BPOM Klaim Kota Jayapura Bebas Beras Plastik
pada tanggal
Monday, 1 June 2015
KOTA JAYAPURA - Plh Kepala Balai POM Papua, Tiku Rara kepada sejumlah wartawan menyatakan bahwa setelah melakukan sidak bersama Walikota Jayapura dan dari hasil uji cepat ternyata tidak ada indikasi beras yang di jual di Kota Jayapura mengandung plastik.
“Pada beberapa sampel yang telah di uji dengan beberapa cara tidak ada tanda-tanda beras mengandung plastik,” ucapnya pada Rabu (27/5).
Hal ini diamini oleh Kepala Bulog Papua, Arif Mandu yang membenarkan hasil uji cepat oleh balai POM.
“Setelah melakukan pengecekan di pasar Sentral Hamadi dan gudang Dolog, Hypermart maka hasil uji menunjukkan bahwa beras yang ada di kota Jayapura aman dan tidak mengandung Plastik,” sambungnya.
Sementara terkait stok beras Bulog untuk Papua cukup untuk empat bulan ke depan, termasuk untuk memasuki Puasa dan lebaran.
“Saat ini stok yang tersedia di gudang Dolog sebanyak 42 ribu ton,” ungkap Arif.
Beras yang ada juga dilakukan pemasukan non stop dari Jawa Timur dan untuk pengadaan beras lokal dari Merauke sampai saat ini sudah 8 ribu ton.
“Selama ini pengadaan sangat besar yakni 30 ribu ton,karena kebutuhan Papua dan Papua Barat setahun kurang lebih 150 ribu ton,” ujarnya. [Dharapos]
“Pada beberapa sampel yang telah di uji dengan beberapa cara tidak ada tanda-tanda beras mengandung plastik,” ucapnya pada Rabu (27/5).
Hal ini diamini oleh Kepala Bulog Papua, Arif Mandu yang membenarkan hasil uji cepat oleh balai POM.
“Setelah melakukan pengecekan di pasar Sentral Hamadi dan gudang Dolog, Hypermart maka hasil uji menunjukkan bahwa beras yang ada di kota Jayapura aman dan tidak mengandung Plastik,” sambungnya.
Sementara terkait stok beras Bulog untuk Papua cukup untuk empat bulan ke depan, termasuk untuk memasuki Puasa dan lebaran.
“Saat ini stok yang tersedia di gudang Dolog sebanyak 42 ribu ton,” ungkap Arif.
Beras yang ada juga dilakukan pemasukan non stop dari Jawa Timur dan untuk pengadaan beras lokal dari Merauke sampai saat ini sudah 8 ribu ton.
“Selama ini pengadaan sangat besar yakni 30 ribu ton,karena kebutuhan Papua dan Papua Barat setahun kurang lebih 150 ribu ton,” ujarnya. [Dharapos]