3 Kampung di Distrik Okaba jadi Sentra Pengembangan Padi
pada tanggal
Thursday, 11 June 2015
MERAUKE - Kepala Distrik Okaba, Wister Hutapea mengatakan, tiga kampung lokal yakni Sanggase, Alaku dan Makaling menjadi sentra untuk pengembangan tanaman padi. Mereka terus didorong membuka lahan, karena telah dialokasikan anggaran untuk tiap kampung senilai Rp 28 juta yang bersumber dari dana Gapoktan.
Hal itu disampaikan Wister saat ditemui Jubi di Gedung Negara (GN) Rabu (10/6). Menurutnya, khusus untuk di Kampung Sanggase, masyarakat setempat telah memulai sejak tahun 2014 lalu dengan membuka lahan seluas 20 hektar untuk ditanami padi. Sedangkan dua kampung lain, baru akan memulai tahun ini.
“Saya melihat animo dan semangat masyarakat di Kampung Sanggase sangat tinggi. Mereka bisa memanfaatkan lahan dengan baik untuk ditanami padi. Bahkan, hasil panennya boleh dikatakan berhasil, meski tidak sebanding dengan para petani di lokasi transmigrasi,” ujarnya.
Dari hasil panen padi milik masyarakat setempat, demikian Wister, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari dan dijual setelah digiling menjadi beras. Jadi, ada nilai positif yang sangat besar didapatkan, sekaligus sebagai motivasi untuk terus bekerja.
Sedangkan dua kampung lokal lain yakni Alaku maupun Makaling, tahun ini baru memulai dengan membuka lahan, setelah adanya dana Gapoktan yang diberikan pemerintah. “Ya, tentunya mereka akan terus bersemangat dalam bekerja jika pendampingan dilakukan secara terus menerus,” ujarnya.
Diharapkan agar dinas terkait melalui Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) selalu melakukan pendampingan kepada masyarakat di beberapa kampung lokal tersebut. Karena mereka baru memulai dan perlu didampingi secara terus menerus.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Merauke, Bambang Dwiatmoko mengaku, khusus pengembangan pertanian padi di beberapa kampung lokal, petugas PPL selalu melakukan pendampingan secara kontinyu. Sekaligus mendorong dan memberikan motivasi agar mereka harus bekerja dengan sungguh-sungguh dengan memanfaatkan lahan yang ada.[Jubi]
Hal itu disampaikan Wister saat ditemui Jubi di Gedung Negara (GN) Rabu (10/6). Menurutnya, khusus untuk di Kampung Sanggase, masyarakat setempat telah memulai sejak tahun 2014 lalu dengan membuka lahan seluas 20 hektar untuk ditanami padi. Sedangkan dua kampung lain, baru akan memulai tahun ini.
“Saya melihat animo dan semangat masyarakat di Kampung Sanggase sangat tinggi. Mereka bisa memanfaatkan lahan dengan baik untuk ditanami padi. Bahkan, hasil panennya boleh dikatakan berhasil, meski tidak sebanding dengan para petani di lokasi transmigrasi,” ujarnya.
Dari hasil panen padi milik masyarakat setempat, demikian Wister, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari dan dijual setelah digiling menjadi beras. Jadi, ada nilai positif yang sangat besar didapatkan, sekaligus sebagai motivasi untuk terus bekerja.
Sedangkan dua kampung lokal lain yakni Alaku maupun Makaling, tahun ini baru memulai dengan membuka lahan, setelah adanya dana Gapoktan yang diberikan pemerintah. “Ya, tentunya mereka akan terus bersemangat dalam bekerja jika pendampingan dilakukan secara terus menerus,” ujarnya.
Diharapkan agar dinas terkait melalui Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) selalu melakukan pendampingan kepada masyarakat di beberapa kampung lokal tersebut. Karena mereka baru memulai dan perlu didampingi secara terus menerus.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Merauke, Bambang Dwiatmoko mengaku, khusus pengembangan pertanian padi di beberapa kampung lokal, petugas PPL selalu melakukan pendampingan secara kontinyu. Sekaligus mendorong dan memberikan motivasi agar mereka harus bekerja dengan sungguh-sungguh dengan memanfaatkan lahan yang ada.[Jubi]