Capai 71 Kasus, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Minta Masyarakat Waspadai Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada tanggal
Sunday, 21 June 2015
KOTA JAYAPURA – Meski kasus demam berdarah yang ditangani oleh RS Bhayangkara dan RSUD Abepura belum bisa dikategori sebagai wabah, namun warga diminta untuk tetap mewaspadai menjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan lewat nyamuk Aedes Aegipty ini. “Untuk wabahnya hingga kini tidak ada, bisa disebut wabah jika ada yang meninggal namun sampai saat ini bisa dibilang semua pasien tertangani dengan baik,” ungkap Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kompol dr Heri Budiono, Sp.U melalui Kasubbid Yanmed Dokpol AKP dr Adhika Nur, salah satu dokter di RS Bhayangkara yang dikonfirmasi terkait informasi wabah demam berdarah, Jumat (19/6).
Informasi mengenai wabah DBD (Demam Berdarah Dengue) di masyarakat ini memang dibantah namun kata dr Adhika dengan kondisi lingkungan yang tak bersih dan sehat tentu bisa memicu lahirnya nyamuk Aedes Aegipty yang berpotensi menyebarkan penyakit DB. Dikatakan Adhika bahwa meski tak ada wabah bukan berarti RS Bayangkara tak melayani pasien DBD. Dari datanya ia menjelaskan bahwa sejak awal Januari 2015 kemarin tercatat ada 2 pasien rawat inap dan 1 rawat jalan.
Sedangkan di bulan Februari terdapat 6 pasien rawat inap dan 2 rawat jalan, lalu bulan Maret ada 1 rawat inap dan 2 rawat jalan, April terdapat 7 pasien rawat inap dan bulan Mei ada 3 pasien rawat inap sedangkan di bulan Juni ini pihaknya masih menunggu hasil rekapan. “Jadi yang paling banyak bisa dibilang ada pada Juni dimana ada 8 pasien yang kami tangani,” katanya.
Kata dr Adhika nyamuk Aedes Aegipty ini paling senag tinggal dan hidup di tempat yang kotor dan biasa muncul pada kondisi cuaca yang berubah-ubah. Warga dianggap perlu menumbuhkan pola hidup bersih terutama dari lingkungan untuk meminimalisir tempat berkembang biak.
Namun jika sudah terjangkit maka upaya awal yang bisa dilakukan adalah Memberikan minum sebanyak mungkin, mengkompres agar panas turun, memberikan obat penurun panas, jika dalam waktu 3 hari demam tidak turun atau malah naik segera bawa ke Rumah Sakit atau Puskesmas, jika tidak bisa minum atau muntah terus menerus, kondisi bertambah parah, kesadaran menurun atau hilang maka harus dirawat di Rumah Sakit.
Sementara Kepala Pelayanan Medis RSU Abepura, dr Desi Urbinas juga mengatakan bahwa dari datanya pasien yang dirawat karena DBD memang ada namun belum berstatus mewabah. “Ada pasien namun belum menjadi wabah, semua masih tertangani dengan baik,”imbuhnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Arif Dwi Darmanto, M.Kes mengatakan kalau ada informasi dari masyarakat tentang wabah penyakit DBD ini, maka petugas di Dinas Kesehatan Kota Jayapura akan melakukan pengecekan ke sana untuk memastikan informasi tersebut. “Jadi prosedurnya kalau ada warga masyarakat yang kena demam berdarah (DB), itu warga mengantarkan ke fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit (RS) atau Puskesmas. Dari RS akan mengirim formulir yang namanya Kewaspadaan Dini demam berdarah (KDDB) dari RS. Itu di kirimkan oleh RS setelah diagnosa terakhir dan dikirim paling lambat 24 jam ke Dinas Kesehatan dan tebusan ke warga masyarakat yang bersangkutan,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Jumat (19/6).
Arif, membahkan jika surat KDDB itu sudah dikirim ke Dinas Kesehatan, maka melalui Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Jayapura untuk menindaklanjutinya dan turun lagi ke Seksi Pengendalian Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Jayapura untuk dilakukan epitimologi dan penyesapan.
“Jumlah penyakit demam berdarah (DB) untuk Kota Jayapura sampai pada bulan Juni ini berjumlah 71 orang. Kita juga sudah mengedarkan peta endemis demam berdarah (DB) ke seluruh RT yang ada di Kota Jayapura,” ucapnya.
