skill) dan peralatan mumpuni.
Perusahaannya mengklaim sudah memenuhi itu. Namun ternyata itu bukan jaminan bermitra dengan Freeport. Meskipun ada orang asli Papua yang duduk di kursi pejabat Freeport, tetap saja tidak memperhatikan perkembangan pengusaha lokal.
"Meskipun ada Vice President orang Papua, tapi itu sudah ada sindikat. Dia tidak ada perjuangan (untuk meloloskan bermitra dengan pengusaha lokal)," ungkapnya. [Merdeka]
Padahal, selama ini pengusaha lokal menganggap Freeport sebagai bapak angkat yang diharapkan bisa membina pengusaha lokal. Tapi kenyataannya justru selalu meresahkan warga Papua. Mereka mengingatkan Freeport untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan hidup di papua.
"Hasil yang mereka kelola adalah tambang hasil orang Papua, milik orang Papua," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/5).
Dia tidak pernah mendengar ada pengusaha lokal yang digandeng Freeport. "Pengusaha lokal belum pernah tembus (bermitra dengan Freeport). Saya berapa kali masuk Freeport dari 1999 sampai sekarang tidak bisa," katanya.
Dia mengistilahkan Freeport seperti mata rantai emas yang sulit ditembus. Freeport selalu memberikan alasan, perusahaan yang bermitra dengan mereka harus memiliki kemampuan (skill) dan peralatan mumpuni.
Perusahaannya mengklaim sudah memenuhi itu. Namun ternyata itu bukan jaminan bermitra dengan Freeport. Meskipun ada orang asli Papua yang duduk di kursi pejabat Freeport, tetap saja tidak memperhatikan perkembangan pengusaha lokal.
"Meskipun ada Vice President orang Papua, tapi itu sudah ada sindikat. Dia tidak ada perjuangan (untuk meloloskan bermitra dengan pengusaha lokal)," ungkapnya. [Merdeka]