Amuk Polisi di Tautou Akibat Kesalahan Komunikasi
pada tanggal
Wednesday, 10 June 2015
WABAG (ENGA)- Polisi Enga mengatakan, aksi amuk yang dilakukan personil Polisi Western Higlands di Tautou yang meratakan puluhan bangunan ini karena kesalahan komunikasi.
Komandan Polisi Provinsi Enga, George Kakas menyatakan kata petugas dari provinsi tetangganya itu masuk ke wilayahnya untuk menangkap dan membawa tersangka pembunuhan. Namun kedatangan mereka tanpa memberitahu Polisi Enga, sehingga ketika mereka tiba di Pos perbatasan Enga, polisi yang mengetahui adanya arogansi itu menyelamatkan diri.
Kakas menyatakan bahwa keluarga tersangka telah membantu pelaku untuk melarikan diri dari Provinsi Western Highlands sehingga membuat marah petugas di provinsi itu, menuju Enga. Mereka menuding polisi Enga membantu pelarian tersebut.
Merekapun kembali ke markas dan mengumpulkan bala bantuan, kemudian mengamuk di distrik perbatasan Enga.
"Polisi di Hagen berjumlah sekitar seratusan lebih dengan enam belas kendaraan. Mereka datang dan mengamuk di daerah pos pemeriksaan. Mereka membakar beberapa rumah di desa. Mereka membakar pasar bersama beberapa toko dan kemudian mereka juga merusak pos polisi," ujar Kakas.
Komadan polisi ini mengatakan seluruh insiden ini sebenarnya bisa dihindari jika, mereka berkomunikasi dengan Polisi Enga. Sehingga petugas di Enga tahu bahwa mereka datang untuk menangkap tersangka pembunuhan.
"Hal ini benar-benar mengganggu saya karena terjadi akibat kurangnya komando dan kontrol antar polisi," ujarnya.
Hasil dari serangan ini, sekitar 10 rumah dan tujuh toko rata dengan tanah sedangkan barang-barang jualan di pasar Tautau porakporanda. Lebih dari 300 warga desa itu menjadi tunawisma. Total kerusakan dari insiden ini lebih dari K1 juta, atau sekitar Rp 4 miliar lebih. [[PNGLoop]
Komandan Polisi Provinsi Enga, George Kakas menyatakan kata petugas dari provinsi tetangganya itu masuk ke wilayahnya untuk menangkap dan membawa tersangka pembunuhan. Namun kedatangan mereka tanpa memberitahu Polisi Enga, sehingga ketika mereka tiba di Pos perbatasan Enga, polisi yang mengetahui adanya arogansi itu menyelamatkan diri.
Kakas menyatakan bahwa keluarga tersangka telah membantu pelaku untuk melarikan diri dari Provinsi Western Highlands sehingga membuat marah petugas di provinsi itu, menuju Enga. Mereka menuding polisi Enga membantu pelarian tersebut.
Merekapun kembali ke markas dan mengumpulkan bala bantuan, kemudian mengamuk di distrik perbatasan Enga.
"Polisi di Hagen berjumlah sekitar seratusan lebih dengan enam belas kendaraan. Mereka datang dan mengamuk di daerah pos pemeriksaan. Mereka membakar beberapa rumah di desa. Mereka membakar pasar bersama beberapa toko dan kemudian mereka juga merusak pos polisi," ujar Kakas.
Komadan polisi ini mengatakan seluruh insiden ini sebenarnya bisa dihindari jika, mereka berkomunikasi dengan Polisi Enga. Sehingga petugas di Enga tahu bahwa mereka datang untuk menangkap tersangka pembunuhan.
"Hal ini benar-benar mengganggu saya karena terjadi akibat kurangnya komando dan kontrol antar polisi," ujarnya.
Hasil dari serangan ini, sekitar 10 rumah dan tujuh toko rata dengan tanah sedangkan barang-barang jualan di pasar Tautau porakporanda. Lebih dari 300 warga desa itu menjadi tunawisma. Total kerusakan dari insiden ini lebih dari K1 juta, atau sekitar Rp 4 miliar lebih. [[PNGLoop]