Bulog Jamin Manokwari Bebas Beras Sintetis
pada tanggal
Wednesday, 3 June 2015
MANOKWARI - Kabar soal peredaran beras sintetis alias beras plastik pada sejumlah wilayah di Indonesia, membuat pihak Bulog Manokwari kian gencar mengecek peredaran beras.
Menurut Kepala Bulog Manokwari, Suparmo setelah mendengar isu tersebut, pihaknya langsung menyasar pedagang beras di pasar Wosi dan Sanggeng. Namun setelah memeriksa sejumlah sampel, pihaknya tidak menemukan adanya beras oplosan-sintetis yang dijual.
“Bulog meyakinkan dan menjamin tidak ada beras oplosan plastik. Apalagi beras Bulog. Itu kan beras petani. Tidak mungkin petani kita yang polos melakukan hal-hal semacam itu,” tegas Suparmo Jumat (29/5).
Suparmo malah menyebut kabar soal beras oplosan itu lebih bermuatan politik yang dimaksud untuk merongrong pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Dari sejumlah sumber informasi, beras sintetis atau beras plastik awalnya ditemukan pada tahun 2008 lalu di pasar Taiyuan, Provinsi Shaanxi, Tiongkok. Selain Indonesia, beras plastik juga beredar di Malaysia.
Thailand dan beberapa negara Asia lainnya juga menjadi target peredaran beras oplosan ini. Beras plastik ini dipasarkan dengan cara diselundupkan melalui jalur yang tidak diketahui petugas.
Kandungan beras plastik sendiri terbuat dari kentang, ubi jalar dan resin sintetik, dibentuk menjadi beras. Memang kentang dan ubi jalar adalah bahan yang alami, tapi yang menjadi sorotan adalah bahan resin sintetik yang menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat juga menyebabkan kematian jika dikonsumsi secara berlebihan.
Resin sintetik adalah bahan yang cukup menarik, mirip dengan resin tumbuhan alami. Mereka adalah cairan kental yang mampu menjadi pengeras secara permanen. Kimia mereka sangat berbeda dari senyawa resin yang dikeluarkan oleh tanaman.
Oleh karena itu beras tetap sekeras batu, bahkan setelah dimasak tidak dapat dicerna dengan mudah. [CahayaPapua]
Menurut Kepala Bulog Manokwari, Suparmo setelah mendengar isu tersebut, pihaknya langsung menyasar pedagang beras di pasar Wosi dan Sanggeng. Namun setelah memeriksa sejumlah sampel, pihaknya tidak menemukan adanya beras oplosan-sintetis yang dijual.
“Bulog meyakinkan dan menjamin tidak ada beras oplosan plastik. Apalagi beras Bulog. Itu kan beras petani. Tidak mungkin petani kita yang polos melakukan hal-hal semacam itu,” tegas Suparmo Jumat (29/5).
Suparmo malah menyebut kabar soal beras oplosan itu lebih bermuatan politik yang dimaksud untuk merongrong pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Dari sejumlah sumber informasi, beras sintetis atau beras plastik awalnya ditemukan pada tahun 2008 lalu di pasar Taiyuan, Provinsi Shaanxi, Tiongkok. Selain Indonesia, beras plastik juga beredar di Malaysia.
Thailand dan beberapa negara Asia lainnya juga menjadi target peredaran beras oplosan ini. Beras plastik ini dipasarkan dengan cara diselundupkan melalui jalur yang tidak diketahui petugas.
Kandungan beras plastik sendiri terbuat dari kentang, ubi jalar dan resin sintetik, dibentuk menjadi beras. Memang kentang dan ubi jalar adalah bahan yang alami, tapi yang menjadi sorotan adalah bahan resin sintetik yang menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat juga menyebabkan kematian jika dikonsumsi secara berlebihan.
Resin sintetik adalah bahan yang cukup menarik, mirip dengan resin tumbuhan alami. Mereka adalah cairan kental yang mampu menjadi pengeras secara permanen. Kimia mereka sangat berbeda dari senyawa resin yang dikeluarkan oleh tanaman.
Oleh karena itu beras tetap sekeras batu, bahkan setelah dimasak tidak dapat dicerna dengan mudah. [CahayaPapua]