Arif, menyatakan surat ini merupakan edaran dari Wali Kota Jayapura untuk mengantisipasi adanya kasus demam berdarah (DB) yang berlebihan. Oleh karena itu, warga masyarakat harus melakukan gerakan bersih-bersih di lingkungannya masing-masing. “Sampai dengan akhir tahun 2015 kemarin jumlah kasus demam berdarah (DB) mencapai 254 orang. Kalau kita bandingkan dengan bulan ini dengan bulan yang sama seperti tahun lalu jumlahnya selisih sedikit, berkurang dari tahun sebelumnya,” tuturnya. [RadarSorong]
Informasi mengenai wabah DBD (Demam Berdarah Dengue) di masyarakat ini memang dibantah namun kata dr Adhika dengan kondisi lingkungan yang tak bersih dan sehat tentu bisa memicu lahirnya nyamuk Aedes Aegipty yang berpotensi menyebarkan penyakit DB. Dikatakan Adhika bahwa meski tak ada wabah bukan berarti RS Bayangkara tak melayani pasien DBD. Dari datanya ia menjelaskan bahwa sejak awal Januari 2015 kemarin tercatat ada 2 pasien rawat inap dan 1 rawat jalan.
Sedangkan di bulan Februari terdapat 6 pasien rawat inap dan 2 rawat jalan, lalu bulan Maret ada 1 rawat inap dan 2 rawat jalan, April terdapat 7 pasien rawat inap dan bulan Mei ada 3 pasien rawat inap sedangkan di bulan Juni ini pihaknya masih menunggu hasil rekapan. “Jadi yang paling banyak bisa dibilang ada pada Juni dimana ada 8 pasien yang kami tangani,” katanya.
Kata dr Adhika nyamuk Aedes Aegipty ini paling senag tinggal dan hidup di tempat yang kotor dan biasa muncul pada kondisi cuaca yang berubah-ubah. Warga dianggap perlu menumbuhkan pola hidup bersih terutama dari lingkungan untuk meminimalisir tempat berkembang biak.
Namun jika sudah terjangkit maka upaya awal yang bisa dilakukan adalah Memberikan minum sebanyak mungkin, mengkompres agar panas turun, memberikan obat penurun panas, jika dalam waktu 3 hari demam tidak turun atau malah naik segera bawa ke Rumah Sakit atau Puskesmas, jika tidak bisa minum atau muntah terus menerus, kondisi bertambah parah, kesadaran menurun atau hilang maka harus dirawat di Rumah Sakit.
Sementara Kepala Pelayanan Medis RSU Abepura, dr Desi Urbinas juga mengatakan bahwa dari datanya pasien yang dirawat karena DBD memang ada namun belum berstatus mewabah. “Ada pasien namun belum menjadi wabah, semua masih tertangani dengan baik,”imbuhnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Arif Dwi Darmanto, M.Kes mengatakan kalau ada informasi dari masyarakat tentang wabah penyakit DBD ini, maka petugas di Dinas Kesehatan Kota Jayapura akan melakukan pengecekan ke sana untuk memastikan informasi tersebut. “Jadi prosedurnya kalau ada warga masyarakat yang kena demam berdarah (DB), itu warga mengantarkan ke fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit (RS) atau Puskesmas. Dari RS akan mengirim formulir yang namanya Kewaspadaan Dini demam berdarah (KDDB) dari RS. Itu di kirimkan oleh RS setelah diagnosa terakhir dan dikirim paling lambat 24 jam ke Dinas Kesehatan dan tebusan ke warga masyarakat yang bersangkutan,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Jumat (19/6).
Arif, membahkan jika surat KDDB itu sudah dikirim ke Dinas Kesehatan, maka melalui Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Jayapura untuk menindaklanjutinya dan turun lagi ke Seksi Pengendalian Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Jayapura untuk dilakukan epitimologi dan penyesapan.
“Jumlah penyakit demam berdarah (DB) untuk Kota Jayapura sampai pada bulan Juni ini berjumlah 71 orang. Kita juga sudah mengedarkan peta endemis demam berdarah (DB) ke seluruh RT yang ada di Kota Jayapura,” ucapnya.
Arif, menyatakan surat ini merupakan edaran dari Wali Kota Jayapura untuk mengantisipasi adanya kasus demam berdarah (DB) yang berlebihan. Oleh karena itu, warga masyarakat harus melakukan gerakan bersih-bersih di lingkungannya masing-masing. “Sampai dengan akhir tahun 2015 kemarin jumlah kasus demam berdarah (DB) mencapai 254 orang. Kalau kita bandingkan dengan bulan ini dengan bulan yang sama seperti tahun lalu jumlahnya selisih sedikit, berkurang dari tahun sebelumnya,” tuturnya. [RadarSorong]